Tanggal 10 Rabiul Tsani, bertepatan dengan hari wafatnya wanita suci Ahlul Bait as, Sayidah Fatimah Maksumah as, putri Imam Musa Kazim as serta saudari Imam Ali Ridha as. Beliau termasuk anggota keluarga Ahlul Bait as yang memiliki kemuliaan tinggi dari anak-anak Imam Musa as, setelah saudaranya Imam Ridha. Bukti kemuliaan wanita suci ini dapat ditelusuri dari penghormatan tinggi para Imam maksum dan pemuka Islam. Manusia-manusia suci dan ulama besar Islam banyak memuji serta menyebutkan keutamaan Sayidah Maksumah as.
Imam Shadiq as sudah sekian tahun yang lalu memberitahukan tentang kelahiran Sayidah Maksumah, dan bersabda: "Akan meninggal dan dikuburkan seorang perempuan dari salah satu anak keturunanku yang namanya adalah Fatimah putri Musa, seorang perempuan yang dengan syafaatnya pada hari kiamat, seluruh pengikut syiah akan masuk sorga".
Tahun 201 H, bangsa Iran mendapat penghormatan besar dengan kedatangan Sayidah Maksumah ke kota Qom. Sayidah Maksumah yang tengah menempuh perjalanan menuju Marv untuk menemui saudaranya, Imam Ali Ridha terpaksa menetap di Qom akibat penyakit yang beliau derita. Di kota inilah wanita suci Ahlul Bait menghembuskan nafasnya dan dimakamkan di kota suci Qom. Kini kota ini menjadi salah satu pusat ziarah para pencinta Ahlul Bait Nabi dan umat Islam seluruh dunia.
Keutamaan dan karamah Ahlul Bait tidak terbatas pada kaum prianya saja, wanita-wanita keluarga Nabi juga memiliki keutamaan tinggi. Di antara wanita suci Ahlul Bait adalah Sayidah Zahra as, putri Nabi, Sayidah Zainab Kubra dan Fatimah Maksumah. Ketiga wanita suci ini terkenal karena ketakwaan, ibadah, keluasan ilmu serta menjadi contoh bagi umat Islam sepanjang sejarah. Sayidah Maksumah dibesarkan di rumah cahaya dan sumber keilmuan. Dari sisi keimuan dan spiritualitas, Sayidah Maksumah berhasil mencapai derajat tinggi. Hal ini disebabkan beliau mendapat didikan dari ayahnya, Imam Musa Kazim dan saudaranya, Imam Ali Ridha.
Oleh karena itu, beliau cepat meraih kesempurnaan dan posisi spiritual yang tinggi khususnya di bidang ilmu dan makrifah. Sejak usia kanak-kanak, Sayidah Maksumah telah menunjukkan kecerdasaan dan keluasan ilmunya. Di usia tersebut beliau mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan agama dari umat Islam ketika sang ayah tidak berada di rumah. Berikut ini cuplikan kisah tersebut. Disebutkan bahwa pada suatu hari sekelompok dari pengikut syiah datang ke kota Madinah untuk meminta jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka kepada Imam Musa bin Jakfar as. Ketika mereka sampai ke pekarangan rumah suci beliau, mereka mendapat berita bahwa Imam sedang berada dalam perjalanan. Melihat bahwa mereka harus kembali secepatnya dan dengan terpaksa mereka harus meninggalkan tempat itu, maka mereka menulis seluruh pertanyaan dan menyerahkan pertanyaan-pertanyaan itu kepada anggota keluarga beliau dan di lain kesempatan mereka akan kembali mengambil pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Mereka menetap di kota Madinah selama beberapa hari dan kemudian mereka kembali ke rumah Imam Kazim as, untuk berpamitan. Saat itulah, surat yang penuh dengan pertanyaan itu dikembalikan lagi kepada mereka. Dan mereka melihat Sayidah Maksumah yang kala itu masih kecil telah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut yang telah tertulis dan disiapkan. Mereka sangat senang dan mengambil surat tersebut. Ketika mereka beranjak pulang, di pertengahan jalan mereka bertemu dengan Imam Kazim as dan menceritakan kejadian yang mereka alami. Beliau meminta surat tersebut dari mereka, kemudian membaca dan mentelahnya dan jawaban Sayidah Maksumah dibenarkan oleh Imam as.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan Sayidah Maksumah adalah kondisi politik dan sosial saat itu. Di era kehidupan Sayidah Maksumah, kezaliman tekanan pemerintah Bani Abbasiyah mendominasi kehidupan masyarakat. Sementara itu, Imam Ali Ridha as dan saudarinya, Sayidah Maksumah sangat memahami esensi Bani Abbasiyah dan strategi mereka serta memprediksikan dampak dari penipuan publik rezim. Wanita suci Ahlul Bait ini dengan baik mempelajari strategi memerangi kezaliman serta mekanisme pertahanan dalam menghadapi serangan rezim despotik Abbasiyah. Hal inilah yang melandasi perjuangan anti kezaliman Sayidah Maksumah.
Salah satu keutamaan Sayidah Maksumah adalah gelar Muhadisah. Artinya beliau merupakan salah satu wanita yang meriwayatkan hadis. Hadis-hadis yang beliau riwayatkan mendapat posisi tinggi di kalangan ulama dan dipercaya. Sepanjang hidupnya, Sayidah Maksumah sangat gigih memperjuangkan dan mempertahankan wilayah Ahlul Bait as. Hal ini menunjukkan wawasan luas beliau terhadap kondisi zamannya, karena saat itu pemerintah Abbasiyah memberlakukan kondisi yang sangat ketat khususnya terhadap Ahlul Bait dan pengikutnya.
Di era pemerintahan Bani Abbasiyah, aksi penyiksaan dan penjara-penjara menakutkan yang digalakkan rezim membuat umat tidak dapat mengakses Imam Kazim as. Di era kepemimpinan Imam Ridha as, juga tidak boleh dilupakan peran Sayidah Maksumah dalam menjelaskan posisi Imamah Ahlul Bait kepada umat Islam. Ketika itu, Sayidah Maksumah giat berjuang mengokohkan pondasi Imamah di tengah masyarakat dengan menjelaskan sejumlah hadis yang berkaitan dengan wilayah Ahlul Bait.
Di antara hadis yang diriwayatkan Sayidah Maksumah adalah Hadis Manzilah yang menjelaskan posisi Imam Ali as. Di hadis ini dijelaskan bahwa kedudukan Imam Ali terhadap Nabi Saw, seperti posisi Harun bagi Nabi Musa as. Beliau juga menjelaskan peristiwa penting di Ghadir Khum untuk mencegah umat Islam tersesat dan lalai dari amanat Nabi kepada mereka.
Beliau juga tak jemu-jemu mengingatkan umat terkait jawaban Imam Ridha as soal usulan Khalifah Makmun kepada Imam ini. Makmun dalam makarnya mengusulkan posisi Putra Mahkota kepada Imam Ridha as, sebuah usulah yang bersifat makar dan tipu daya. Hal ini tak lebih dimaksudkan Makmun untuk meredam perlawanan para pengikut Ahlul Bait as. Imam Ridha saat menjawab usulan Makmun mengatan, jika khilafah merupakan hakmu tidak seharusnya kamu melimpahkannya kepada orang lain, namun jika bukan hakmu, mengapa kamu menyebut dirimu khalifah umat Islam dan menentukan putra mahkota (Wali Ahd).
Sayidah Maksumah dengan mengingatkan kembali peristiwa tersebut berusaha menyadarkan masyarakat bahwa kepemimpinan terhadap umat Islam merupakan hak keluarga suci Nabi. Oleh karena itu, selanjutnya sejarah mencatat perjuangan besar Sayidah Maksumah dalam mengokohkan Imamah Ahlul Bait khususnya di saat masalah kepemimpinan tengah dirongrong oleh konspirasi musuh.
Seperti yang telah kami jelaskan bahwa fase kehidupan paling penting Sayidah Maksumah adalah ketika beliau berhijrah dari Madinah menuju Marv di Iran untuk menjumpai saudaranya, Imam Ridha as. Sebuah perjalanan yang tidak pernah sampai di tujuan, namun penuh dengan peristiwa bersejarah bagi Ahlul Bait Nabi. Ketika Imam Ridha dipaksa Makmun untuk hidup di Marv, Sayidah Maksumah juga bertekad hidup berdampingan dengan saudaranya tersebut.
Di sini, kami tekankan bahwa iklim di Madinah juga mengancam jiwa para keluarga Ahlul Bait as. Hal inilah yang membuat Imam Ridha as mengirim surat kepada saudarinya untuk berhijrah ke Marv. Rombongan Sayidah Maksumah yang tengah menuju Marv mendapat sambutan hangat ketika singgah di sebuah kota. Sementara itu, beliau selama perjalanan juga memanfaatkan kesempatan untuk menjelaskan keutamaan Ahlul Bait kepada masyarakat.
Hal inilah yang membuat antek-antek Bani Abbasiyah memburu rombongan Sayidah Maksumah. Ketika rombongan ini sampai di kota Saveh, mereka diserang oleh pasukan Makmun dan kelompok pembenci Ahlul Bait. Sejumlah pengikut beliau di peperangan tak seimbang ini gugur syahid. Akibat peristiwa ini, Sayidah Maksumah terpukul batinnya dan jatuh sakit. Atas inisiatif Sayidah Maksumah, rombongan kemudian menuju kota Qom.
Tokoh dan ulama Qom yang mendengar kedatanga Sayidah Maksumah langsung keluar menyambut rombongan keluarga Nabi ini. Wanita suci ini tak lebih dari 17 hari hidup di Qom, beliau akhirnya menghembuskan nafasnya akibat penyakit yang beliau derita. Keberadaan Sayidah Maksumah yang sangat singkat di kota Qom mendatangkan berkah yang cukup besar. Kota ini selanjutnya menjadi tempat para peziarah para pecinta Ahlul Bait as. Di kota ini kemudian muncul Pusat Pendidikan Agama (Hauzah Ilmiah) besar di dunia Islam.
(AB-Perlak1/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar