Executive Committee Meeting of the Organization of Islamic Cooperation (OIC)
Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dijadwalkan bertemu di Turki untuk mengkoordinasikan sebuah tanggapan terhadap rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengumumkan Yerusalem al-Quds sebagai ibu kota Zionis Israel.
Juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin mengatakan kepada wartawan di ibukota Ankara pada hari Rabu (6/12) bahwa KTT tersebut akan berlangsung pada tanggal 13 Desember di kota Istanbul.
"Dalam menghadapi perkembangan yang membangkitkan sensitivitas terhadap status Yerusalem [al-Quds], Presiden mengundang ke sebuah pertemuan puncak pemimpin Organisasi Kerjasama Islam untuk menunjukkan aksi bersama di antara negara-negara Islam," media yang mengutip Kalin mengatakan.
Turki saat ini memegang jabatan ketua OKI.
Juru bicara tersebut kemudian mengatakan bahwa pengakuan al-Quds sebagai ibukota Zionis Israel dan pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke sana akan menjadi "kesalahan besar" terhadap kesepakatan internasional.
"Yerusalem [al-Quds] adalah kehormatan kita, Yerusalem adalah tujuan bersama kita, Yerusalem [al-Quds] adalah garis merah kita."
Di tempat lain dalam sambutannya, juru bicara tersebut juga mendesak agar administrasi Trump "segera mundur dari kesalahan serius ini".
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Turki Bekir Bozdag mengatakan pada hari Rabu (6/12) bahwa langkah AS yang berpotensi menyalakan "api" di Timur Tengah dan akan memicu sebuah "bencana besar."
“Pengakuan akan melemparkan wilayah dan dunia ke dalam api dan tidak diketahui kapan akan berakhir", Bozdag menulis di Twitter.
Bozdag mengatakan langkah yang menunjukkan "intoleransi dan ketidaksetiaan yang hebat" akan "menghancurkan proses perdamaian."
(Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar