Daftar Isi Internasional Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Tampilkan postingan dengan label ABNS BUDAYA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ABNS BUDAYA. Tampilkan semua postingan

Mengenal Lebih Dekat Tradisi Apitan


Seperti diketahui, masyarakat Jawa kaya akan beragam tradisi, baik tradisi yang diwariskan oleh ajaran agama dari leluhur, tradisi yang lahir setelah masuknya pengaruh Islam di Jawa, maupun tradisi yang merupakan perpaduan dari ajaran leluhur dengan ajaran agama.

Di antara sekian banyak tradisi tersebut, salah satunya adalah tradisi Apitan. Yakni tradisi yang biasanya dilaksanakan di antara dua hari raya Islam, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Karenanya tradisi yang terjepit itu disebut Apitan. Tak heran bila bulan Dzulqa’dah dalam kalender Islam oleh orang-orang Jawa biasa disebut bulan Apit.

Prosesi Apitan yang dikenal pula dengan istilah sedekah bumi merupakan selamatan dalam rangka untuk mensyukuri nikmat Sang Pencipta. Dalam pelaksanaannya, biasanya ratusan warga bersama-sama menyantap 500 ekor ayam kampung yang dimasak utuh dengan bumbu (ingkung). Nasi Ingkung ini disajikan bercampur nasi, oseng tempe, mie goreng, tempe dan tahu dengan dibungkus daun pisang.

Tradisi Apitan ini merupakan bentuk rasa syukur warga atas hasil pertanian yang melimpah. Hal ini terlihat dari banyaknya kaum bapak yang berdatangan menuju lokasi tradisi Apitan sejak siang, yang masing-masingnya membawa keranjang berisi nasi ingkung berbungkus daun pisang yang telah dimasak oleh para istri di rumah.

Setelah 500 nasi ingkung yang diletakkan di jalan perkampungan setempat terkumpul, warga kemudian berkumpul untuk menggelar doa. Mereka duduk bersila secara lesehan di jalan beton dengan beralaskan tikar.

Usai doa rampung dipanjatkan, warga langsung beramai-ramai menyantap hidangan nasi ingkung di hadapan mereka. Dalam hitungan menit, ratusan nasi ingkung berbungkus daun pisang itu ludes. Hanya beberapa nasi ingkung yang tersisa dan dibawa pulang oleh warga.

Ingkung adalah salah satu ubo rampe berupa ayam kampung yang dimasak utuh dan diberi bumbu opor, kelapa dan daun salam.

Sekadar informasi, yang dimaksud ubo rampe adalah segala alat dan piranti yang dipakai dalam sebuah ritual. Dalam tradisi Apitan ini, ubo rampe berupa lauk pauk yang disajikan sebagai sajen untuk menemani hidangan lain dalam sajen seperti tumpeng.

Ubo rampe ingkung dimaksudkan untuk menyucikan orang yang punya hajat maupun tamu yang hadir pada acara hajatan.

Ingkung ini mengibaratkan bayi yang belum dilahirkan, dengan demikian belum mempunyai kesalahan apa-apa atau masih suci. Selain itu Ingkung juga dimaknai sebagai sikap pasrah dan menyerah atas kekuasaan Sang Khalik.

Nama ingkung berasal dari bahasa Jawa, yakni kata “ing” atau “ingsung” yang berarti aku dan kata “manekung” yang bermakna berdoa dengan penuh khidmat.

Secara turun temurun, nasi ingkung secara swadaya dibawa oleh masing-masing warga tanpa unsur paksaan. Ini wujud rasa syukur mereka kepada Allah SWT karena hasil bumi meningkat signifikan.

Menambah kemeriahan dan suasana guyubnya, tradisi Apitan biasa diakhiri pertunjukan seni barongan dan ketoprak.

(Islam-Indonesia/Shab4estan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Tradisi Unik Warga Cirebon Saat Tiba Musim Haji


Saat tiba musim haji, ratusan ribu jemaah meninggalkan keluarganya untuk beberapa waktu demi memenuhi panggilan Allah ke Tanah Suci, Mekkah. Persiapan yang dilakukan oleh jemaah dan keluarganya pun bermacam-macam, mulai dari menggelar pengajian hingga beragam tradisi unik yang sudah berlangsung secara turun-temurun.

Di antara tradisi itu adalah kebiasaan unik yang dilakukan warga Cirebon, Jawa Barat saat anggota keluarganya pergi haji. Mereka menyediakan gentong berisi air di depan rumahnya masing-masing. Contohnya warga Desa Pangkalan, Kecamatan Celancang, Kabupaten Cirebon, yang meletakkan kendi berisi air di depan rumah saat ada anggota keluarganya menunaikan ibadah haji.

Salah seorang warga Desa Pangkalan, Kecamatan Plered mengatakan tradisi gentong haji bertujuan untuk bersedekah dan mencari berkah. Setiap harinya, akan selalu disediakan gentong haji berisi air tersebut di depan rumah, sekaligus lengkap dengan gelas untuk minum.

Tradisi gentong haji atau gentongan sudah dijalankan secara turun-temurun setiap ada orang yang melaksanakan ibadah haji. Kebiasaan ini konon sudah ada sejak dulu. Diniati sebagai sedekah kepada orang yang haus, yang ingin minum. Tujuannya agar yang sedang beribadah haji rasanya tetap adem, tidak kepanasan saat menjalankan ibadah haji.

Demikianlah gentong haji itu akan tetap ada di depan rumah sampai keluarga yang berangkat haji kembali pulang ke rumah tersebut.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Keterkaitan Seni-Budaya Nusantara Dengan Islam


Benarkah seni-budaya di Nusantara memiliki hubungan dengan Islam? Islam memang salah satu agama yang fleksibel, digabungkan dengan apa saja ternyata bisa harmoni.

Masih ingat cerita Sunan Kalijaga menyiarkan agama Islam dengan wayang kulit dan seni karawitan? Ternyata budaya Jawa pun sanggup menerima itu, dan sampai sekarang seni pewayangan dan karawitan masih melebur dengan keislaman. Begitu juga dengan beberapa jenis seni-budaya lainnya berikut ini.


1. Shalawatan

Musik shalawatan merupakan musik perkusi rebana, yang dipukul bergantian dengan syair dan puisi yang dilagukan dengan irama Arab atau Jawa. Jenis shalawatan ini berkembang di wilayah pesisir utara, di pondok-pondok pesantren dan pada sekelompok masyarakat Islam yang masih memegang nilai-nilai seni tradisi.


2. Qasidah

Kata Qasidah berasal dari bahasa Arab yang artinya puisi yang lebih dari empat belas bait, merupakan sajian seni musik dan seni suara yang mirip dengan shalawatan yang bernapaskan Islam. Musik Qasidah biasanya mengiringi lagu-lagu keagamaan yang berisi nasihat-nasihat agama Islam, puji-pujian terhadap Allah Swt, shalawat dan syair-syair Arab.

Para ulama bersepakat bahwa qasidah hukumnya boleh selama tidak melanggar aturan agama Islam. Musik qasidah sering dipentaskan pada acara Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, atau hari-hari besar agama Islam lainnya.

Lagu-lagu qasidah biasanya dibawakan dengan irama gembira yang diiringi dengan iringan musik rebana. Kata rebana berasal dari kata rabbana yang artinya “wahai Tuhan kami” karena seiring dengan fungsi musik tersebut untuk memuji Allah.

Irama qasidah mulai populer sekitar tahun 1960-an, namun pada masa itu sifatnya masih lokal dan kedaerahan. Namun sepuluh tahun kemudian yaitu sekitar tahun 1970-an irama qasidah telah berkembang secara luas dan digemari oleh berbagai kalangan masyarakat dan usia.

Namun sayangnya, generasi muda pada dekade terakhir ini hanya sedikit yang menggemari irama qasidah yang bernuansakan Islami tersebut dengan salah satu indikasinya adalah nada dering HP kaum remaja lebih didominasi oleh lagu-lagu pop saat ini. Jarang sekali yang menggunakan nada dering qasidah.


3. Hadrah

Hadarah juga merupakan salah satu bentuk kesenian yang bernapaskan Islam. Lagu-lagu yang dilantunkan berisi ajaran Islam, sedangkan musik yang digunakan adalah rebana dan genjring. Hadrah biasa dipentaskan dalam acara syukuran, khitanan, pernikahan, dan sebagainya. Isi dari hadrah biasanya tentang nasihat-nasihat yang luhur.


4. Wayang Kulit

Kesenian wayang kulit di Nusantara merupakan hasil karya seorang ulama sekaligus wali yang sangat terkenal hingga kini, yaitu Sunan Kalijaga. Wayang dimanfaatkan Sunan Kalijaga sebagai sarana berdakwah menyebarkan agama Islam di Nusantara khususnya di Pulau Jawa. Masyarakat di Jawa Tengah khususnya menganggap kesenian wayang tidak sembarang kesenian. Wayang mengandung nilai filosofi religius dan pendidikan.

Dengan kesenian wayang, Sunan Kalijaga berhasil menarik perhatian masyarakat luas. Hal ini membuat mereka tertarik untuk memeluk agama Islam dengan kesadaran dan kemauan sendiri.

Sunan Kalijaga terkenal sebagai ulama yang kreatif dan pandai menarik simpati masyarakat. Beliau banyak menciptakan cerita pewayangan yang bernapaskan Islam. Misalnya cerita Jamus Kalimasada, Wahyu Tohjali, Wahyu Purbaningrat, dan Babat alas Wonomarto.

Di samping menciptakan cerita-cerita pewayangan, Sunan Kalijaga juga berhasil menciptakan peralatan dalam wayang. Kelengkapan yang menyertai pementasan wayang adalah seperangkat gamelan dan gending-gending Jawa.

Pada masa itu, setiap akan diadakan pentas atau pagelaran wayang, terlebih dahulu Sunan Kalijaga memberikan wejangan atau nasihat keislaman. Kemudian mereka diajak mengucapkan dua kalimah syahadat. Dengan demikian, berarti mereka sudah menyatakan diri masuk Islam.

Lama-kelamaan merekapun menjalankan ibadah shalat. Dengan cara demikian itu Sunan Kalijaga dapat memikat hati masyarakat sehingga Islam cepat tersebar di kalangan masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kedudukan Isa Al-Masih Dalam Budaya Islam


Dalam budaya Islam, bukan hanya Isa bin Maryam alaihi salam, bahkan seluruh nabi memiliki kesempurnaan akhlak yang tinggi dan mereka suci dari segala bentuk kekotoran dan kehinaan moral.

Al-Masih adalah Nabi yang lahir ke dunia dengan mukjizat dan mendapat perhatian khusus Allah Swt. Allah ‘Azza wa Jalla memuliakan beliau dalam Al-Qur’an al-Karim dengan firman-Nya:

وَ السَّلامُ عَلَیَّ یَوْمَ وُلِدْتُ وَ یَوْمَ أَمُوتُ وَ یَوْمَ أُبْعَثُ حَیًّا

“Dan keselamatan semoga dilimpahkan kepadaku (Isa ‘alaihissalam), pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali” (QS. Maryam: 33).


Interaksi Islam dengan Agama-Agama Monoteis dan Para Pengikut al-Masih

Agama Islam pada hakikatnya–berbeda dengan propoganda negatif yang dikampanyekan oleh musuh-musuh Islam. Islam adalah agama persahabatan dan kasih sayang. Islam bukan datang untuk bertujuan melakukan kezaliman dan melanggar hak-hak orang lain serta mengobarkan peperangan dengan para pengikut agama-agama tauhid.

Sebagaimand hal ini ditegaskan oleh Allah Swt dalam firman-Nya:

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS: al Mumtahanah: 8)


Kedudukan Istimewa Al-Masih dalam Budaya Islam

Pandangan Islam terhadap Al-Masih adalah pandangan yang berharga dan akhlaki (bermuatan akhlak), sehingga diskripsi dan kedudukan seperti ini tidak ditemukan meskipun dalam ajaran Kristen. Allamah Fakih Kasyiful Ghitha mengemukakan bahwa bila tidak ada pengenalan dan penghormatan yang diberikan Al-Qur’an al-Karim kepada al-Masih dan ibunya yang mulia maka masyarakat dunia tidak akan memahami keagungan dan kesucian al-Masih.

Allah Swt memuji al-Masih dengan pelbagai ungkapan yang indah dan baik serta menyebut beliau dengan penuh kebesaran dan beliau diperkenalkan sebagai wujud yang membawa keberkahan dan kebaikan sebagaimana firman-Nya:

قالَ إِنِّی عَبْدُ اللَّهِ آتانِیَ الْكِتابَ وَ جَعَلَنی نَبِیًّا وَ جَعَلَنی مُبارَكاً أَیْنَ ما كُنْتُ وَ أَوْصانی بِالصَّلاةِ وَ الزَّكاةِ ما دُمْتُ حَیًّا

Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. (QS. Maryam: 30-31).


Kriteria-Kriteria Luar Biasa al-Masih dalam Al-Qur’an

1. Isa bin Maryam adalah Teladan dalam Menghormati Kedua orang Tua dan Menjauhi Kezaliman.

Allah Swt dalam Al-Qur’an al-Karim memperkenalkan al-Masih dengan penjelasan dan deskripsi yang berharga dan beliau dikemukakan sebagai teladan terbaik dalam akhlak sehingga setiap orang yang bertauhid dan merdeka berhak untuk meneladani beliau dalam keindahan akhlaknya. Salah satu kriteria dan karakter yang menonjol yang Allah perkenalkan kepada hamba-hamba-Nya adalah penghormatan terhadap kedua orangtua dan penjauhan kezaliman dan kelaliman dalam kehidupan. Ini adalah kriteria dan karakter penting moral yang diperlukan oleh semua manusia dalam kehidupan individual dan sosial. Dalam hal ini Al-Quran menjelaskan:

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا

dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.(QS. Maryam: 32).


2. Ajakan kepada Penyembahan Allah Swt dan Tauhid

Seruan kepada penyembahan Allah (monoteisme) dan penjauhan dari syirik merupakan program utama seluruh utusan Tuhan. Dan Isa al-Masih pun telah melaksanakan tugas dan tanggung jawab Ilahiahnya di bidang ini dengan sebaik-baiknya. Al-Masih sangat menekankan perihal tauhid dan penyembahan Allah Swt dan beliau tidak menerima maqam uluhiyyah (kedudukan ketuhanan) bagi dirinya, bahkan beliau senantiasa membimbing masyarakat untuk mengikuti ajaran tauhid:

وَ إِنَّ اللَّهَ رَبِّی وَ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هذا صِراطٌ مُسْتَقیم

Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. (QS. Maryam: 36).

Ada riwayat yang dinisbahkah kepada Isa al-Masih bahwa beliau berkata tentang penghambaan Allah Swt:

طُوبی لِلَّذینَ یَتهَجَّدونَ مِن اللَّیلِ ، اُولئكَ الّذینَ یَرِثونَ النُّورَ الدّائِمَ

Sungguh beruntung orang-orang yang melakukan shalat tahajud di tengah malam. Mereka adalah orang-orang yang mewarisi cahaya yang abadi.


3. Kejelasan dalam Mengemukakan Kebenaran

Salah satu sifat dan kriteria istimewa yang hanya Allah sebutkan untuk Isa al-Masih adalah beliau orang yang terhormat dan diterima di dunia dan akhirat sebagaimana dinyatakan dalam ayat:

يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِّنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ

(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), (QS.Ali Imran: 45).

Dengan sedikit perenungan dan pengamatan dalam ayat-ayat yang berbicara tentang kriteria dan karakter mulia Isa al-Masih maka dapat dipahami dengan baik bahwa takzim dan apresiasi Al-Qur’an terhadap al-Masih begitu luar biasa dan dalam, sehingga sulit ditemukan kitab suci lain yang mampu menandingi Al-Qur’an dalam sanjungan dan penghargaannya terhadap al-Masih.

(Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ajaran Imam Ridha dan Budaya Baca, Perhatian Khusus Haram Razavi


Wakil Perwalian Haram Suci Razavi dalam kunjunganya ke pameran internasional penerbit Dunia Islam mengatakan, penyebarluasan ajaran Islam dan ajaran Imam Ridha as serta perhatian serius atas budaya membaca, merupakan strategi terpenting Haram Suci Razavi di bidang budaya.

Astan News melaporkan, Sayid Morteza Bakhtiari dalam kesempatan itu mengucapkan selamat atas tibanya Pekan Persatuan Islam kepada seluruh pecinta kebebasan dan rakyat Iran.

Bakhtiari menuturkan, berkat rahmat Allah Swt, pameran ini sangat penting dilihat dari dua sisi, pertama, kehadiran luas masyarakat, dan kedua, minat besar kaum muda terhadap buku-buku penting.

Ia menambahkan, masalah buku dan budaya membaca harus dijadikan agenda utama setiap orang dalam kesehariannya, oleh karena itu Haram Suci Razavi dengan delapan lembaga budaya dan sekitar 400 judul buku yang diterbitkannya, berpartisipasi dalam pameran ini.

Menurut Bakhtiari, beberapa karya bahkan diterbitkan sampai 40-45 kali. Patut disyukuri pameran ini sesuai dengan selera dan minat kaum muda Iran, dan beberapa buku yang diterbitkan memiliki level autentisitas tinggi sehingga dapat dijadikan sumber rujukan dalam penelitian dan aktivitas keilmuan lainnya.

Sehubungan dengan terpilihnya kota Mashhad sebagai ibukota budaya Dunia Islam untuk tahun 2017, Bakhtiari menjelaskan, pelembagaan isu bahwa Mashhad dapat menjadi ibukota budaya Dunia Islam yang permanen, merupakan prestasi besar.

Ia menambahkan, kehadiran Imam Ridha as merupakan manifestasi nyata semangat kebebasan dalam bidang ilmu pengetahuan, pasalnya dengan logika Islam, beliau menghadapi berbagai perbedaan pandangan. Dengan logika ini pula dan dengan menjalankan akhlak, Imam Ridha as dalam setiap diskusi ilmiah dengan lawan-lawannya, menunjukkan bahwa mereka tidak bisa meraih tujuan-tujuan menyimpangnya.

Bakhtiari menerangkan, hari ini para pemuda kehausan pemikiran yang menyadarkan dan membebaskan dari Imam Ridha as di setiap dimensi kehidupannya, mulai dari politik, sosial, manajemen dan yang lainnya, dan masalah ini harus mendapat perhatian serius.

(Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ancakan, Sebuah Tradisi Unik Pesantren Saat Peringatan Maulid Nabi


Ancakan merupakan aneka buah-buahan yang digantung dibawah tenda tempat para Jemaah yang hadir pada acara peringatan maulid Nabi SAW. Buah-buahan disusun rapi dan diposisikan dengan baik sehingga berbentuk ancakan. Tradisi unik ini terlihat pada acara maulid Nabi di Pondok Pesantren Sumber Bunga, Kapongan, Situbondo, Jawa Timur, pada Sabtu (2/12).

Tradisi Ancakan sendiri sudah dilakukan oleh para ulama terdahulu. Buah-buah yang dihidangkan lalu didoakan dan diberikan untuk para jemaah yang hadir. Buah-buahan tersebut sebagai simbol bentuk rasa syukur atas dilahirkannya manusia agung, manusia pilihan dan kekasih Allah SWT yakni Nabi Muhammad SAW.

Pengasuh Pondok Pesantren Sumber Bunga, KH Zainuri bin KH Achmad Sufyan Miftahul Arifin menyampaikan, bahwa di daerah lain bukan hanya buah-buahan, tapi seperti aneka barang berharga lainnya, sesuai dengan kemampuan orang yang akan membawanya ke acara Maulid Nabi. “Ini sebagai bentuk rasa syukur,” ucapnya.

Kiai Zainuri menjelaskan, bahwa di berbagai daerah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dilaksanakan dengan bermacam-macam cara sesuai dengan budaya dan tradisi setempat. “Hal itu demi kecintaan kepada Nabi Muhammad. Dan memang sepantasnya Maulid Nabi itu dirayakan bagi umat Islam,” ungkapnya.

Sementara Pengasuh Pesantren Wali Songo Mimbaan Situbondo, KH Moh Kholil As’as Syamsul Arifin menerangkan tentang puncaknya iman, yakni ihsan. “Jika manusia sudah sampai pada puncak iman, tak ada yang dicinta dan diingat kecuali Allah. Demi Allah dan segala sesuatu yang dilakukannya hanya karena Allah, bukan untuk siapa-siapa,” katanya.

(NU-Online/Liputan-Islam/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Warga Tangerang Rayakan Maulid Nabi Dengan Arak-arakan Perahu Hias


Warga Tangerang bersama para pejabat pemerintah setempat termasuk Wali Kota Arief Wishmansyah menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan kegiatan yang unik di Kali Pasir, Kelurahan Sukasari.

Bila peringatan Maulid Nabi biasanya identik dengan tausiyah dan pengajian, warga Kali Pasir mengemas kegiatan tahunan tersebut dengan membuat arak-arakan perahu hias yang mengitari kawasan kuliner Pasar Lama dan wilayah Kelurahan Sukasari.

“Arak-arakan perahu hias itu merupakan tradisi yang dilakukan secara turun-temurun menyambut kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW,” ujar Ketua DKM Masjid Jami Kali Pasir H Husein, Jumat (01/12/2017).

Husein juga menyampaikan apresiasinya kepada Wali Kota yang menyempatkan diri untuk hadir, dalam acara yang bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat Islam di Kota Akhlakul Karimah.

“Setelah diarak oleh warga masyarakat nanti kita lanjutkan ya dengan ziarah di makam tertua di Kota Tangerang yakni di lingkungan Masjid Kali Pasir,” jelasnya.

Sementara itu, Arief yang juga turut melepas peserta arak-arakan di kawasan Kota Tua Pasar Lama, menyampaikan bahwa kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini harus dimaknai sebagai sarana untuk mengembangkan nilai-nilai budaya Islam, di tengah-tengah tantangan globalisasi yang menjadikan masyarakat lebih individualis dan pragmatis.

“Semoga kegiatan ini menjadi syiar kepada masyarakat akan nilai-nilai Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamiin,” tuturnya

(Tangerang-News/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Di Sitobondo, Maulid Nabi Disambut dengan Tradisi “Ancak Agung”

Foto: Rayapos.com

Ribuan umat Muslim di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, menggelar tradisi Kirab Budaya “Ancak Agung” untuk menyambut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

“Pemerintah daerah menfasilitasi tradisi “Ancak Agung” untuk menumbuhkan kecintaan umat Muslim terhadap tradisi yang selama ini dilaksanakan setiap tahun. Mengingat kekuatan utama umat Muslim adalah rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW,” kata Bupati Situbondo Dadang Wigiarto seusai acara Kirab Budaya “Ancak Agung” di Situbondo, Sabtu.

Ia mengemukakan, tradisi “Ancak Agung” merupakan tradisi turun-temurun dan tujuannya tidak lain sebagai bentuk syukur atas karunia yang diberikan oleh Allah.

Oleh karena itu, katanya, Pemkab Situbondo merasa perlu untuk ikut ambil bagian dalam memperkuat tradisi tersebut dilakukan karena menyadari pentingnya membangun dan memperkokoh nilai-nilai spiritual dalam pelaksanaan pembangunan.

“Dengan kebersamaan untuk menguatkan tradisi “Ancak Agung” di Kota Santri ini bukan hal yang sulit, karena tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW, selama ini sudah berkembang dengan baik di tengah masyarakat dan pemerintah daerah tinggal memfasilitasinya,” katanya.

Dari pantauan, ribuan warga dari hampir semua desa membawa ancak yang berisi berbagai macam hasil bumi, seperti pisang, wortel, kelapa, dan singkong serta buah-buahan lainnya yang sudah dibentuk sedemikian rupa berukuran kecil maupun besar.

Ancak berbagai ukuran dan berisi hasil bumi itu diarak dari Jalan PB Sudirman menuju Alun-alun kota, dan selanjutnya ribuan umat Muslim membaca shalawat bersama.

Iring-iringan Kirab Budaya “Ancak Agung” berisi berbagai hasil bumi tersebut juga menjadi tontonan warga. Dan ketika iring-iringan tiba di alun-alun ancak berisi hasil bumi itu menjadi rebutan warga karena mereka meyakini makanan yang diperoleh dari “Ancak Agung” akan membawa berkah.

(Antara/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kemenag: Islam Tersebar di Nusantara Dengan Seni dan Pemahaman Budaya Lokal


Kesenian merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam melakukan dakwah Islam, kata Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI Muhammadiyah Amin.

“Sejak dahulu, para ulama dalam menyebarkan Islam di nusantara telah menggunakan kesenian sebagai media dakwah terhadap masyarakat,” katanya dalam pembukaan Festival Seni Qasidah Tingkat Nasional Berskala Besar XXII/2017 di Kota Padang, Sumatera Barat, Minggu (19/11) malam.

Ia mengatakan seni dan budaya Islam di Indonesia sudah berkembang seiring dengan masuk dan berkembangnya agama Islam di daerah tersebut.

Para ulama, katanya, menggunakan seni sebagai alat untuk berdakwah kepada masyarakat. Hal tersebut diiringi dengan pemahaman terhadap kebudayaan masyarakat lokal.

“Hal inilah yang kemudian membuat Islam menjadi begitu lekat dalam hati seluruh umat Islam di Indonesia,” ujarnya.

Ia mengatakan dewasa ini generasi muda mulai mengalami krisis akhlak dengan masuknya banyak pengaruh-pengaruh luar yang selanjutnya menjauhkan mereka dari agama.

Akan tetapi, menurut dia, dengan menggunakan pendekatan seni dan budaya Islam, hal-hal tersebut dapat dihindari sehingga mereka jauh dari berbagai perilaku menyimpang.

“Seni dan budaya terbukti berhasil membentengi generasi muda dari pengaruh pornogragfi, narkotika, dan perbuatan menyimpang lainnya di tengah arus globalisasi ini,” kata dia.

Wali Kota Padang Mahyeldi mengatakan dakwah Islam juga dapat dilakukan melalui seni dan budaya.

Pada Festival Seni Qasidah 2017, ia juga mengharapkan dapat lahir seniman-seniman baru yang akan melakukan syiar Islam melalui seni dan budaya.

(Antara-News/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Khotbeh Khani di Malam Kesyahidan Imam Ridha as


Tradisi Khotbeh Khani di malam kesyahidan Imam Ali bin Musa Al Ridha as diselenggarakan di Haram Suci Razavi.

Astan News melaporkan, acara yang dihadiri oleh sejumlah banyak pelayan Makam Suci Imam Ridha as ini digelar di Halaman Engelab Eslami, Haram Suci Razavi.

Acara ini dihadiri oleh Perwalian Haram Suci Razavi, Imam Jumat kota Mashhad dan sejumlah pejabat pemerintah tingkat pusat, provinsi dan para pelayan Haram Suci Razavi. Setelah lantunan ayat suci Al Quran, para pelayan Haram Suci Razavi sembari membawa lilin menyala di tangannya, bersamaan dengan diucapkannya kalimat “Ya Abal Hassan”, mereka membentuk lingkaran di Halaman Enghelab dan saling mengucapkan belasungkawa atas kesyahidan Imam Ridha as dengan suara pelan.

Selanjutnya, Hujatulislam Sayid Ebrahim Raisi, Perwalian Haram Suci Razavi sebagai penceramah khusus di acara ini, mulai menyampaikan ceramahnya.

Setelah ceramah Hujatulislam Raisi, khutbah khusus malam kesyahidan Imam Ridha as dibacakan oleh Hujatulislam Sepehr.

Khutbah ini dimulai dengan pernyataan kesaksian atas keesaan Allah Swt dan shalawat serta salam untuk Nabi Muhammad Saw, kemudian satu persatu nama suci Sayidah Zahra dan para Imam Maksum as disebut dan dikirimkan salam untuk mereka.

Di dalam khutbah malam kesyahidan Imam Ridha as juga dikirimkan salam dan shalawat untuk pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomeini dan permohonan atas Allah Swt untuk keselamatan dan panjang umur Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar.

Di akhir acara, setelah dibacakannya senandung duka oleh salah satu pelantun syair Ahlul Bait as, Perwalian Haram Suci Razavi berjalan di hadapan hadirin termasuk barisan rapi para pelayan Makam Suci Imam Ridha as, dan menyampaikan belasungkawa atas kesyahidan Imam Ridha as kepada mereka.

Acara ini disiarkan langsung oleh Kanal 1 TV nasional Iran dan Sima-ye Khorasan Razavi sehingga menghadirkan hati setiap pecinta Imam Ali bin Musa Al Ridha as di seluruh Iran, di Halaman Enghelab Eslami, Haram Suci Razavi.

(Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Keraton Cirebon Akhiri Bulan Safar Dengan Amalan Santri Syekh Siti Jenar

Foto: Aboutcirebon.id

Masyarakat Islam Indonesia di sejumlah daerah masih menjalankan tradisi ritual ketika akhir bulan Safar tiba. Di antaranya, tradisi Tawurji di Cirebon yang salah satunya digelar dengan membaca doa warisan murid Syekh Siti Jenar.

Pangeran Kumisi Keraton Kanoman Cirebon Pangeran Muhammad Rokhim mengatakan, tradisi Tawurji populer sejak Syekh Siti Jenar meninggal. Tawurji merupakan doa santri Siti Jenar kepada orang yang mampu bahkan kepada orang yang belum naik haji juga didoakan agar naik haji.

Karena salah satu amalannya bersedekah, Tawurji bisa juga diartikan menebar berkah kepada warga sekitar. Amalan ini pun rutin digelar oleh Sultan Cirebon dengan membagikan uang koin kepada warga sekitar.

Pangeran Patih Qodiron mengatakan, Tawurji bermakna untuk mensejahterakan warga setempat. “Alhamdulillah Keraton Kanoman masih menggunakan pepakem tradisi ini,” katanya seperti dilaporkan Aboutcirebon.id

Hingga kini, tradisi ini diperingati setiap akhir Safar oleh Keraton dan warga. Tepatnya, setiap Rabu terakhir di Bulan Safar sehingga tradisi itu dikenal pula sebagai Rebo Wekasan.

Dahulu, kata dia, tradisi Tawurji hanya dilakukan di internal keluarga keraton. Namun saat ini, tradisi Tawurji melibatkan masyarakat luas.

“Tawurji juga bagian dari menolak bala atau tolak sial. Karena bulan Safar identik dengan bulan sial dan bahaya,” ujar Rokhim

(About-Cirebon/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Wakaf Partisipatif, Strategi Penting Perluas Budaya Wakaf


Wakil Perwalian Haram Suci Razavi mengatakan, "wakaf partisipatif" membuka peluang, strategi dan kapasitas besar untuk memperluas budaya agung wakaf dan nazar.

Astan News melaporkan, Sayid Morteza Bakhtiari, Wakil Perwalian Haram Suci Razavi di acara "Eshare Sima-ye Khorasan" menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya sejumlah warga Kermanshah, Barat Iran akibat bencana gempa bumi dan menuturkan, Pekan Wakaf adalah kesempatan berharga bagi rakyat Iran untuk mengenal pengaruh positif dan berkah sunnah yang baik ini.

Ia menambahkan, para pewakaf dengan niat baiknya, sepanjang abad di masa lalu, mewakafkan kekayaan dan hartanya ke Haram Suci Razavi, dan sekarang kita menyaksikan buah dan hasilnya yang cemerlang dari berkah Ilahi ini dalam pelayanan yang diterima oleh setiap anggota masyarakat.

Menurut Bakhtiari, atas penegasan Perwalian Haram Suci Razavi, saat ini terbuka kesempatan bagi semua pecinta Imam Ridha as untuk berpartisipasi dalam pembangunan kompleks Makam Suci Imam Ridha as sesuai tingkat kemampuannya demi meningkatkan kemudahan dan menghormati para peziarah.

Wakil Perwalian Haram Suci Razavi menjelaskan, dengan perencanaan yang sudah dilakukan, para peziarah, warga sekitar Haram Suci dan pecinta Imam Ridha as, dapat berpartisipasi dalam program "Nazr-e Beheshti", program khusus wakaf dan nazar Al Quran.

Terkait konsultasi wakaf untuk masyarakat yang membutuhkan, Bakhtiari menerangkan, dalam beberapa hari terakhir, para mubaligh ditempatkan di lokasi-lokasi wakaf, masjid-masjid di sepanjang perjalanan, Haram Suci Razavi dan posko-posko pelayanan peziarah, dan menggelar acara untuk menyebarluaskan budaya wakaf di tengah masyarakat.

Bakhtiari mengungkapkan, penyelenggaraan seminar terkait upaya melanjutkan langkah para pewakaf dan pemberi nazar serta mengenalkan tokoh-tokoh aktif di bidang wakaf dan nazar, merupakan program lain yang disiapkan Haram Suci Razavi di pekan wakaf.


3,5 juta Orang Diperkirakan Berziarah di Pekan Terakhir Safar

Di bagian lain statemennya, Bakhtiari menyinggung soal program acara Haram Suci Razavi di pekan terakhir bulan Safar dan mengatakan, menurut perkiraan beberapa instansi terkait, diperkirakan 300 ribu peziarah pejalan kaki, 4000 kelompok keagamaan dan total sekitar 3,5 juta orang akan berziarah ke kota suci Mashhad dan Makam Suci Imam Ridha as di pekan terakhir bulan Safar.

Ia memuji kerja staf panitia pelayanan perjalanan Provinsi Khorasa Razavi dan kerja sama seluruh instansi pelayanan publik, keamanan dan ketertiban tingkat provinsi dalam memberikan pelayanan terbaik bagi para peziarah.

"Haram Suci Razavi sebagai tuan rumah asli para peziarah mulia khususnya yang berjalan kaki ke Makam Suci Imam Ridha as, mengerahkan seluruh fasilitas dan kemampuannya untuk memberikan pelayanan yang layak kepada peziarah," tutur Bakhtiari.

Ia melanjutkan, penyebarluasan budaya menjamu tamu dan mengarahkan penyaluran bantuan serta partisipasi aktif masyarakat, merupakan strategi yang dijalankan Haram Suci Razavi dalam beberapa tahun terakhir.

Wakil Perwalian Haram Suci Razavi mengatakan, tahun ini, 7000 warga kota Mashhad dan sekitar Makam Suci Imam Ridha as menjamu para tamu di rumah-rumah mereka dan 300 ribu paket makanan disediakan sendiri oleh masyarakat dan para dermawan.

(Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Doakan Indonesia Selamat, Warga Probolinggo Gelar Tradisi Rabo Wekasan


Ratusan warga Kota Probolinggo melakukan pawai obor sembari bershalawatan yang diakhiri dengan doa dan meminum air dari 7 mata air. Hal ini digelar dalam rangka tradisi Rabo Wekasan setiap Rabu terkahir bulan Safar dalam kalender Hijriah.

Menurut Pengasuh Pesantren Nurul Islam Probolinggo, Mukhlas, tujuan tradisi ini agar negeri ini terhindar dari segala musibah pada bulan-bulan selanjutnya. “Apalagi saat ini banyak terjadi bencana banjir, tanah longsor dan buruknya cuaca di laut,” katanya seperti dilaporkan Warta Bromo, 15 November.

Meski tradisi digelar sederhana, warga tampak khidmat mengikuti pawai. Di sepanjang jalan, peserta pawai yang terdiri dari dewasa dan anak-anak senantiasa mengumandangkan shalawat Burdah disertai dengan doa.

Setelah pawai, acara diakhiri dengan membaca doa yang dipimpin ulama setempat. Setelah itu, mereka mengantre meminum air yang dikabarkan diambil dari 7 mata air dan telah didoakan.

Salah satu ulama setempat, Habib Zainal Abidin bilang, tradisi semacam ini mulai langka ditemukan. “Karenanya, kami berharap warga dan santri selalu melestarikan tradisi dan warisan budaya dari ulama terdahulu,” ujarnya

Dari sudut bahasa, Rebo Wekasan berasal dari dua suku kata; rebo berarti hari rabu, dan wekasan yang berarti pamungkas, ujung atau terakhir. Sedangkan secara terminologi, rebo wekasan dapat didefinisikan sebagai bentuk ungkapan yang menjelaskan satu posisi penting pada hari rabu diakhir bulan khususnya pada akhir bulan Shafar.

Pentingnya hari ini diekspresikan dengan ragam ritual seperti doa, shalawat, shalat, dzikir, dan amalan yang bertujuan terhindar dari berbagai musibah yang diyakini turun pada hari rabu akhir bulan ini.

Menurut sebagian peneliti, tradisi ini mulai dipopulerkan di Tanah Air sekitar tahun 1987 Masehi. Salah satu tokoh yang mempopulerkan ialah Syeikh Shoghir, ulama berdarah Melayu, yang dikenal sebagai Hakim Mahkamah Syar’i di Mekah.[]

(Warta-Bromo/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: