Seorang dosen dan pengajar Hauzah Ilmiah mengatakan, salah satu karakteristik wakaf adalah membebaskan manusia dari ketergantungan. Ketika manusia sudah terlepas dari belenggu dunia, maka ia akan bergerak dan terbang.
Astan News melaporkan, Hujatulislam Dr. Mahdavi Raad di seminar ilmiah bertema “Imam Ridha as dan Wakaf” yang diselenggarakan bersamaan dengan hari terakhir Pekan Wakaf dan dihadiri oleh para peneliti, di Lembaga Riset Islam, Haram Suci Razavi menuturkan, wakaf memiliki banyak dimensi berbeda dan salah satu dimensi dan sudut pandang terhadap wakaf yang terpenting adalah peran dan dampak wakaf.
Lebih lanjut ia menjelaskan, Tuhan telah menciptakan alam semesta dan manusia sebagai makhluk terbaik yang dunia diserahkan kepadanya agar digunakan sebaik-baiknya. Akan tetapi terkadang pemanfaatan dunia ini bisa melalaikan dan menjauhkan manusia dari tujuan aslinya. Oleh karena itu, Tuhan memerintahkan manusia berzakat dan berinfak agar bisa memanfaatkan nikmat Ilahi secara optimal, yaitu mendermakan apa yang mereka cintai dan berkorban.
Dr. Mahdavi Raad menerangkan bahwa wakaf adalah salah satu faktor yang membantu menggerakkan manusia. Apa yang tersisa adalah Baqiatu Shalihah, akan tetapi apa yang kita miliki di dunia ini harus kita gunakan untuk kehidupan di alam berikutnya.
Ia menjelaskan, infak diperintahkan Tuhan agar kita terjaga dari pembangkangan. Allah Swt dengan firman-Nya dalam Al Quran, dan Nabi Muhammad Saw dengan ajaran-ajaran murninya, membebaskan manusia dari ketergantungan pada dunia. Rasulullah Saw diutus ke dunia untuk memutus belenggu yang menjerat umat manusia.
Menurut Dr. Mahdavi Raad, pekerjaan-pekerjaan besar sepanjang sejarah Islam selalu ditopang oleh peristiwa-peristiwa besar. Wakaf, katanya, memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan peristiwa-peristiwa besar terjadi dalam hal ini. Wakaf terdapat dalam semua keyakinan di seluruh penjuru dunia.
Ia menambahkan, kita menyaksikan banyak sekali pekerjaan besar dan abadi di dalam catatan-catatan kuno dan merupakan tugas lembaga semacam lembaga riset Islam, Haram Suci Razavi untuk mempublikasikannya, karena kita harus menampilkan manifestasi-manifestasi agung peradaban Syiah dan mazhab.
Dr. Mahdavi Raad melanjutkan, tema pembahasan baru jika tidak memiliki akar dalam tradisi, maka tidak akan berpengaruh. Pembahasan yang baik harus punya akar dan sumber.
Di sela acara ini juga dipamerkan buku berjudul “Peran Wakaf dalam Menyebarluaskan Budaya Ziarah”.
(Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar