Daftar Isi Internasional Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Tampilkan postingan dengan label ABNS OPINI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ABNS OPINI. Tampilkan semua postingan

Masih Terkait Kasus Khashoggi! Kebrutalan Terselubung Rezim Muhammad Bin Salman

Jamal Kashoggi

Pada 2 Oktober 2018 lalu, jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi, lenyap setelah menginjakkan kaki di Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki.

Meski telah membantah terlibat dalam kasus hilangnya sang jurnalis, otoritas Saudi terkenal dengan rekam jejak yang sangat buruk perlindungan atas kebebasan politik. Tak terkecuali di bawah kepemimpinan Mohammed bin Salman.

Al-Jazeera melaporkan bahwa Khashoggi pernah menjabat sebagai penasihat untuk anggota kerajaan. Namun demikian, ia memang kerap mengkritik program reformasi yang dijalankan oleh Mohammed bin Salman alias MBS.

Dalam sebuah wawancara pada bulan Maret lalu, Khashoggi mengkritik praktik-praktik represif Kerajaan Saudi terhadap para pengkritik dan pembangkang. Ia menyoroti pemenjaraan sejumlah aktivis hak asasi manusia yang mengutuk kebijakan perang Saudi di Yaman.

Sang Putra Mahkota MBS memang tengah menggencarkan reformasi besar-besaran di Kerajaan Saudi, khususnya di bidang ekonomi. Dilansir dari Washington Post, MBS merangkum program-program reformasi tersebut dalam sebuah rencana bertajuk Visi 2030. Di dalamnya terdapat rencana diversifikasi pemasukan negara non-migas, skema privatisasi, reformasi teknologi, serta pembangunan berkelanjutan.

MBS juga sering dikabarkan mendorong perubahan pada masyarakat Saudi agar lebih terbuka. Pada Juni 2018 lalu, misalnya, ia mengizinkan perempuan untuk menyetir mobil.

Ia juga mencopot wewenang polisi agama yang sebelumnya menjaga ketat pemisahan laki-laki dan perempuan di tempat umum dan mengatur cara wanita berpakaian.

Konser musik yang sebelumnya dilarang kini diperbolehkan. Demikian pula dengan bioskop dan acara-acara olahraga yang telah puluhan tahun dilarang.

Namun, upaya MBS melepaskan Arab Saudi dari kerangkeng konservatisme juga diikuti oleh rentetan kekerasan politik dan pembungkaman paksa.


Para imam di Arab yang tak sependapat dengan cara MBS menjalankan pemerintahan atau yang menolak tunduk pada otoritas kerajaan dijebloskan ke penjara. Kebijakan tangan besi juga berlaku pada aktivis dan akademisi yang vokal terhadap isu-isu pelanggaran hak asasi manusia.

Amnesty International mencatat setidaknya terdapat empat pegiat HAM yang mendekam di penjara sejak awal 2018. Pada Januari, pengadilan Kerajaan Saudi memenjarakan Mohammad al-Otaibi dan Abdullah al-Attawi. Al-Otaibi divonis 14 tahun penjara sementara al-Attawi dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara.

Keduanya dipenjara karena mendirikan organisasi hak asasi manusia. Namun, dakwaan berlapis yang dijatuhkan kepada mereka adalah “menyebarkan kekacauan dan menghasut opini publik”; “menerbitkan pernyataan-pernyataan yang membahayakan reputasi Kerajaan Saudi serta lembaga peradilan dan keamanan”; dan “berpartisipasi dalam mendirikan sebuah organisasi dan mengumumkan pendirian tersebut sebelum mendapatkan otorisasi dari pemerintah.”

Sebulan setelahnya, hukuman penjara juga dijatuhkan untuk dua aktivis HAM, yakni Essam Koshak dan Issa al-Nukheifi. Masing-masing mendapat hukuman empat dan enam tahun kurungan.

“Hukuman keras yang dijatuhkan kepada mereka menunjukkan bahwa menjunjung kebebasan berekspresi tidak termasuk dalam proses ‘transformasi’ yang dijanjikan [Kerajaan Arab Saudi],” tulis Amnesty International.

Sementara itu, jumlah orang yang dieksekusi mati juga meningkat. Berdasarkan catatan organisasi HAM Reprieve, angka tersebut meningkat dua kali sejak MBS berkuasa di Kerajaan Saudi. Delapan bulan sejak ia menjabat posisi putra mahkota, sebanyak 133 orang telah dieksekusi. Delapan bulan sebelumnya, jumlah eksekusi mati tercatat 67 kali.

Reprieve juga mencatat naiknya tren hukuman mati sebagai metode untuk membungkam protes-protes pro-demokrasi. “Banyak anak muda dan anak-anak telah ditangkap, disiksa, dan dijatuhi hukuman mati berdasarkan ‘pengakuan’ paksa dan bukti yang diperoleh dari pemantauan dan pengawasan siber,” tulis Reprieve.

Washington Post melaporkan, MBS telah menegaskan bahwa Saudi Arabia tidak akan pernah menjadi negara demokrasi dan akan terus mempertahankan sistem monarki absolut.

“Ketika kita berbicara mengenai reformasi politik, MBS sama reaksionernya dengan elite politik Wahabi,” ujar David Ottaway, pengamat spesialis Arab Saudi dari Wilson Center. “Jika dulu negara ini biasa dijalankan oleh konsensus oleh sejumlah pangeran senior, sekarang semuanya mengerucut ke satu orang, dengan sedikit masukan dari ayahnya.”


Dukungan Trump

Meskipun kecaman terhadap kerajaan terus berdatangan, Amerika Serikat, salah satu sekutu utama AS di Timur Tengah, tetap mendukung rezim MBS. Pada Selasa (16/10), Presiden AS Donald J. Trump balik mengecam siapapun yang menghakimi Saudi sebagai pihak yang bersalah dalam kasus raibnya Khashoggi.

“Anda tahu, Anda bersalah sampai terbukti tidak bersalah,” ucap Trump mengomentari kasus Khashoggi, sebagaimana dikutip Associated Press. Sikap Trump dianggap membenarkan kekerasan politik yang dilakukan Kerajaan Saudi.

Editorial Washington Post menyebutkan bahwa Saudi sedang mengarang sebuah cerita yang bakal menghubungkan pembunuhan Khashoggi dengan penyalahgunaan wewenang oleh tim yang dikirim untuk menginterogasinya.

Cerita ini diharapkan akan mengalihkan tuduhan pembunuhan Khashoggi yang selama ini terarah kepada MBS. MBS sendiri diyakini telah memerintahkan pembunuhan Khashoggi dan mengawasi operasi tersebut.

Sebelumnya, Guardian mengabarkan bahwa sejumlah pejabat Turki mengatakan Khashoggi telah dibunuh oleh tim khusus di dalam gedung konsulat Arab di Istanbul, Turki, berdasarkan sejumlah berkas video yang mereka miliki.

Sejumlah spekulasi pun mulai bermunculan, termasuk dugaan bahwa tubuh Khashoggi telah dimutilasi. Washington Post melaporkan bahwa Intelijen AS telah meretas komunikasi para pejabat Saudi. Menurut hasil peretasan tersebut, ditemukan bahwa Saudi memang berencana menangkap Khashoggi.

Di sisi lain, dukungan Trump hanya akan mempersulit pengungkapan kasus Khashoggi dan secara tak langsung bakal membiarkan kekejaman-kekejaman di bawah rezim MBS di masa depan.

“Sekarang, tak seorang pun bakal berani bicara dan mengkritik reformasi [yang dimulai MBS],” ujar Khashoggi pada Maret lalu merespons pemenjaraan para aktivis HAM di Kerajaan Saudi.

(Tirto/Fokus-Today/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Keindahan Alam Akhirat


Oleh: Khoirunnisa

Iman kepada akhirat adalah salah satu pilar rukun Islam. Artinya, seorang mukmin wajib memiliki keyakinan terhadap adanya alam akhirat. Alam akhirat adalah terminal akhir dari perjalanan hidup seorang manusia. Di sanalah segala amal perbuatan kita sendiri selama di dunia akan mewujud. Jika di akhirat kemudian tercipta surga dan neraka, maka itu karena kita telah membangunnya sendiri dengan amal perbuatan kita selama di dunia.

“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan, begitu kejahatan yang telah dikerjakannya.” (Ali Imran: 30)

Alam akhirat merekam secara sangat detail segala amalan yang dilakukan oleh manusia; amalan baik ataupun amalan buruk. Manusia akan melihat efek dari segala amalannya itu.

“Maka, siapa saja yang melakukan amal kebaikan sebesar biji dzarrah, ia akan mendapatinya. Dan, siapa saja yang melakukan amal buruk, meskipun sebesar biji dzarrah, ia juga akan mendapatinya.” (Al-Zilzalah: 6-7)

Di akhirat, segala tirai penutup akan tersingkap; segala hal yang tidak terlihat selama di dunia, di akhirat akan terlihat nyata dan jelas.

Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari ini. Maka, Kami singkapkan bagimu tutup matamu; sehingga penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (Qaf: 22)

Menurut para mufassir, di akhirat kelak, segala sesuatu yang diamalkan di dunia akan menjadi hidup. Bebatuan, tanah, pohon, bahkan seluruh anggota tubuh kita akan hidup dapat berbicara untuk memberi kesaksian. Mata yang di dunia tidak dapat melihat akibat dari perbuatan menggunjing yang ia lakukan, di akhirat kelak, mata tersebut akan melihat bagaimana dirinya telah memakan daging saudaranya sendiri.

Dari berbagai keterangan Al-Quran, akhirat dideskripsikan sebagai tempat yang penuh dengan kekontrasan. Segala sesuatunya serba berlawanan secara amat tajam. Para pelaku kebaikan akan menjadi penghuni surga dengan segala macam keindahannya. Sedangkan penghuni neraka digambarkan berada dalam situasi yang sangat menakutkan. Karena segala sesuatu yang akan dialami oleh manusia di akhirat sangat bergantung kepada amal perbuatan manusia, maka keindahan atau keburukan akhirat sangat bergantung kepada amal perbuatan manusia.

Hanya saja, patut diingat bahwa meskipun segala sesuatu yang ada di akhirat adalah wujud amal perbuatan kita sendiri, akan tetapi ada faktor khusus lain yang terkait dengan keindahan alam akhirat, yaitu limpahan rahmat Allah SWT. Yang menyebabkan surga dan pahala yang tersedia di dalamnya itu sangat indah, faktornya bukan hanya perbuatan baik manusia, melainkan karena adanya rahmat Allah yang Maha Pemurah. Kejahatan akan dibalas secara setara; akan tetapi, berkat adanya rahmat Allah, balasan bagi kebaikan menggunakan cara perhitungan yang berbeda. Berikut ini beberapa rahmat Allah yang telah Dia janjikan kepada manusia.
  1. Allah akan memberikan tiap amal kebaikan ganjaran sepuluh kali lipat bahkan tak terhitung bergantung keikhlasannya. Sementara Allah hanya membalas amal buruk manusia dengan satu balasan yang setara dengan kejahatannya. (Al-An’am: 160; Ghafir: 40).
  2. Allah akan segera mencatat amal kebaikan walaupun hanya sekedar niat. Niat amal baik yang urung diamalkan karena terhalang sehingga seorang gagal melakukan kebaikan tetap mendapatkan pahala atas niat baiknya. Adapun amal buruk yang gagal dilaksanakan karena langkahnya terhalang, meski sudah di niatkan, tidak mendapat balasan siksa karena Dia masih berharap agar orang itu mau bertaubat.
  3. Allah mengampuni dosa-dosa tanpa istighfar. Surat An-Nisa: 31 menjelaskan bagaimana dosa-dosa kecil terampuni tanpa permohonan istighfar. Cukup dengan menjauhi dosa-dosa besar, dengan sendirinya dosa-dosa kecil dapat terampuni.
  4. Allah selalu membuka pintu-pintu taubat setiap saat. Kapan saja seorang bertekad untuk meninggalkan perbuatan keji, maka pintu taubat akan terbuka bagi seluruh hambaNya (As-Syura: 25, At-Tahrim: 8, Hud: 90).
  5. Allah membuka pintu pengampunan atas segala bentuk dosa besar maupun kecil, dengan taubat –kecuali dosa syirik (Az-Zumar: 53 – 54, An-Nisa: 116).
  6. Perbuatan baik menghapus dampak buruk dari dosa (Hud: 114, Al-Ankabut: 7).
  7. Penyucian diri dengan mengamalkan ketakwaan akan menyucikan diri dari dosa-dosa (Al-Anfal: 29).
  8. Allah menjanjikan penghapusan atas dosa melalui sakit dan musibah (Al-Baqarah: 155; kitab Bihar Al-Anwar)
  9. Ada juga sistem pengampunan dosa yang didapat melalui syafa’at Nabi dan para kekasih Allah lainnya. Ketika seseorang telah memperoleh seluruh rahmat-Nya, namun nilai amal kebaikan dan keburukannya ternyata berimbang, sementara pada akhir hayatnya, ia tidak memiliki kesempatan bertaubat, maka harapan terakhirnya adalah memperoleh syafa’at Rasulullah SAW dan orang-orang suci yang mendapat izin untuk memberikan syafaat (An-Nisa’: 64, Al-Munafiqun: 5).
  10. Di alam kubur, ada sebagian orang yang mendapatkan siksaan. Dalam perspektif rahmat Allah, siksa alam kubur adalah cara bagi Allah untuk mengurangi siksa akhirat yang kekal dan lebih mengerikan. Tentu saja, bagi sekelompok lainnya, siksa kubur saja tidak cukup karena beratnya dosa yang ditanggung hingga mendapat siksa akhirat juga (Al-Mu’minun: 99- 100).
  11. Pengampunan dosa melalui siksa neraka sementara. Kelak di akhirat, seluruh manusia akan melewati jembatan di atas neraka (sirath) terlebih dahulu untuk sampai ke surga. Bahkan semua nabi juga akan melewatinya. Sebagian manusia akan melewati jembatan secepat kilat, sebagian lambat jalannya, dan sebagian akan terjatuh dalam beberapa waktu, untuk kemudian akan diangkat dari jurang neraka, dan ditempatkan di alam surga (Maryam: 71-72, Al-Hajj: 47).
  12. Terakhir, akhirat menjadi sangat indah karena adanya kehidupan abadi bagi penghuni surga (At-Taubah: 72, At-Taghabun: 10).

(Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Mengingat Umat Kristiani dan Ulama Sunni Ikut Memperingati Hari Asyura di Tahun 2014 dan 2016


Rombongan Pendeta Kristiani dan Ulama Sunni turut Ramaikan Peringatan Arbain di Karbala

Kecintaan kepada Imam Husain As bukan hanya milik umat Islam Syiah saja, namun juga milik semua umat manusia yang mencintai kemanusiaan apapun agama dan mazhabnya.

Jutaan manusia hadir dalam peringatan Arbain di Karbala Irak ahad (20/11/2016). Meski didominasi warga muslim Syiah, namun komunitas muslim Sunni bahkan sejumlah agamawan Kristiani juga turut hadir dalam acara tahunan tersebut.

Mereka bukan hanya turut dalam peringatan Arbain namun juga sebelumnya telah ikut long march dari Najaf ke Karbala.

Hal tersebut menunjukkan, kecintaan kepada Imam Husain As bukan hanya milik umat Islam Syiah saja, namun juga milik semua umat manusia yang mencintai kemanusiaan apapun agama dan mazhabnya.



Umat Kristiani Ziarahi Cucu Nabi Muhammad

Berapa jumlah terbanyak umat muslim yang mendatangi Mekah pada musim haji bulan Zulhijah? Hanya sekitar tiga juta orang. Dua bulan setelahnya di bulan Safar, puluhan juta manusia mengarahkan diri mereka ke kota Karbala, Irak. Lima tahun lalu, angka pengunjungnya masih sekitar 10 juta orang. Tapi kini pada tahun 2014, jumlahnya diperkirakan meningkat melebihi 20 juta manusia seolah sebagai bentuk aksi menantang terorisme ISIS. Mengapa jumlahnya bisa melebihi peziarah haji?

Karena mereka yang hadir bukan hanya muslim Syiah dan ahlusunah dari 60 negara, tetapi juga terdiri dari penganut Kristen, Hindu, Zoroaster, dan Sabian. Semua hadir berziarah untuk memberikan penghormatan pada peringatan empat puluh hari pasca hari wafatnya cucu Nabi Muhammad saw. yang bernama Husain bin Ali. Bersama keluarga dan sahabatnya, cucu nabi tersebut dibunuh pada bulan Muharam tahun 680 Masehi demi tegaknya sebuah keadilan. Kekejaman yang diterima oleh mereka meninggalkan pelajaran yang abadi.

Peristiwa di Karbala mengajarkan umat manusia tentang menjaga kehormatan, menegakkan hak-hak manusia, pengampunan, kemurahan hati, perjuangan, menjaga hubungan keluarga, persahabatan, kesetiaan, pertobatan, dan kasih sayang.[1]

Umat kristiani memberikan penghormatan di lingkungan makam Husain bin Ali, Karbala (Foto: Shafaqna)

Umat kristiani memberikan penghormatan di lingkungan makam Husain bin Ali, Karbala (Foto: Shafaqna)

Umat kristiani memberikan penghormatan di lingkungan makam Husain bin Ali, Karbala (Foto: Shafaqna)

Umat kristiani memberikan penghormatan di lingkungan makam Husain bin Ali, Karbala (Foto: Shafaqna)

Antoine Bara, penulis kristiani asal Suriah, telah beberapa kali melakukan perjalanan ke Karbala dan berbicara di sana. Dia telah menghabiskan usianya untuk meneliti dan menulis tentang keluarga nabi, khususnya Husain bin Ali. Dalam sebuah wawancara[2], Antoine mengatakan bahwa predikat muslim atau kristiani tidaklah masalah. Terpenting baginya adalah keyakinan. Antoine dan keluarganya telah berpegang teguh pada ahlulbait (keluarga nabi). Sementara banyak umat muslim yang tidak punya keyakinan pada ahlulbait, mereka memiliki keyakinan khusus pada ahlulbait.

Menurut Antoine, Husain bin Ali bukanlah sosok yang asing bagi kristiani di wilayah Arab. Kisah sejarah cucu nabi tersebut dan bagaimana teladan yang disampaikannya menyerupai perjuangan Yesus Almasih. Antoine sendiri yang memutuskan untuk mengkaji tentang keluarga nabi sehingga kamarnya dipenuhi dengan lebih dari 400 kitab sejarah keislaman. Tapi baginya, tetap tidak ada seorangpun yang bisa menjelaskan peristiwa jutaan orang menziarahi cucu nabi pada hari yang bernama Arbain tersebut.

Ketika segelintir ulama Islam dan sebagian umat muslim mengkritik tindakan Husain bin Ali dan mengecam peringatan dibunuhnya cucu Nabi Muhammad, Charles Dickens, seorang penulis dan kritikus sosial asal Inggris, mengatakan tentang Husain bin Ali: “Jika Husain berjuang hanya untuk memuaskan keinginan dunianya saja… maka saya tidak mengerti mengapa saudari, istri, dan anak-anak menemaninya. Maka pasti ada sebuah alasan kuat, yakni dia berjuangan semata demi kemurnian Islam.” Husain bin Ali bukan hanya sosok yang dapat menyatukan dua mazhab ahlusunah dan Syiah, bahkan lebih dari itu: menyatukan seluruh umat manusia.



Referensi:

[1] Kermali, Fatima (28 November 2014). “Faith and Values”. The Morning Call.
http://www.mcall.com/features/religion/mc-faith-kermali-1129-20141128-story.html


Isi Lengkapnya:

Faith and Values: The selflessness and honor of Prophet Muhammed;'s grandson Hussain


Today we have information and data at our fingertips, phones continuously becoming smarter and communication moving instantaneously across the globe. With so much activity going on, life can become complex.

In every era, there have always been complicated issues relevant to the people at that time. However, the simplicities of life have never changed. What is moral and good will always remain moral and good.

Many times, this is lost or forgotten amid the bustle of life. In the late '80s, Robert Fulham, a minister, compiled short essays in his book, "All I Really Need to Know I Learned in Kindergarten." In it, he explains that the basic rules that are learned in kindergarten, if applied by adults, would improve the world.

In Islam, there is a similar concept that believers are often told: to become an upright individual or partake in life's lessons, then one should look further than the classroom. Rather, one should focus attention toward a desolate land called Karbala on a day called Ashura, in the year 680 AD.

On this day, the grandson of Prophet Muhammad, Hussain and his close supporters were martyred for upholding principals and justice. (More information can be found on whoishussain.com)

Yet, despite the atrocities committed against them, the event of Karbala as well as the events around it have lessons that were taught by Imam Hussain, from social justice to interacting with others. Lessons include maintaining dignity, upholding people's rights, forgiveness, generosity, sacrifice, keeping family relations, friendship, loyalty, repentance and compassion, to name a few.

Consequently, a Christian writer, Antoine Bara declared regarding this tragic event, "No battle in the modern and past history of mankind has earned more sympathy and admiration as well as provided more lessons than the martyrdom of Husayn in the battle of Karbala."

While many will prepare for the holiday seasons of Christmas, Hanukkah and Kwanzaa, Shia Muslims will commemorate the 40th day after Ashura called Arbaeen on Dec. 12 this year. On this day, millions will pay homage to Imam Hussain for defending truth and standing up to tyranny. He said, "I never revolted in vain, as a rebel or as a tyrant, but I rose seeking reformation for the nation of my grandfather Mohammad. I intend to enjoin good and forbid evil, to act according to the traditions of my grandfather, and my father Ali son of Abi-Talib."

In Iraq alone, a projected 20 million people will congregate in the city of Kerbala where the golden shrines of Imam Hussain and his half brother, Abbas stand. This is one of the largest peaceful gatherings that occur every year. Along with the Shia, other groups, such as Sunnis, Chrisitians, Yazidis, Zoroastrians and Sabians participate in the commemoration.

It is a site to see as people from all over the world and within Iraq, travel to specifically pay respects to Imam Hussain for the day of Arbaeen. Many walk from cities as far as Basra to Kerbala, which is an arduous journey of about two weeks by foot.

Along the route, tents are pitched to provide rest and fresh meals for the pilgrims free of charge. One organizer said, "To know what Islam teaches, don't look at the actions of a few hundred barbaric terrorists, but at the selfless sacrifices exhibited by millions of Arbaeen pilgrims."

Arbaeen is a time when a person strives not to benefit himself, but rather seeks to be in the service of others and the devotees of Hussain, who embodied absolute selflessness and honor.

Fatima Kermalli is a member of and a Sunday school teacher at Shia Ithna-Asheri Jamaat of Pennsylvania in Allentown.


[2] “Khatereh Yek Masihi Az Piyaderavi Arbain”. Mashregh News. Diakses pada 13 Desember 2014.
https://www.mashreghnews.ir/news/370927/%D8%AE%D8%A7%D8%B7%D8%B1%D9%87-%DB%8C%DA%A9-%D9%85%D8%B3%DB%8C%D8%AD%DB%8C-%D8%A7%D8%B2-%D9%BE%DB%8C%D8%A7%D8%AF%D9%87-%D8%B1%D9%88%DB%8C-%D8%A7%D8%B1%D8%A8%D8%B9%DB%8C%D9%86


Isi Lengkapnya:

خاطره یک مسیحی از پیاده‌روی اربعین

نویسنده مسیحی کتاب «حسین در اندیشه مسیحیت» که تاکنون هفت مرتبه به کربلای معلی مشرف شده است، می‌گوید: در خانه مسیحیان عرب شمایل امام حسین(ع) آویخته شده است چرا که شمایل ایشان را شبیه حضرت مسیح (ع) می‌دانند.

به گزارش مشرق، نویسنده مسیحی سوری‌الاصل و ساکن کویت، کتاب «حسین در اندیشه مسیحیت» را نوشته است، پس از انتشار این کتاب در بین مسلمانان معرفی شد و خودش می‌گوید که تحت کرامات امام حسین (ع) این کتاب را نگاشته است و کرامات بسیاری نیز از امام در خواب و بیداری دیده است.

کتاب «حسین در اندیشه مسیحیت» تاکنون به هفده زبان ترجمه و در پنج دانشگاه و برای دوره‌های تکمیلی مورد تأیید قرار گرفته است، آنتوان بارا می‌گوید که علاقه‌ به اهل بیت (ع) را از مقاتل امام حسین (ع) آغاز کرده و همیشه دور و برش پر از کتاب‌های شیعی بوده است و خانواده‌اش نه تنها با این امر مشکلی نداشتند بلکه تشویقش می‌کردند و شمایل امام حسین (ع) را به دلیل شباهت به مسیح (ع) بر دیوار خانه‌شان آویختند.

بارا، نویسنده، روزنامه نگاری پیشکسوت و نویسنده ای است که ۱۵ کتاب به رشته تحریر درآورده و آثارش ابتدا در حوزه ادبیات، رمان و داستان بوده است، وی می‌گوید چهار فرزند و چهار نوه است و همه خانواده‌اش به اهل بیت (ع) علاقه‌مندند مخصوصاً پسر کوچکش کارشناس موسیقی است و در مدح ائمه (ع) مدیحه سرایی کرده است.

آنتوان بارا که تاکنون ۲۵ بار نهج البلاغه را کامل خوانده می‌گوید که تاکنون هفت بار به کربلا رفته و هشت بار به ایران سفر کرده و همینطور پیاده روی نجف تا کربلا رفته و حس و حالش دراین ایام وصف نشدنی است.

با این نویسنده مسیحی در حاشیه اجلاس پیرغلامان حسینی(ع) گفت و گو کردیم که مشروح آن را در ادامه می‌خوانیم:

* ابتدا خودتان را معرفی کنید؟

-بنده آنتوان بارا، روزنگار و مجری اخبار تلویزیونی در کویت هستم، دکترای تاریخ اسلام و اصول عرفان دارم.

* چند سالتان است؟

– ۷۱ سال.

* متولد چه کشوری هستند؟

-سوریه ولی اکنون ساکن کویت‌ام.

* شما مسیحی هستید اما درباره امام حسین (ع) و حضرت زینب (س) کتاب نوشته‌اید، چطور شد که به اهل بیت (ع) علاقه‌مند شدید؟

– بنده از کودکی تا جوانی درباره امام حسین (ع) کتاب می‌خواندم مقاتل مختلف و اولین کتابی هم که خواندم مقتل سید محرم بود و بر آن حاشیه نوشتم همان زمان یکی از دوستانم به من گفت حال که توضیح بر این کتاب می‌نویسی، خودت هم یک کتاب بنویس در آن زمان بنده هفده سالم بود.

بنابراین در سن ۲۲ سالگی شروع به نوشتن کردم و ابتدا کتاب‌های عاشقانه می‌نوشتم و سپس شروع به نوشتن درباره امام حسین (ع) کردم.

کتاب «حسین در اندیشه و فکر مسیحی» را ۱۰ سال طول کشید که بنویسم و ۳۵ سال پیش آن را تألیف کردم و کتاب «زینب فریادی که ادامه دهنده راهی بود» بیش از ۱۰ سال به طول انجامید و رونمایی آن نیز در ایران بود.

پس از اینکه شروع به تألیف کتاب امام حسین (ع) کردم مدتی متوقف شدم چرا که منابع بسیار زیاد بود و بنده نیز گیج بودم اما دوست من گفت که به برکت امام حسین (ع) قدرت خواهی گرفت و کتاب را تمام می‌کنی، خلاصه بنده نیز آن کتاب را تمام کردم اما پس از آن دیگر مثل آن کتاب نتوانستم بنویسم.

در منزل مسیحیان عرب شمایل امام حسین (ع) وجود دارد

* آیا توجه به اهل بیت (ع) شما را از خانواده تان دور ساخت یا خیر؟

-خیر بنده از سوی خانواده هیچ محدودیتی نداشتم چرا که مسیحیان عرب بینش بازی دارند و به اهل بیت (ع) احترام زیادی می‌گذارند در خانه همه مسیحیان عرب شمایل امام حسین (ع) وجود دارد چرا که ما معتقدیم ایشان بسیار شبیه مسیح (ع) هستند.

در مدرسه اسلامی تحصیل کردم

* بنابراین در زمینه پژوهش‌هایی که انجام دادید، چه اندازه تربیت خانواده‌تان تأثیرگذار بوده؟

-خوشبختانه به لحاظ خانوادگی هیچ مشکلی نداشتم چرا که بنده در خانه اتاقی داشتم که در آن بیش از ۴۰۰ منبع اسلامی دور و بر من بود و در مدرسه اسلامی هم درس می‌خواندم درحالیکه همه دوستانم در مدرسه مسیحی بودند در مدرسه اسلامی هم باید درس بینش اسلامی می‌خواندند که البته برای من اجباری نبود اما بنده خودم این درس را انتخاب کردم و در آن شاگرد اول هم شدم.

روزنامه‌نگاران من را مسیحی شیعه شده می‌نامند

* شما بیشتر برای چه ادیانی سخنرانی می‌کنید؟ مسیحیان؟

-خیر برای همه ادیان. روزنامه‌نگاران بنده را مسیحی شیعه شده نامگذاری کرده‌اند حتی در یک جلسه‌ای یکی از بانوان حاضر مرا به حضور طلبید و گفت که شما مسیحی نیستی، یک شیعه اصیل هستی.

* شما به کربلا سفر کرده‌اید در زمان سفر آیا حس و حال خاصی داشتید؟

-بله بنده هفت بار به کربلا رفتم و خیلی تحت تأثیر قرار گرفتم، در کنگره بهار شهادت و باران غدیر سخنرانی کردم و حس و حالم را بازگو کردم الان بعد از این سفر به اهواز مستقیم به نجف اشرف می‌روم و آنجا نیز سخنرانی دارم.

* تا به حال در خواب و رؤیا امام حسین (ع) را دیده‌اید؟

-بله بسیار زیاد.

* می‌توانید یکی از آنها را برای ما تعریف کنید؟

-بله یکی از رؤیاهایم درباره امام حسین به پیش از نگارش کتاب ایشان باز می‌گردد، شب پیش از نگارش کتاب امام (ع) را در خواب دیدم از دیدن امام بسیار ترسیده بودم ولی در درون خود یک راحتی خاصی احساس کردم و بعد تصمیم به نگارش کتاب گرفتم.

یکی دیگر از کرامات امام را نیز در بغداد دیدم زمانی که با ماشین پژو خودم از پل بغداد که بین این شهر و شهر دیگری است عبور می‌کردم که ناگهان ماشینم خراب شد و مردم آن را هل دادند تا بعد از پل، آنجا که یک پیرزنی به نام امه عمار را دیدم که خرما می‌فروخت یا توزیع می کرد، به من گفت بیا بخور من گفتم نمی‌توانم مشغول تعمیر ماشین هستم، اما باز اصرار کرد که بخور، بعد از من پرسید که کجا می‌روی؟.

گفتم: کربلا، او هم گفت این خرما را بخور و بقیه را برای زوار امام حسین (ع) ببر. سادگی زن باعث شد خرما را بگیرم و بخورم و بقیه را در ماشین گذاشتم خلاصه ماه رمضان بود، روزه نبودم ولی آن زن روزه بود، پیش از اینکه جرثقیل برسد ماشین روشن شد و تا نزدیک کربلا رسیدم مردی را دیدم که با من ابراز آشنایی کرد ولی من او را نمی‌شناختم او به من گفت که چرا خبر ندادی به اینجا می‌آیی؟ خلاصه تا زمانی که به کویت برسم ماشین خراب نشد و بعد که به تعمیرگاه رسیدم، تعمیرکار به من گفت که چطور با این ماشین تا اینجا آمدی؟ یک قطعه از آن ذوب شده و اصلا وجود ندارد، خلاصه این از کرامات امام بود.

نحوه شهادت علی اصغر (ع) مرا به گریه می‌اندازد

* تا به حال برایتان اتفاق افتاده که در زمان تحقیق یا کار برای امام حسین (ع) گریه کنید؟

-بله البته نه فقط زمانی که تحقیق می‌کردم بلکه زمان سخنرانی‌ها هم به ویژه وقتی قضیه علی اصغر (ع) و تیری که از سمت حرمله به گلوی او شلیک شد را تعریف می‌کردم،‌ گریه‌ام می‌گیرد.

* استاد چند فرزند دارید؟

-۴ فرزند و ۴ نوه

* شنیدیم که یکی از فرزندانتان مداح است؟

-بله، یوسف فرزند آخرم ۲۳ سال سن و فوق لیسانس موسیقی دارد، یازده سال است که مداح است و تواشیح دینی هم در مدح پیامبر (ص) و حتی جلال الدین رومی (مولانا) می‌خواند.

به اعتقاد من مهم این نیست که مسیحی یا مسلمان باشی مهم این است که عقیده‌ات چیست بنده و خانواده‌ام متمسک به اهل بیت (ع) هستیم خیلی مسلمانان هستند که به اهل بیت (ع) اعتقاد ندارند و برعکس ولی ما اعتقاد خاصی داریم.

* شما به عنوان یک غیر ایرانی و مسلمان نظرتان درباره معارف اهل بیت (ع) و ترویج آن پس از انقلاب اسلامی در ایران چیست؟

-بنده پس از تألیف کتاب امام حسینم هشت بار به ایران آمدم خدا را شکر پس از انقلاب اسلامی به لحاظ توجه به امام رضا (ع) و گردهمایی‌ها و سمینارهایی که در حوزه مذهبی برگزار می‌شود، بسیار جای تشکر است و بنده اینها را در ایران رضایت بخش می‌بینم.

* در رونمایی کتابتان درباره حضرت زینب (س) فرمودند که از نجف به کربلا پیاده روی کردید، چه حسی داشتید؟

-خیلی عجیب بود ما مسافرتمان را از حرم امام علی (ع) و وادی السلام آغاز کردیم و سه روزه به کربلا رسیدیم دراین مدت نه خواب و خوراک و شیرینی‌های جورواجور داشتیم به هیچ کدام اهمیت ندادیم هدف ما بالاتر بود حتی در سوریه هم مقبره حضرت زینب (ص) رفتیم و خودمان را بسیار کوچکتر از جایگاه رفیع ایشان دانستیم.

منبع: فارس

(ABNA/Eja-Jufri/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kronologi Asyura


Hari Asyura, Tragedi Pembantaian Imam Husein as


Setelah menunaikan shalat Subuh bersama para sahabatnya, Imam Husein as berkata, " ... Allah telah memerintahkan pada kesyahidanku dan kesyahidan kalian. Selamat atas kalian yang memilih kesabaran."
Imam Husein as memerintahkan Zuhair bin Qain untuk memegang komando pasukan sebelah kanan, dan Habib bin Mazhahir, pasukan sebelah kiri. Sementara bendera berada di tangan saudaranya, Abbas.

Kendati pasukan musuh telah mendekati perkemahan, namun Imam Husein as belum memerintahkan untuk melemparkan anak panah. Beliau berkata, "Aku tidak ingin memulai perang dengan pasukan ini."
Umar bin Saad meletakkan anak panah di panahnya dan melontarkannya ke arah para sahabat Imam Husein seraya berkata, "Saksikanlah bahwa akulah orang pertama yang melemparkan anak panah ke arah pasukan Husein." Kemudian tindakan ini diikuti oleh para pasukan Umar bin Saad. Mereka membidik para sahabat Imam Husein as dari segala arah.

Imam Husein as berkata, "Bangkitlah wahai para sahabatku, dan bergegaslah menuju kesyahidan! Allah akan mengampuni kalian."

Pada serangan pertama, lebih dari empat puluh sahabat Imam Husein as gugur syahid. Selebihnya, secara bergilir satu persatu dari mereka maju ke medan pertempuran untuk bergegas menyambut kesyahidan. Ketika seluruh sahabat telah gugur, tibalah giliran keturunan Bani Hasyim untuk maju ke medan laga. Namun mereka pun mereguk madu kesyahidan, tanpa tersisa.

Kini Imam Husein as sendirian, tak berteman. Dengan pandangan penuh haru,beliau memandang ke arah jasad-jasad suci para sahabatnya dan memanggil mereka satu persatu, kemudian bergerak ke arah perkemahan untuk mengucapkan perpisahan terakhir. Setelah itu, beliau lantas mengeluarkan pedang dari sarungnya, berdiri berhadapan dengan musuh, dan memulai peperangan yang tak seimbang.

Musuh segera mengepungnya dari segala arah. Tiba-tiba, sebuah anak panah bercabang tiga mengenai dada sebelah kirinya, menancap tepat di jantungnya, sementara tubuh sucinya dipenuhi oleh anak-anak panah yang menancap. Imam Husein as tersungkur jatuh, gugur syahid. Ruhnya yang mulia bergabung ke alam malakut yang tinggi. Jeritan para wanita dan anak-anak, bahkan para malaikat membahana, mengharu biru dan memenuhi belantara langit.


Tragedi Petang Hari Asyura

Sore hari kesepuluh, setelah kesyahidan Imam Husein as,Umar bin Saad memerintahkan laskarnya untuk merampas, menjarah, membakar perkemahan dan menyiksa para keluarga kenabian. Dengan membabi buta mereka segera menaati perintah ini. Mereka menyerbu ke arah perkemahan Imam Husein as, menjarah peralatan, pakaian dan unta-unta, dan kadang kala tanpa malu terlihat tengah merebut dan mengambil paksa pakaian dari tangan seorang wanita Ahlul Bait as. Putri-putri Rasulullah Saw dan keluarga Imam Husein as keluar dari perkemahan, menangis dan menjerit karena kehilangan para pelindung dan orang-orang yang mereka kasihi.

Setelah itu, dengan kepala terbuka, kaki telanjang dan pakaian-pakaian yang telah terjarah, keluarga ini menjadi tawanan Umar bin Saad. Perempuan-perempuan agung ini berkata, "Lewatkanlah kami dari tempat terbunuhnya Imam Husein as."Saat pandangan mereka jatuh ke jasad para syuhada, kembali terdengar jeritan dan raungan yang membahana.

Setelah peristiwa ini, Umar bin Saad yang terlaknat, mengumumkan pada laskarnya, "Siapakah diantara kalian yang bersedia menginjak-injak punggung dan dada Husein dengan kuda?!" Sepuluh orang bangkit menyatakan kesediaannya, dan mulai mengarahkan kuda-kudanya untuk menginjak-injak tubuh mulia Imam Husein as.

Sore itu juga, Umar bin Saad memerintah pasukan Khuli bin Yazid Ashbahi dan Hamid bin Muslim Azdi untuk mengirimkan kepala mulia Imam Husein as ke Ubaidillah bin Ziyad di Kufah. Sementara yang lainnya mengumpulkan kepala-kepala para sahabat dan keluarga beliau yang berjumlah tujuh puluh dua kepala, kemudian mengirimkan seluruh kepala ini ke Kufah bersama Syimr bin Dzil Jausyan dan Qais bin Asy'ats. Setelah itu, mereka mulai mencaripasukannyayang terbunuh lalu menguburkannya. Namun jenazah Imam Husein dan para sahabatnya yang tak berkepala tetap dalam keadaan telanjang di sahara Karbala sampai hari kedua belas Muharam, hingga akhirnya kabilah Bani Asad menguburkan mereka atas arahan Imam Sajjad as.


Ubaidillah bin Ziyad Tewas di Tangan Pasukan Mukhtar Tsaqafi

Pada hari Asyura tahun 67 Hq, enam tahun setelah peristiwa Karbala, tepat hari dimana pasukan Yazid di bawah komando Ubaidillah bin Ziyad menciptakan tragedi kemanusiaan dan Imam Husein as bersama para sahabatnya gugur syahid.

Waktu itu pasukan Abdul Malik bin Marwan yang dipimpin oleh Ubaidillah bin Ziyad berhadap-hadapan dengan laskar Mukhtar bin Abi Ubaidah Tsaqafi yang dipimpin oleh Ibrahim bin Malik al-Asytar di tepi sungai Khadzir, yang jaraknya 4 farsakh dari kota Mosul. Dua pasukan berperang dan menyebabkan banyak yang terbunuh.

Pasukan Syam yang kehilangan 70 ribu tentara mulai terlihat tanda-tanda kekalahannya dan akhirnya menerima kekalahan. Peristiwa paling penting dari perang ini adalah tewasnya Ubaidillah bin Ziyas, Komandan Laskar Syam di tangan Ibrahim bin Malik al-Asytar. Waktu itu Ibrahim Malik al-Asytar menebaskan pedangnya sekali dengan sekuat tenaga sehingga, tubuh Ubaidillah bin Ziyad terpisah menjadi dua di bagian pinggang dan tewas seketika.

Dalam perang ini juga Syimr bin Dziljausyah tewas di tangan pasukan Ibrahim Malik al-Asytar.


Asyura, Tragedi Kemanusian yang Terlupakan


Empat belas abad yang silam menjadi saksi sejarah, sebuah tragedi kemanusiaan yang tidak saja menyedihkan tapi sekaligus memilukan. betapa tidak.
Cucu Rasulullah Imam Husein yang menjadi belaian kasih sayang Nabi SAW dibantai secara tragis di Padang Karbala.

Leher imam Husein yang sering dicium oleh kakeknya, harus dipenggal oleh pasukan bengis yang dipimpin oleh Umar bin Saad, yang kemudian dipersembahkan kepada penguasa yang zalim, Yazid bin Muawiah ketika itu. Membuka kembali lembaran sejarah peristiwa Karbala tidak hanya untuk membacanya lalu bersama-sama menguraikan air mata.

Ada pelajaran penting di sana. Sebuah misi yang membuat setiap pribadi yang ikut di dalamnya mengambil sebuah adegan yang saling mendukung melanjutkan misi Imam Husein. Beliau keluar untuk melakukan revolusi setelah melihat perilaku Yazid bin Muawiyah yang sewenang-wenang.

Tragedi Karbala adalah sebuah tragedi kemanusiaan yang luar biasa, dan melihat fakta bahwa keagungannya unik dan tak tertandingi, konsekuensinya juga luar biasa. Yang mendorong Imam Husain untuk bangkit memberontak adalah untuk menghentikan penyimpangan dan bid`ah yang terjadi di area politik Islam saat itu.

Penyimpangan itu adalah penentangan terhadap eksistensi sistem Islami dengan meletakkan kekuasaan di tangan orang-orang yang tidak qualified. Setelah Nabi saw wafat berbagai peristiwa berjalan sedemikian rupa sehingga akhirnya mengubah Khilafah menjadi sebuah jabatan yang didasarkan pada cinta dunia yang diwujudkan dalam cinta kekuasaan, kesewenang-wenangan, egoisme dan keserakahan.

Imam Husain berjuang melawan penyimpangan ini. Sejarah manusia menunjukkan secara jelas bahwa pemimpin zalim hanya berpikir untuk mempertahankan kekuasaannya dengan cara apa pun juga, termasuk dengan mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya dan menguasainya secara personal.

Di antara cara mempertahankan kekuasaan pemimpin zalim ialah dengan menyebarkan nilai-nilai kezaliman di kalangan para pejabat pemerintahannya bahkan di tengah masyarakat luas. Untuk itulah pemimpin zalim tidak akan pernah menyukai orang-orang saleh, yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan keadilan, bahkan menganggapnya sebagai sumber ancaman terhadap eksistensi kekuasaannya.

Sejarah juga membuktikan bahwa Muawiyah dan anaknya Yazid, serta mayoritas para penguasa Bani Umayyah adalah jenis pemimpin yang zalim. Akibatnya dapat kita lihat dengan menyebarnya dekadensi moral di sebagian besar lapisan masyarakat, terutama di kalangan para pejabat Negara ketika itu.

Ketidakadilan, kesemena-menaan, kejahatan dan ketidakamanan menyebar ke mana-mana. Di antara yang paling parah ialah munculnya diskriminasi rasial di kalangan masyarakat muslim, dan meluasnya ideologi-ideologi sesat yang merusak akidah dan keyakinan Islam.

Semua itu benar-benar merupakan ancaman serius bagi kemurnian ajaran Islam yang telah diperjuangkan oleh Nabi SAW. Melihat kondisi buruk itu, yang mencapai puncaknya di zaman Yazid bin Muawiyah, maka sejumlah tokoh Kufah, Irak, yang dulu merupakan pengikut Imam Ali, menulis surat kepada Imam Husein agar datang ke Kufah untuk memimpin masyarakat Kufah memerangi Yazid.

Imam Husein yang merasa terpanggil untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, memenuhi panggilan masyarakat Kufah ini dan berangkat menuju ke kota bekas pusat pemerintahan ayahanda beliau itu. Akan tetapi, pihak penguasa, yaitu Yazid yang mencium gerak-gerik penduduk Kufah ini, segera mengirim pasukan militer ke kota ini dan membasmi gerakan tersebut dengan menangkapi, memenjarakan dan membunuhi para tokohnya.

Dengan demikian, jadilah Imam Husein kehilangan pendukung besarnya. Akan tetapi, beliau tetap berniat datang ke Kufah. Yazid yang mengetahui bahwa Imam Husein tetap bergerak menuju ke Kufah, mengirim bala tentara lengkap untuk mencegah kedatangan beliau ke kota ini. Terhalang untuk masuk ke kota Kufah, akhirnya rombongan Imam Husein yang berjumlah 72 orang kemudian digiring hingga tiba di sebuah padang pasir bernama Karbala.

Ketika datang perintah dari Yazid di Syam, agar Imam Husein beserta rombongannya dibantai, maka terjadilah pertempuran yang sangat tak seimbang, 72 orang rombongan imam Husein yang terdiri dari keluarga dan sahabatnya harus bertarung melawan tentara Yazid yang berjumlah kurang lebih 20.000 pasukan, yang kemudian dikenal di seluruh dunia dan di sepanjang sejarah sebagai tragedi Karbala.

Peristiwa tragis itu terjadi tepatnya 10 Muharram 61 H, dimana pasukan Yazid yang dimotori oleh Ibnu Ziyad mulai melakukan serangan pada rombongan Imam Husein yang dalam keadaan haus dan lapar. Salah seorang pasukan melancarkan anak panah pada leher anak Imam Husein yang masih bayi dan berada dalam pangkuan ibunya, sehingga mengalirlah darah dari lehernya dan meninggallah bayi yang tak berdosa itu.

Pada sore hari 10 Muharram 61 H, pasukan Imam Husein banyak yang berguguran. Sehingga Imam Husein tinggallah seorang diri dan beberapa anak-anak dan wanita. Dalam keadaan haus dan lapar di depan pasukan Ibnu Ziyad , Imam Husein berkata: “Bukalah hati nurani kalian, bukankah aku adalah putera Fatimah dan cucu Rasulullah saw.

Pandanglah aku baik-baik, bukankah baju yang aku pakai adalah baju Rasululah saw.”Tapi sayang seribu sayang karena iming-iming hadiah jabatan dan materi dari Ibnu Ziyad dan Yazid bin Muawiyah, mereka menyerang Imam Husein yang tinggal seorang diri. Serangan itu disaksikan oleh Zainab (adiknya), Syaherbanu (isterinya), Ali bin Husein (puteranya), dan rombongan yang masih hidup yang terdiri dari wanita dan anak-anak.

Pasukan Ibnu Ziyad melancarkan anak-anak panah pada tubuh Imam Husein, dan darah mengalir dari tubuhnya yang sudah lemah. Akhirnya Imam Husein terjatuh di tengah-tengah mayat para syuhada’ dari pasukannya. Melihat Imam Husein terjatuh dan tak berdaya, Syimir dari pasukan Ibnu Ziyad turun dari kudanya, menginjak-injakkan kakinya ke dada Imam Husein, lalu menduduki dadanya dan menghunus pedang, kemudian menyembelih leher Imam Husein yang dalam kehausan, sehingga terputuslah lehernya dari tubuhnya.

Menyaksikan peristiwa yang tragis ini Zainab dan isterinya serta anak-anak kecil menangis dan menjerit tragis. Tidak hanya itu kekejaman Syimir, ia melemparkan kepala Imam Husein yang berlumuran darah ke kemah Zainab. Semakin histeris tangisan Zainab dan isterinya menyaksikan kepala Imam Husein yang berlumuran darah berada di dekatnya. Zainab menangis dan menjerit, jeritannya memecah suasana duka.

Ia merintih sambil berkata: Oh… Husein, dahulu aku menyaksikan kakakku Al-Hasan meninggal diracun oleh orang terdekatnya, dan kini aku harus menyaksikan kepergianmu dibantai dan disembelih dalam keadaan haus dan lapar. Ya Allah, ya Rasullallah, saksikan semua ini.

Imam Husein telah meninggalkan kami dibantai di Karbala dalam keadaan haus dan lapar. Dibantai oleh ummatmu yang mengharapkan syafaatmu. Ya Allah, ya Rasulallah Akankah mereka memperoleh syafaatmu sementara mereka menghinakan keluargamu, dan membantai Imam Husein yang paling engkau cintai? 10 Muharram 61 H, bersamaan akan tenggelamnya matahari, mega merah pun mewarnai kemerahan ufuk barat, saat itulah tanah Karbala memerah, dibanjiri darah Imam Husein dan para syuhada’ Karbala.

Bumi menangis, langit dan penghuninya berduka atas kepergian Imam Husein sang pejuang kebenaran dan keadilan. Nah mengapa tragedi karbala, yang merupakan sebuah tragedi kemanusiaan yang luar biasa justru terlupakan oleh sebahagian besar ummat Islam saat ini ??? Bahkan bukan hanya terlupakan, justru memang tidak pernah disampaikan kepada generasi Islam??? Yang cukup mengherankan juga adalah bahwa bulan Muharram yang menjadi bulan duka cita dan nestapa keluarga Rasul yang suci justru menjadi bulan kegembiraan pada sebagian ummat Islam lainnya.

Di masyarakat kita 10 Muharram atau Asyura disambut dengan gembira, misalnya dengan membeli alat-alat rumah tangga, syukuran dengan membuat bubur 7 macam, dsb. Tidak cukup dengan itu kemudian juga dilanjutkan dengan dengan puasa Muharram sebagai simbol kesyukuran dan kegembiraan.

Ada banyak riwayat yang dibuat-buat oleh penguasa saat itu hanya untuk menutupi spirit perjuangan Imam Husein dalam menentang penguasa yang zalim. Dibuatlah cerita atau riwayat bahwa Ketika Nabi saw. hijrah ke kota Madinah, beliau menyaksikan orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyûrâ’ yaitu hari kesepuluh bulan Muharram, lalu beliau bertanya kepada mereka, mengapa mereka berpuasa, maka mereka menjawab, “Ini adalah hari agung, Allah telah menyelamatkan Musa dan kaumnya dan menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya.”

Maka Nabi saw. bersabda, “Kami lebih berhak atas Musa dan lebih berhak untuk berpuasa di banding kalian.” Lalu beliau memerintahkan umat Islam agar berpuasa untuk hari itu. Demikian dalam kitab Bukhari dan Muslim. Kalau kita mencoba menelaah lebih dalam riwayat di atas maka akan kelihatan ketidakbenarannya.

Riwayat di atas mengatakan kepada kita bahwa Nabi mulia saw. tidak mengetahui sunnah saudara beliau; Nabi Musa as. dan beliau baru mengetahuinya dari orang-orang Yahudi dan setelahnya beliau bertaqlid kepada mereka! Padahal Nabi sangat melarang kita untuk mengikuti kebiasaan ummat lainnya, Yahudi maupun Nasrani. Sangatlah kontradiktif.

Yang lucunya justru riwayat itu memerintahkan kita untuk mengikutinya. Dimana logisnya? Ada juga riwayat lain yang mengatakan bahwa 10 Muharram adalah bebasnya keluarrnya Nabi Yunus dari perut ikan, bebasnya Nabi Ibrahim dari Raja Namrud, selamatnya Nabi Musa dari kejaran Firaun dsb.

Mestinya juga diteruskan bahwa 10 Muharram juga adalah menangnya pasukan Yazid dalam dalam memenggal kepala cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husein. Kita semua adalah korban sejarah. Yakni sejarah yang sengaja dibuat oleh penguasa zalim hanya untuk melanggengkan kekuasaan dan keserakahannya. Sudah waktunya buat kita untuk mengkritisi setiap riwayat yang ada.

Padahal jauh sebelumnya ketika Husein lahir, Rasulullah bersedih dan menetaskan air mata ketika jibril mengatakan bahwa cucumu yang baru lahir ini akan syahid di padang karbala oleh ummat yang mengaku sebagai pengikutmu. Jadi Rasulullah jauh sebelum peristiwa itu telah memperingati Asyura dengan kesedihan. Nah masihkah kita ingin memperingati Asyura dengan kegembiraan??

Apapun alasannya yang jelas bahwa dalam tragedi Karbala atau Asyura banyak pelajaran dan hikmah yang bisa dipetik dan sekaligus diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebenarnya kejadian di padang Karbala, merupakan refleksi kehidupan manusia, karena salah satu peran yang ditampilkan disana adalah pengorbanan sejumlah manusia untuk sebuah tujuan yang sangat tinggi dan suci, yaitu menegakkan kebenaran dan keadilan, menentang kezaliman.

Peringatan tragedi ini merupakan sumber inspirasi bagi para pencari kebenaran dan keadilan di seluruh dunia. Mahatma Gandhi sendiri pernah berujar “I learned from Hussain, how to achieve victory while being oppressed. ”“Aku belajar dari Husain bagaimana cara meraih kemenangan ketika dalam kondisi tertindas.

Di era ini dimana sekularisme, hedonisme, kapitalisme telah menjadi ideologi bagi umumnya para pemimpin atau penguasa maka mengenang kembali peristiwa Karbala bisa menjadi momentum untuk membangkitkan spirit kita untuk menentang setiap penindasan, kesewenang-wenangan dan kezaliman sembari menegakkan kebenaran dan keadilan di tengah-tengah ummat.

Peristiwa Asyura sesungguhnya mengajarakan kaum muslim untuk tidak berkompromi dengan para penguasa zalim kapan dan dimanapun dengan semangat pengorbanan. Bila mengenang tragedi Karbala memiliki peran dan arti yang sebegitu penting dalam kehidupan, maka merugilah orang yang melupakan peristiwa bersejarah ini.


Rahasia Keabadian Asyura


Peristiwa Karbala adalah satu dari sekian momentum historis yang memiliki kedudukan khusus. Meskipun terjadi tahun 61 Hijriah, tapi kejadian penting ini tidak lekang oleh zaman, dan terus hidup hingga kini. Padahal Khalifah Bani Umayah dan penerusnya telah melakukan berbagai cara untuk memberangus peristiwa agung ini dari memori umat Islam. Salah satu yang mereka lakukan adalah menjadikan hari Asyura sebagai kemenangannya yang dirayakan secara meriah dan suka cita. Ketika kebohongannya terungkap, mereka melakukan berbagai cara untuk menjustifikasi kezaliman Yazid yang dilawan dengan kesyahidan Imam Husein. Hingga kini, para pendukung Yazid berupaya menyimpangkan tujuan kebangkitan Imam Husein, dan menimbulkan masalah bagi para peziarah beliau, dan orang-orang yang mengenang perjuangannya.

Setelah tumbangnya Dinasti Umayah, Dinasti Bani Abbasiyah selama tujuh ratus tahun berupaya menyelewengkan peristiwa Asyura. Dan kini cara-cara tersebut dilanjutkan oleh para penerus mereka.Tapi, semakin keras orang-orang zalim merusak dan menyelewengkan kebenaran peristiwa Asyura, peristiwa besar ini terus hidup dan tetap abadi hingga kini, dan pengaruhnya semakin besar dari sebelumnya.Oleh karena itu, muncul pertanyaan besar apa rahasia keabadian gerakan Asyura? Mengapa peristiwa yang terjadi lebih dari seribu tahun itu tetap abadi di tengah gencarnya upaya merusak dan menyelewengkan peristiwa besar tersebut?

Tidak diragukan lagi faktor keabadian gerakan Asyura adalah pertolongan Allah swt. Dalam al-Quran surat as-Saff ayat 8, Allah swt berfirman,“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya”. Gerakan Asyura yang dikibarkan Imam Husein di padang Karbala demi menjaga dan menyebarkan ajaran agama Allah yang dimaksud di ayat tersebut. Oleh karena itu, Allah swt berfirman bahwa cahaya itu tidak akan padam, tapi justru dengan berlalunya waktu semakin benderang. Oleh karena itulah, Nabi Muhammad Saw bersabda,”Sesungguhnya kesyahidan Imam Husein menjadi api yang berkobar di hati orang-orang mukmin yang tidak akan pernah padam”.

Faktor lain dari keabadian gerakan agung Asyura adalah perkataan dan sirah Nabi Muhammad Saw mengenai Imam Husein dan Karbala. Sepanjang sejarah, umat Islam sangat menghormati Nabi Muhammad Saw. Berdasarkan fatwa ulama Sunni dan Syiah, mengikuti sunnah Rasulullah Saw wajib hukumnya, dan dilarang untuk menentangnya. Sebab dalam al-Quran surat An-Nisa ayat 80, Allah swt berfirman, “Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka”. Di bagian lain, surat an-Najm ayat 3 dan 4, Allah swt berfirman, “Dan tiadalah yang diucapkan Rasulullah, (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang disampaikan kepadanya.”

Perintah ilahi ini bukan hanya ditujukan kepada umat Nabi Muhammad Saw saja, tapi juga bagi Rasulullah sendiri yang mengingatkan umat tentang Ahlul Baitnya.Terkait hal ini, Salman Farsi, salah seorang sahabat Rasulullah Saw bertutur, “Aku melihat Husein berada di pangkuan Rasulullah, lalu beliau bersabda ke arah cucunya itu, ‘Engkau adalah pemimpin, engkau anak dan ayah pemimpin, engkau Imam, putra Imam dan ayah para pemimpin. Engkau hujah, putra hujah dan ayah Imam kesembilan, yang kesembilannya adalah Imam Mahdi’,”. Selain menjelaskan mengenai keutamaan Imam Husein, Rasulullah Saw mengungkapkan tentang kesyahidan Imam Husein di hadapan sejumlah sahabatnya di Madinah.

Ibnu Atsir, ahli hadis Sunni menulis, “Asyats bin Sahim meriwayatkan dari ayahnya yang mendengar langsung Rasulullah Saw bersabda, “Putraku Husein akan syahid di sebuah tempat di Irak. Barang siapa yang sezaman dengan Husein, maka ia harus menolongnya.”Aisyah, Istri Rasulullah Saw menceritakan suatu hari melihat Imam Husein yang masih bayi dibawa menghadap Nabi Muhammad Saw. Beliau menciumnya, seraya berkata,”Siapapun yang menziarahi makamnya akan mendapatkan pahala seperti haji”.

Faktor lain keabadian Asyura adalah konsistensi Ahlul Bait dalam mendirikan majelis duka Syuhada Karbala. Ahlul Bait Rasulullah Saw sangat mementingkan acara mengenang perjuangan Asyura. Mereka menjelaskan tujuan perjuangan Imam Husein, upaya mencegah terjadinya penyimpangan Asyura, mengungkap kejahatan Bani Umayah, keutamaan memperingati Asyura dan rahasia keabadian Asyura.

Perjuangan yang disuarakan Sayidah Zainab dari Karbala hingga masuknya para tawanan Asyura menuju Kufah dan Syam, serta Khutbah pencerahan yang beliau sampaikan dengan gagah berani di tengah masyarakat memainkan peran penting dalam memjelaskan kebenaran peristiwa Asyura. Tangisan panjang Imam Sajjad meratapi peristiwa Asyura membangkitkan kesadaran penduduk Madinah. Imam Baqir dan Imam Shadiq mewasiatkan selama 10 tahun untuk mendirikan Majelis duka ketika menjalankan ibadah haji di Mina, dan menjelaskan peristiwa Karbala. Imam Ridha juga mendirikan majelis duka mengenang perjuangan Asyura.

Berbagai faktor tersebut menyebabkan spirit Asyura tetap abadi hingga kini. Salah satu rahasia keabadian Asyura lainnya adalah metode dan tujuan perjuangan Imam Husein. Beliau dengan tegas memperkenalkan jalan perjuangannya secara terang benderang. Imam Husein berkata, “Aku bangkit melawan [penguasa lalim] demi memperbaiki umat kakekku, dan menegakkan Amr Maruf dan Nahi Munkar, sebab Allah swt dalam al-Quran berfirman,“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”(Ali-Imran:104).

Salah satu bentuk dasar Amr Maruf dan Nahi Munkar adalah menasehati orang yang berbuat lalim supaya melakukan kebaikan dan menghentikkan kemunkarannya.Ketika penguasa lalim menimbulkan ancaman bagi prinsip-prinsip Islam harus ada orang yang menegakkan kebaikan dan melawan kezaliman demi tegaknya nilai-nilai Islam. Yazid yang zalim, menjadi Khalifah yang diwarisi dari ayahnya Muawiyah, dan Imam Husein bangkit melawan dan tidak berbaiat kepadanya. Dalam menjalankan tugasnya, Imam Husein memberikan pencerahan kepada masyarakat. Beliau berkata, “Wahai manusia ! Rasulullah Saw bersabda, jika di antara kalian menyaksikan penguasa lalim yang menghalalkan sesuatu yang telah diharamkan oleh Allah, tidak menepati janjinya, dan menentang sunah Rasulullah dan berperilaku zalim dan dosa di tengah masyarakat… dan kemudian tidak mengubah perbuatannya dengan perkataan dan perbuatan, maka Allah swt menempatkan mereka termasuk orang-orang yang zalim.”

Untuk menyadarkan masyarakat, Imam Husein berkata,”Sadarlah! Ketika suatu kaum telah mentaati setan dan meninggalkan ketaatan terhadap Allah swt, melakukan kerusakan secara terang-terangan dan menghentikan hukum Allah, menjadikan Baitul Mal sebagai kas pribadi dan menghalalkan yang telah diharamkan oleh Allah, maka aku datang untuk mengubah keadaan ini !”

Imam Husein di bagian lain mengungkapkan masalah kehormatan dan maknanya yang tinggi dalam diri seorang mukmin. Beliau berkata, “Sadarlah, mereka yang memberiku dua pilihan, pedang dan kehinaan! Kami memilih syahid, bukan kehinaan. Sebab Allah swt dan Rasul-Nya menghendaki demikian.”Jika dikaji lebih dalam, perkataan ini disampaikan ketika Imam Husein sudah tahu usianya tidak akan lama, dan beliau akan mencapai kesyahidan.Tapi pernyataan ini disampaikan sebagai pelajaran penting bagi umat Islam tentang betapa berharganya kehormatan manusia, meski harus ditebus dengan nyawa sekalipun. Seruan Imam Husein ini sepanjang sejarah menjadi inspirasi tidak hanya untuk umat Islam, tapi juga bagi pejuang penegak keadilan di seluruh penjuru dunia.

Revolusi Imam Husein meskipun tidak mencapai kemenangan secara militer, dan dari luar tampak kalah dibantai oleh pasukan Yazid, tapi perjuangan beliau telah mengubah masyarakat Muslim. Sejatinya, gerakan Asyura adalah garis utama yang melanjutkan kehidupan Islam. Kebangkitan Imam Husein menjadi gerakan sosial yang menunjukkan bahwa reformasi masyarakat Islam berada dalam tanggungjawab setiap Muslim. Dan setiap orang harus mengerahkan seluruh potensinya untuk menyelamatkan ajaran Islam ketika diselewengkan oleh penguasa lalim seperti Bani Umayah. Inilah rahasia penting keabadian Asyura.

(IRIB/Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Strategi Licik ISIS, HTI, dan PKS Mengubur Cinta Tanah Air


Ketika ISIS menguasai sebuah wilayah, apa yang pertama dihancurkan? Semua ornamen sejarah dan artefak yang menjadi simbol kebesaran bangsa tersebut. Kenapa perlu dihancurkan? Agar tidak tersisa lagi rasa nasionalisme dan kebanggan masyarakat kepada bangsanya.

Dengan cara itulah ISIS atau Alqaedah menguasai sebuah bangsa. Mereka merusak semua hal yang bisa dijadikan sebagai pengikat masyarakat. Mereka menghancurkan sejarahnya. Mereka merubuhkan semua kebesaran bangsa tersebut.

Strategi yang sama juga dilakukan di Indonesia. Mereka mengharamkan hormat bendera. Mengharamkan nyanyi Indonesia Raya. Pokoknya mereka berusaha membendung segala sesuatu yang dapat membuat orang berbangga hati menjadi bagian dari Indonesia.

Tapi, mengharamkan hornat bendera terlaku vulgar. Mengharamkan lagu Indonesia Raya terlaku kentara. Mereka Gunakan cara yang lebih lembut. Yang paling mudah adalah rusaklah rasa bangga menjadi orang Indonesia. Rendahkan mereka yang berusaha membawa nama harum bangsa ini. Hujat mereka. Agar tidak tersisa kebanggan sedikitpun terhadap sesuatu yang bernama Indonesia.

Jika rasa bangga bernegara sudah dikikis habis, akan mudah menguasai Indonesia. Rakyat akan merusak persatuannya sendiri. Akan menghancurkan prestasi-prestasi bangsanya sendiri.

Wajar saja jika kader PKS memuja Erdogan, pemimpin bangsa lain, dan melecehkan Presidennya sendiri. Sebab satu-satunya cara PKS bisa berkuasa adalah dengan merobohkan kecintaan rakyat terhadap Indonesia. Jika rakyat membenci segala yang berbau Indonesia, itulah kesempatan mereka untuk berkuasa.

Itu juga yang dilakukan HTI. Felix Siauw akan berkampanye terus untuk menghancurkan nasionalisme kita. Caranya dengan membenturkan rasa nasionalisme dengan Islam. Tujuannya agar publik bingung dan akhirnya neninggalkan kecintaan pada bangsanya. Jika nasionalisme sudah tercerabut dari hati rakyat maka khilafah baru bisa ditegakkan. Khilafah tidak mungkin tegak dalam masyarakat yang masih ada rasa cinta pada tanah airnya. HTI tahu benar soal yang satu ini.

Kampanye anti Islam Nusantara adalah salah satu strategi untuk membenturkan agama dan nasionalisme. Sesuatu yang sebetulnya sudah selesai dibahas oleh para pendiri bangsa, kini diungkit-ungkit lagi untuk dibenturkan. Tradisi nasional dituding sesat. Cara berpakaian, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan sederhana yang khas Indonesia berusaha digerus.

Jika tidak mempan juga, susupkan perayaan-perayaan yang menjadi simbol nasionalisme dengan propaganda anti nasionalisme. Anak-anak TK yang masih polos, diseragamkan dengan pakaian ala jihadis. Kampanyekan bahwa para jihadis yang suka menghancurkan berbagai negara itu juga bagian dari Indonesia. Bilang saja itu pakaian perjuangan ala Rasul. Dengan tentara perempuan bercadar memanggul senapan AK 47. Padahal pakaian itu lebih mirip teroris.

Ada momen Asian Games. Seluruh dunia memuji acara pembukaanya. Itu menyebabkan rasa bangga kita sebagai orang Indonesia membuncah. Jangan dibiarkan. Ini harus dicegah. Jangan sampai rakyat tambah cinta dengan tanah airnya.

Maka coba saksikan sekarang. Lihat komentar akun-akun PKS di medsos. Mereka berusaha merusak kebanggaan Anda sebagai orang Indonesia. Mereka berusaha membuat acara itu jadi jelek. Mereka berusaha sekuat tenaga mempermalukan bangsanya. Segala hal remeh temeh dikomentari. Tujuannya agar Anda jangan pernah berbangga jadi orang Indonesia.

Lihat juga akun-akun simpatisan HTI, mereka berusaha mencerabut kecintaan Anda pada Indonesia. Tujuan mereka untuk merobek rasa cinta tanah air bersambut dengan politisi kacangan. Mereka juga mempermasalahkan hal-hal kecil seolah tidak ikhlas jika bangsanya dipuji seluruh dunia. Kenapa? Karena kalau pemerintah mampu menghadirkan kebesaran kita sebagai bangsa, mereka merasa kalah. Merasa terpojok. Sebab bagi mereka lebih untung bangsa ini rusak dan kerdil, dengan begitu nanti bisa merebut kekuasaan.

Maka lihatlah komentarnya. Aksi Presiden yang bermaksud terlibat intens dalam pembukaan Asian Games, untuk memeriahkan pesta olahraga itu jadi bahan nyinyiran. Apa tidak ada cara lain untuk mengkritisi?

Saya amat yakin sebagai manusia yang punya nilai artistik, apapun pilihan politik Anda, pasti kagum juga menyaksikan pembukaan acara Asian Games kemarin. Itu normal. Memang keren kok.

Bahkan seluruh dunia yang tidak punya urusan dengan copras-capres, memujinya. Dengan tampilan itu, mereka jadi penasaran tentang Indonesia. Mereka kagum denga kekayaan dan keindahan budaya dan keragaman etnis kita.

Tapi, sekali lagi. Jangan biarkan rasa bangga sebagai bagian dari bangsa Indonesia mengaliri semangat rakyat. Jangan biarkan rasa cinta tanah air membuncah di hati setiap orang.

Sebab mereka yakin. Hanya dengan menanam kebencian pada tanah airlah, mereka bisa berkuasa di Indonesia. Jika rakyat masih memiliki rasa cinta pada bangsanya, orang-orang seperti mereka tidak akan pernah mendapat tempat di kursi kekuasaan.

“Padahal kalau makan bubur ayam, mereka masih memakai mangkok cap ayam jago, mas. Itu Indonesia banget, lho…”

(Arrahmah-News/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kenapa Rusia Berperang di Suriah? Ini Alasannya


Mengapa Rusia harus repot-repot berperang di negara yang secara geografis tidak berbatasan langsung dengannya?

Hampir 3 tahun berjalan sejak Rusia mengirimkan pasukan udaranya ke Suriah untuk memberantas ISIS. Selama itu pula, Barat, yang sebetulnya juga mengirimkan pasukannya ke Suriah, mengkritik operasi Rusia. Apa sebenarnya tujuan Rusia di Suriah? Benarkah intervensi Rusia di Suriah adalah upaya untuk menyelamatkan Presiden Assad? Mengapa Rusia harus repot-repot berperang di negara yang secara geografis tidak berbatasan langsung dengannya?

Kampanye militer Rusia di Suriah telah berlangsung sejak 30 September 2015. Pasukan Kedirgantaraan Rusia melancarkan serangan udara terhadap ISIS serta kelompok teroris lainnya yang menentang pemerintah Suriah.

Di sisi lain, Barat menuduh bahwa tujuan utama Moskow di Suriah adalah untuk melindungi Presiden Suriah Bashar al-Assad. Tak hanya itu, Barat bahkan mengklaim bahwa tindakan Moskow telah menyengsarakan dan sekaligus merenggut nyawa masyarakat sipil tak berdosa di negara yang telah bertahun-tahun dilanda perang itu.

Rusia sudah berkali-kali membantah tuduhan tersebut dan menekankan bahwa, selama ini — tidak seperti koalisi Barat — hanya Rusialah yang terus berperang melawan teroris secara tepat dan efektif. Lalu, untuk apa Rusia berperang di negara yang secara geografis tidak berbatasan langsung dengannya?


Melawan Teroris yang Jauh dari Rumah

Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan pernyataan resmi pada hari dimulainya operasi di Suriah pada 30 September 2015 lalu. Menurut Putin, ribuan kelompok ekstremis yang berperang di Suriah akan tiba di Rusia melalui Asia Tengah dan Kaukasus Utara jika mereka tak segera dihentikan.

Ilmuwan senior di Institut Studi Timur Tengah Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia (RAN) Vladimir Akhmedov membenarkan adanya kemungkinan tersebut. "Emirat Kaukasus (kelompok teroris di Kaukasus Utara -red.) berjanji untuk setia dan patuh kepada ISIS. Pada 2015, tercatat ada ribuan warga Rusia yang bergabung bersama ISIS," kata Akhmedov.

Tak hanya itu, ada banyak warga dari negara-negara Asia Tengah — yang memiliki perjanjian bebas visa dengan Rusia — bergabung dengan ISIS. Militan-militan ini tidak terlalu menyukai Rusia. Pada 2015 lalu, ISIS bahkan merilis sebuah video ancaman berjudul “Segera, dalam Waktu Dekat” yang menampilkan para militan menjanjikan lautan darah bagi ‘orang-orang kafir’ di Rusia, dengan bahasa Rusia yang fasih.


Meraih Status

Alasan lain terkait intervensi Rusia dalam perang Suriah adalah untuk mendapatkan kembali status kekuatan dunia yang berpengaruh besar terhadap kebijakan global. Demikian hal tersebut diyakini Presiden Institut Studi Timur Tengah Evgeny Satanovsky.

“Tindakan Rusia (dalam perang Suriah) membantu mengembalikan ‘mukanya’ yang hilang selama periode pasca-Soviet,” tutur Satanovsky. Dalam sebuah tulisan singkat yang dipublikasikan tak lama setelah operasi di Suriah dimulai, Satanovsky menyebutkan bahwa Timur Tengah “hanya menghormati pihak yang kuat dan independen”.

Selain itu, keterlibatan Rusia dalam konflik Suriah memaksa Barat untuk mengkaji ulang situasi di negara itu dan memulai kembali dialog yang dihentikan setelah Krimea bergabung dengan Rusia.

“Tentu saja, peran aktif suatu negara dalam sebuah konflik internasional terbesar saat ini, yang dalam banyak hal menentukan agenda dunia, akan meningkatkan pamor negara di arena internasional,” kata Fyodor Lukyanov, seorang analis dan editor politik majalah Russia in Global Affairs. Ia meyakini bahwa keinginan untuk memulai dialog dengan Barat bukanlah satu-satunya tujuan Rusia, tetapi merupakan salah satu yang terpenting.

(Russia-Beyond/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Krisis Turki, Argentina dan Pakistan Tidak Akan Terjadi Ke Indonesia. Mengapa?

Krisis Ekonomi

Oleh Erizeli Bandaro 

Sejak kejatuhan Lehman 2008, krisis moneter global berdentang di jantung kapitalis. Ini gelombang tsunami yang baru sampai dinegara berkembang lima tahun kemudian , yaitu tepatnya tahun 2013. Indonesia, Turki, Argentina, merupakan anggota emerging market masuk dalam putaran gelombang tsunami itu. Dimana terjadi eksodus dana jangka pendek bermata uang dollar AS dari negara emerging market ke Amrik.

Tentu itu dipicu oleh hukum permintaan dan penawaran. Dimana AS menaikan suku bunga yang otomatis investor memindahkan dananya kembali ke AS. Jadi ini motif profit taking yang alamiah. Saya akan membahas kejatuhan Turki, Argentina, Pakistan. Ketiga negara ini sudah masuk kelubang krisis. Sementara untuk Thailand, Philipina dan Malaysia sedang berjuang keluar dari krisisis. Akan saya bahas pada postingan ke 2. Mengenai Indonesia akan aya bahas disetiap akhir postingan.


Jebakan hutang 

Ketika likuiditas Dollar melimpah masuk ke Turki, Argentina, Pakistan, mereka memanfaatkan kesempatan ini dengan baik untuk memacu pertumbuhan ekonominya. Memang berhasil meningkatkan pertumbuhan ekpnomi diatas 7%, Sektor usaha berkembang pesat. Namun ada kesalahan yang prinsipil dari adanya likuiditas yang melimpah itu. Apa ? Likuiditas itu tidak didapat dari kelebihan atau surplus tabungan pemerintah. Tetapi diambil dari utang. Nah cara narik utang inilah biang masalah dikemudian hari. Gimana caranya ? Turki dan Argentina , Pakisan berbeda cara narik utangnya. Mari kita lihat style masing masing negara.

Turki , rasio utang pemerintah terhadap Pendapatan domestik Bruto tahun 2018 hanya 28%. Jadi tidak jauh dari Indonesia. Pertumbuhan ekonomi 7%. Tetapi kenapa mata uang Turki jatuh ? Walau utang pemerintah relatif aman. Tetapi pemerintah juga memberikan kelonggaran kepada perbankan sebagai guarantor utang luar negeri. Mengapa ? agar suku bunga bisa dikendalikan pemerintah menjadi rendah. Tentu tujuannya agar swasta efisien. Tetapi karena utang itu sebagian besar berjangka pendek maka ketika terjadi arus balik dollar ke Amrik, swasta tidak bisa membayar karena proyeknya belum menghasilkan laba untuk mengembalikan investasi. Otomatis , Perbankan sebagai guarantor harus membayarnya. Kalau perbankan tidak bisa membayar maka pemerintah harus bailout. Sementara kas pemerntah tidak cukup uang untuk membayar.

Argentina. Rasio utang Argentina terhadap PDB sebesar 60%. Ini sudah lampu merah. Yang jadi masalah adalah sebagian besar utang itu bermata uang asing terutama USD. Skema hutang Argentina adalah pemerintah menarik utang kepada asing dan pada waktu bersamaan mensuplai uang ke perbankan untuk ekspansi kredit dunia usaha. Ketika terjadi arus balik uang ke AS maka pemerintah tidak mampu membayar utang tersebut. Karena pertumbuhan ekonomi stuck akibat jatuhnya komoditas utama Argentina. Defisit perdagangan semakin melebar sehingga cadangan devisa ikut tergerus untuk menyediakan valas dalam rangka membayar utang luar negeri. Sampai akhirnya , pemerintah tidak bisa lagi terus membayar. Terpaksa lempar handuk putih kepada IMF untuk dapatkan bantuan.

Pakistan, Rasio utang terhadap GDP sebesar 67%. Ini udah dalam posisi insolvent. Kasus Pakistan sama dengan Argentina,dimana pemerintah menarik utang yang sebagian besar dari China untuk membiayai APBN nya. Ketika utang jatuh tempo , mereka tidak bisa membayar. Karena banyak proyek BUMN yang dibangun belum menghasilkan laba. Padahal utang BUMN dijamin oleh pemerintah. Sumber penerimaan pajak drop karena dilanda dampak krisis global. Bagaimanapun pemerintah harus bailout utang tersebut.

Dampaknya terhadap Turki , Argentina dan Paskistan atas utang tersebut adala sama. Yaitu jatuhnya kurs mata uang. Ini bukan lagi fluktutasi tetapi sudah falling down. Maka apa yang terjadi ? para investor langsung menyesuaikan kurs mata uang mereka terhadap kemampuan mereka membayar utang. Artinya kalau uang lokal ditangan mereka sebesar 100 namun dollar hanya tersedia 60% maka nilai mata uangnya terjun sebesar 40%. Jadi kejatuhan Turki, Argentian, Pakistan tak lebih adalah jebakan utang. Belakangan turki dapat dana bailout dari Qatar tetapi ini tidak solusi menyeluruh. Hanya jangka pendek. Pakistan dapat solusi dari China lewat swap hutang dengan kontrak PPP berjangka waktu 100 tahun. Argentina sedang minta bantuan IMF.

Apa yang terjadi terhadap Turki, Argentina dan Pakistan, tidak akan terjadi di Indonesia. Mengapa ? Indonesia melarang perbankan memberikan jaminan utang luar negeri kepada dunia usaha. Pemerintah tidak lagi menerapkan aturan bailout seperti tahun 1998 ketika terjadi krisimon. Jadi kalau perbankan menilai proyek itu layak maka dia harus menggunakan sumber dana pihak ketiga yang dia pooling dari publik. Dana pihak ketiga ini bersifat likuiditas yang lancar sehingga sesuai dengan prinsip risk management yang diatur oleh Bank International for settlement. Bagaimana kalau sampai bank gagal bayar dana pihak ketiga? itu resiko ditanggung oleh LPS ( Lembaga Penjaminan Simpanan). Tidak ada lagi bailout negara.

Utang BUMN tidak dijamin sepenuhnya oleh Pemerintah. Maksimum yang dijamin hanya sebesar 6% dari PDB. 94% proyek BUMN merupakan proyek B2B dimana yang dijaminkan adalah konsesi bisnis bukan asset BUMN. Itupun untuk proyek strategis nasional. Sementara Utang pemerintah 60% bermata uang rupiah. Rasio utang masih dibawah 30%. Itupun utang yang berkaitan dengan fiskal, bukan belanja. Artinya return nya jelas dan terukur. Jadi kalau terjadi arus balik dana keluar tidak berdampak significant terhadap lkuiditas valas. Makanya rating surat utang kita sangat baik dimata investor.


Utang dan Politik

Mengapa Turki, Argentina dan Pakistan tidak bisa menerapkan kebijakan seperti Indonesia ? karena ini berhubungan dengan Politik. Dengan skema utang seperti Turki, Argentina dan Pakistan, memungkinkan pemerintah menjadi undertaker utang secara nasional dan tentu pemerintah sangat powerfull mengontrol politik. Maklum politik kan pada akhirnya bagi bagi kue. Utang adalah financial resource. Kekuasaan menjadi magnit bagi para elite politik untuk menyembah dan loyal kepada penguasa. Oligarki politik melahirkan oligargi bisnis rente yang memberikan keuntungan kepada segelintir orang. Jadi resiko utang tak lebih akibat resiko politik yang korup.

Di era Jokowi, utang berhubungan dengan oligarki politik untuk kepentingan oligarki bisnis, tidak ada lagi. Sudah di removed. Pemerintah hanya memberikan peluang investasi dan bisnis. Pembiayaannya sebagian besar (70%) diserahkan kepada dunia usaha. Kalau sumber pembiayaan itu berasal dari utang maka resiko dikembalikan kepada dunia usaha ( swasta nasional maupun asing ). Skema ni memang menuntut profesionalitas dunia usaha dan kesediaan menerapkan good governance. Kalau engga mana ada kreditur mau kasih uang. Apalagi tanpa jaminan pemerintah. Jadi pengusaha yang andalkan akses politik biar dapat kredit bank, udah engga laku lagi. Akses uang ya reputasi bisnis, pure business.

Namun skema era Jokowi ini memang tidak populer bagi politisi yang terbiasa menikmati rente bisnis dari oligarki politik. Makanya mereka yang tidak ingin Jokowi berkuasa lagi, adalah mereka yang inginkan kekuasaan bisa menjadi pesta tanpa jeda lewat skema utang seraya memberikan secuil kepada rakyat lewat subsidi dan resiko diserahkan pada rakyat kini atau besok.

Sumber: FB DDB

(Fokus-Today/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ingat! Sandiaga Uno Bukan Santri Post Islamisme


Oleh: Wishnugroho Akbar

Contoh paling gamblang adalah dukungan kelompok 212 yang dikomandoi oleh Rizieq Shihab kepada Prabowo Subianto. Dari sudut pandang manapun Rizieq adalah seorang Islamis- menyerukan penegakan khilafah -yang pada sejumlah aspek memiliki perbedaan dengan konsep khilafah ala Hizbut Tahrir Indonesia.

Sekjen FUI Muhammad Al Khaththath yang ikut mendukung Prabowo-Sandi bahkan secara terang-terangan menyerukan penerapan hukum berdasarkan perintah Islam saat menjadi katib Jumat pekan lalu. Berpidato di hadapan Prabowo di Masjid Sunda Kelapa, Al Khaththath menyerukan penegakan hukum yang berkeadilan, yang harus berdasarkan petunjuk tuhan.

Sandiaga Uno mendadak jadi santri. Yang menahbiskannya adalah Presiden PKS Sohibul Iman. Sohibul, tak lama setelah Sandiaga terpilih sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto, menyebut Sandi sebagai seorang santri di era Post-Islamisme.

Media sosial pun gempar. Sandi yang tak pernah menimba ilmu di pesantren lantas jadi olok-olok sebagian netizen, terutama mereka yang mendukung Joko Widodo.

Tetapi Pemilu ibarat pasar bebas retorika. Para politikus akan memanfaatkan segala cara untuk menjajakan dagangan politik mereka, meski absurd sekalipun, seperti halnya diperlihatkan oleh Sohibul.

Apa yang dikatakan Sohibul mengenai Sandi, menurut penulis memang terbilang absurd karena istilah santri maupun Post Islamisme yang melekat pada Sandi, bukan saja tak sesuai bahkan justru bertolak belakang.


Sandi bukan santri

Semasa kecilnya, dia bersekolah di Perkumpulan Sekolah Kristen Djakarta (PSKD) yang kerap diasosiasikan sebagai sekolah bagi para siswa penganut Kristen Protestan. Sandi juga tercatat sebagai siswa SMA Pangudi Luhur yang sarat dengan citra sebagai Sekolah Katolik.

Tumbuh dewasa, Sandi pun tak mencicipi rasanya menjadi kaum sarungan. Ia meraih gelar sarjana dan masternya di Amerika Serikat.

Memang, dalam pernyataannya Sohibul juga menjelaskan bahwa Sandi adalah individu yang mengalami proses Islamisasi dan spiritualisasi.

Namun penulis menduga proses islamisasi dan spiritualisasi yang dialami Sandi baru terjadi saat dirinya bertarung melawan seorang Kristen tulen bernama Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2017 silam.

Sebelum Pilkada DKI, merujuk pada riwayat pendidikannya, Sandi alih-alih berpredikat sebagai santri, adalah seorang pengusaha kosmopolitan, kalau bukan sekuler.

Dia dibesarkan dan dididik di lingkungan pendidikan yang sarat dengan nilai kekristenan untuk kemudian terbang ke sebuah negara yang mengagungkan kebebasan.

Klaim Sohibul soal era Post-Islamisme juga harus dipertanyakan ulang. Penulis berasumsi Sohibul telah membaca sejumlah karya Asef Bayat, sarjana kelahiran Iran yang pertama kali mencetuskan konsep tersebut.

Namun penulis ragu apakah Post-Islamisme itu dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi sosial masyarakat muslim di Indonesia saat ini.

Dalam bukunya, Making Islam Democratic: Social Movements and the Pos-Islamist Turn (2007), Bayat menjelaskan bahwa Post-Islamisme mewakili baik kondisi maupun proyek.


Meninggalkan Prinsip Islam

Pada masa awal, kata Bayat, konsep itu merujuk pada kondisi sosial dan politik sebagai fase eksperimentasi saat seruan, energi, dan sumber-sumber legitimasi Islamisme telah terkuras habis, bahkan dari para pendukung yang sebelumnya sangat berambisi.

Bayat menelurkan konsep Post-Islamisme tersebut dengan mendasarkan penelitiannya pada kondisi sosial di Mesir dan, terutama, kondisi Iran pascarevolusi Islam 1979.

Merujuk pada fase sejarah itu, Bayat menyebut bahwa kelompok Islamis telah menyadari keganjilan dan ketidaksempurnaan sistem yang mereka miliki ketika mencoba menormalkan dan diinstitusionalkan pada satu bentuk pemerintahan.

Situasi itu membuat kelompok Islamis mengambil upaya-upaya pragmatis untuk mempertahankan sistem, yang justru menguatkan upaya meninggalkan prinsip-prinsip dasarnya.

Dengan kata lain, Post-Islamisme, menurut penulis adalah sebuah kondisi ‘kemandegan’ dari kaum islamis yang berkuasa dalam mengimplementasikan konsep-konsep Islam menurut mereka pada sistem kenegaraan.

Adapun Post-Islamisme, sebagai sebuah proyek disebut Bayat sebagai upaya untuk membangun rasionalitas untuk membatasi gerakan Islamisme itu sendiri baik di area sosial, politik, dan intelektual.

Singkatnya, Bayat menyebut proyek itu adalah upaya untuk menekankan pada keberagaman dan dan HAM.


Kembali pada klaim Sohibul

Di Indonesia, Sohibul bukan satu-satunya orang yang mencoba menggambarkan realitas sosial Indonesia saat ini dengan menggunakan konsep Post-Islamisme Bayat. Sejumlah intelektual lain pun melakukannya, salah satunya Ariel Heryanto.

Dalam hal ini, penulis lebih menyetujui cara yang digunakan oleh Ariel ketimbang cara Sohibul yang vulgar dan sangat longgar.

Tak seperti Sohibul yang retoris, Ariel lebih jeli dan berhati-hati dalam mengamati realitas Indonesia lewat kacamata Post-Islamisme Bayat.

Dalam Identitas dan Kenikmatan: Politik Budaya Layar Kaca Indonesia Ariel menekankan pentingnya modifikasi konsep Post-Islamisme untuk digunakan meneropong realitas Indonesia pasca Orde Baru.

Ariel pertama kali membedakan antara Post-Islamisme yang politis, yang berhubungan dengan pemerintahan secara resmi pada tingkat negara dengan Post-Islamisme yang bersifat kebudayaan.

Dalam ranah kebudayaan Ariel merujuk pada fenomena merebaknya para ustaz televisi atau perdebatan sengit mengenai penerapan UU Anti Pornografi, termasuk penerbitan majalah Playboy Indonesia beberapa waktu silam.

Dalam kasus-kasus itu seturut kontroversi yang menyertainya, Ariel menyebut bahwa ketakwaan Post-Islamisme di Indonesia dipicu oleh kebangkrutan Orde Baru yang sekuler, bukan oleh kegagalan rezim Islam yang memang tak pernah berdiri di Indonesia.

Kata Ariel dalam bukunya, sementara masyarakat di Iran merasa jenuh dengan Islamisme, kaum Islamis di Indonesia di pengujung Orde Baru hingga era Reformasi mengalami musim semi yang gemilang.

Musim semi yang dimaksud Ariel adalah fenomena aliansi antara kelompok islamis dengan partai dan aktor politik di Indonesia. Semua ini dipicu oleh pergeseran politik Soeharto yang di pengujung kekuasaannya mulai merangkul kelompok Islam dari berbagai varian. Reformasi yang membuka kebebasan berekspresi semakin mendorong munculnya beragam kelompok islamis.

Situasi itu menimbulkan sebuah ironi.


Islam di Sekeliling Sandi

Ariel menyebut ironi itu sebagai ketegangan antara kekuatan kelompok Post-Islamisme dan kelompok Islamis ultra-konservatif. Menariknya, ketegangan ini sedikit banyak juga tercermin pada sosok Sandiaga Uno.

Sandi, bagaimanapun sosoknya coba dipoles sebagai generasi Post- Islamisme, pada faktanya sulit untuk melepaskan diri dari citra dirinya sebagai bagian dari kelompok Islamis. Tentu saja, citra ini melekat sejak dirinya menjalin hubungan mesra dengan kelompok islamis 212 yang kerap menyuarakan formalisasi hukum Islam di Indonesia.

Contoh paling gamblang adalah dukungan kelompok 212 yang dikomandoi oleh Rizieq Shihab kepada Prabowo Subianto.

Dari sudut pandang manapun Rizieq adalah seorang Islamis- menyerukan penegakan khilafah -yang pada sejumlah aspek memiliki perbedaan dengan konsep khilafah ala Hizbut Tahrir Indonesia.

Sekjen FUI Muhammad Al Khaththath yang ikut mendukung Prabowo-Sandi bahkan secara terang-terangan menyerukan penerapan hukum berdasarkan perintah Islam saat menjadi katib Jumat pekan lalu. Berpidato di hadapan Prabowo di Masjid Sunda Kelapa, Al Khaththath menyerukan penegakan hukum yang berkeadilan, yang harus berdasarkan petunjuk tuhan.

“Kalau tidak mengikuti petunjuk Allah SWT kita tidak tahu mana yang adil,” kata Al Khaththath saat itu.

Singkat kata, Sandi adalah seorang pengusaha (muslim) kosmopolitan yang dikelilingi oleh ketegangan antara semangat Post -Islamisme dengan cita-cita politik kelompok Islamis.

Dalam ketegangan itu Sandi bisa saja menjadi seorang Post-Islamis, atau justru jatuh menjadi seorang ‘Islamis’ jika tak mampu mengendalikan pengaruh lingkungan di sekitarnya. (asa/asa)

(Redaksi-Indonesia/Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: