Oleh: Ust Abdullah Ali Assegaf
Dalam rangka memperingati wafatnya Sayyidina Abu Thalib bin Abdul Muthalib, ayah Imam Ali as dan paman Nabi Muhammad saww pd tanggal 7 Ramadhan, hati ini tidak bisa menerima atas keyakinan dr Takfiri dan Wahabi yg menegaskan bahwa Abu Thalib ra wafat dalam keadaan Kafir!
Keyakinan wafatnya Abu Thalib ra itu dalam keadaan Kafir diyakini oleh mereka berdasarkan dr 2 dalil ayat Al-Quran, yaitu yg pertama surat At-Taubah (Bara'ah) 113...
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَىٰ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang2 yg beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang2 musyrik, walaupun orang2 musyrik itu adalah kaum kerabatnya, sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang2 musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam."
Dan dalil ayat yg kedua adalah surat Al-Qashash 56...
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yg kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yg dikehendakiNya, dan Allah lebih mengetahui orang2 yg mau menerima petunjuk."
Dan dibawah ini adalah bantahan dr tuduhan dan fitnah Tafiri dan Wahabi tersebut dr kedua ayat Alquran diatas yg dijadikan dalil penegesahan kekafiran Abu Thalib ra.
Terbukti kedua ayat yg dituliskan diatas yg dijadikan dalil oleh Takfiri kontradiktif diantara satu dengan yg lain.
Perlu diketahui bahwa kedua ayat ini berjarak sekitar 10 tahun jarak waktunya. Karena ayat ke dua turun di Mekkah dan yg pertama di Madinah.
Ayat pertama di atas itu adalah bagian dari surat Al-Bara'ah yg merupakan surat terakhir, secara ittifaq. Karena itu, sangat tidak cocok dan mengada2 ditujukan pada bukti kekafiran Abu Thalib ra.
Untuk mengecek bahwa surat Bara'ah itu adalah surat yg paling terakhir turunnya, bisa dilihat di:
Shahih Bukhari 7/67; al-Kasysyaf 2/49; Tafsir al-Qurthubi 8/173; al-Itqan 1/17; Tafsir al-Syawkani 3/316 yg menukil dari Ibnu Syaibah, Bukhari, Nasa'i, Ibnu al-Dharis, Ibnu al-Mundzir, al-Nuhas, Abu al-Syaikh, Ibnu Murdawaih melalui jalur al-Barra' bin 'Azib.
Kalau ada yg ngotot memaksakannya juga, bahwa Nabi saww memintakan ampun untuk Abu Thalib ra sampai ke Madinah dan sampai datangnya ayat tersebut, maka jawabannya adalah, hal ini adalah pengada2an lain yg lebih parah. Karena sudah jelas bahwa dikatakan ayat tersebut turun ketika Abu Thalib ra mau meninggal.
Yg ke dua, sebagaimana sudah dijelaskan di atas, bahwa ayat tersebut adalah Madaniyyah dan merupakan surat yg terakhir dimana sebelumnya sudah turun surat lain dan ayat lain yg menyatakan dengan nyata bahwa tidak mungkin seorang mukmin itu menyayangi orang kafir sekalipun keluarga, yaitu surat al-Mujadalah yg turun di Badar, yaitu dua tahun setelah hijrah dan kira-kira 6-8 th sebelum turunnya surat al-Bara'ah itu.
Ayat yg dimaksud adalah ayat 22 dari surat al-Mujadalah, yg berbunyi:
ﻟَﺎ ﺗَﺠِﺪُ ﻗَﻮْﻣًﺎ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﻳُﻮَﺍﺩُّﻭﻥَ ﻣَﻦْ ﺣَﺎﺩَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟَﻪُ ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﺁﺑَﺎﺀَﻫُﻢْ ﺃَﻭْ ﺃَﺑْﻨَﺎﺀَﻫُﻢْ ﺃَﻭْ ﺇِﺧْﻮَﺍﻧَﻬُﻢْ ﺃَﻭْ ﻋَﺸِﻴﺮَﺗَﻬُﻢْ
"Tidak mungkin didapatkan kaum yg beriman kepada Allah dan hari akhirat, menyayangi orang yg memerangi Allah dan RasulNya sekalipun mereka itu adalah ayah mereka atau anak mereka atau saudara mereka atau keluarga mereka."
Ayat ini turun di perang Badar, dua tahun setelah hijrah. Kenyataan ini bisa dilihat di pernyataan2 Ibnu Abi Hatim, Thabrani, Hakim, Abu Na'im, Baihaqi dan di Tafsir2: Ibnu Katsir 4/329; al-Syawkani 5/189; al-Alusi 28/37 dan lain2.
Paling tidak, tahun ke 3 setelah Hijrah karena Halabi mengatakan turun di perang Uhud.
Yang jelas tetap lebih dulu dari ayat pelarangan permintaan ampunan untuk orang kafir dari yg dijadikan ayat sebab turunnya adalah kewafatan Abu Thalib ra itu.
Nah, kalau mukmin saja tidak mungkin menyayangi kafir, apalagi Nabi saww yg menjadi tauladan semua orang.
Jadi pemaksaan dan pengada2an ke dua ayat di atas itu, yaitu permintaan ampunan Nabi saww untuk Abu Thalib ra hingga sampai ke Madinah hingga turun ayat larangan permintaan ampunan tersebut adalah pemaksaan yg nyata kebohongannya dan nyata kebatilannya.
Sebagai tambahan bahwa masih banyak ayat2 yg melarang pertemanan antara kafir dan muslim yg turun sebelum surat al-Bara'ah itu seperti An-Nisa' 144; An-Nisa' 139; Ali Imran 28; Al-Munafiqun 6; At-Taubah 23 dan 80.
Yg benar ayat itu turun untuk salah satu sahabat yg memintakan ampun untuk orang tuanya yg kafir, seperti yg dinyatakan oleh al-Qurthubi dlm tafsirnya, 8/273 dimana ia berkata:
ﺇﻥ ﻫﻨﺎﻙ ﺭﻭﺍﻳﺎﺕ ﺗﻀﺎﺩ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺔ ﻓﻲ ﻣﻮﺭﺩ ﻧﺰﻭﻝ ﺁﻳﺔ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻣﻦ ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﺒﺮﺍﺀﺓ، ﻣﻨﻬﺎ : ﺻﺤﻴﺤﺔ ﺃﺧﺮﺟﻬﺎ ﺍﻟﻄﻴﺎﻟﺴﻲ ﻭﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺷﻴﺒﺔ ﻭﺃﺣﻤﺪ ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ ﻭﺃﺑﻮ ﻳﻌﻠﻰ ﻭﺍﺑﻦ ﺟﺮﻳﺮ ﻭﺍﺑﻦ ﺍﻟﻤﻨﺬﺭ ﻭﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺣﺎﺗﻢ ﻭﺃﺑﻮ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻭﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﻭﺻﺤﺤﻪ ﻭﺍﺑﻦ ﻣﺮﺩﻭﻳﻪ ﻭﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻓﻲ ﺷﻌﺐ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﻭﺍﻟﻀﻴﺎﺀ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺨﺘﺎﺭﺓ ﻋﻦ ﻋﻠﻲ ﻗﺎﻝ : ﺳﻤﻌﺖ ﺭﺟﻼ ﻳﺴﺘﻐﻔﺮ ﻷﺑﻮﻳﻪ ﻭﻫﻤﺎ ﻣﺸﺮﻛﺎﻥ ﻓﻘﻠﺖ : ﺗﺴﺘﻐﻔﺮ ﻷﺑﻮﻳﻚ ﻭﻫﻤﺎ ﻣﺸﺮﻛﺎﻥ ؟ ﻓﻘﺎﻝ : ﺃﻭﻟﻢ ﻳﺴﺘﻐﻔﺮ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ . ﻓﺬﻛﺮﺕ ﺫﻟﻚ ﻟﻠﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻨﺰﻟﺖ : ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻟﻠﻨﺒﻲ ﻭﺍﻟﺬﻳﻦ ﺁﻣﻨﻮﺍ ﺃﻥ ﻳﺴﺘﻐﻔﺮﻭﺍ ﻟﻠﻤﺸﺮﻛﻴﻦ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﺃﻭﻟﻲ ﻗﺮﺑﻰ ﻣﻦ ﺑﻌﺪ ﻣﺎ ﺗﺒﻴﻦ ﻟﻪ ﺃﻧﻬﻢ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﺠﺤﻴﻢ، ﻭﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﺍﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﻷﺑﻴﻪ ﺇﻻ ﻋﻦ ﻣﻮﻋﺪﺓ ﻭﻋﺪﻫﺎ ﺇﻳﺎﻩ ﻓﻠﻤﺎ ﺗﺒﻴﻦ ﻟﻪ ﺇﻧﻪ ﻋﺪﻭ ﻟﻠﻪ ﺗﺒﺮﺃ ﻣﻨﻪ ﺇﻥ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﻷﻭﺍﻩ ﺣﻠﻴﻢ )
"Sesungguhnya banyak riwayat yg bertentangan dengan sebab turunnya ayat istighfar itu (yakni yg turun untuk Abu Thalib ra). Diantara hadits itu adalah hadits shahih yg diriwayatkan oleh al-Thayalisi, Ibnu Abi Syaibah, Ahmad bin Hanbal, Turmudzi, Nasa-i, Abu Ya'la, Ibnu Jarir Thabari, Ibnu Mundzir, Ibnu Abi Hatim, Abu al-Syaikh, al-Hakim dimana ia menshahihkannya, Ibnu Murdawaih, Baihaqi, dalam hal cabang2 keimanan dan cahaya diriwayatkan dari Ali yg berkata, 'Aku mendengar seorang yg memintakan ampunan untuk kedua orang tuanya yg kafir. Akupun berkata kepadanya, 'Apakah kamu memintakan ampunan untuk kedua orang tuamu sementara mereka itu kafir?' Ia menjawab, 'Tidakkah nabi Ibrahim as jg memintakan ampunan untuk orang tuanya (yg benar pamannya).' Kemudian aku menceritakannya kepada Nabi saww, lalu turun ayat, 'Tidaklah semestinya Nabi dan orang2 yg beriman, memintakan ampunan untuk orang musyrik sekalipun dari keluarganya setelah jelas bahwa mereka itu adalah ahli neraka, dan tidaklah permintaan ampunan Ibrahim untuk pamannya itu kecuali karena telah dijanjikan kepadanya, dan ketika sudah jelas bahwa ia termasuk musuh Allah, maka iapun berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim itu adalah pendoa yg lembut.'."
Sedangkan surat Al-Qashash ayat 56 yg dijadikan dalil oleh Takfiri dan Wahabi atas kekafiran Abu Thalib...
ﺇِﻧَّﻚَ ﻻ ﺗَﻬْﺪِﻱ ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺒَﺒْﺖَ ﻭَﻟَﻜِﻦَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﻬْﺪِﻱ
"Sesunggunya kamu (Muhammad) bukan yg memberi hidayah kepada yg kamu cintai, akan tetapi Allah-lah yg memberi hidayah."
Ayat ini tidak berhubungan dengan siapa2, karena ia hanya ingin menerangkan bahwa pemberi hidayah yg hakiki itu hanyalah Allah, dan Nabi saww hanyalah sebagai perantara penyampaian hidayahNya.
Ayat seperti ini banyak yg sama dalam Al-Qur'an, seperti...
QS: 2:272...
ﻟﻴﺲ ﻋﻠﻴﻚ ﻫﺪﺍﻫﻢ ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻬﺪﻱ ﻣﻦ ﻳﺸﺎﺀ
"Bukan kamu yg menghidayahi mereka, akan tetapi Allah yg menghidayahi siapa yg Ia kehendaki."
QS: 27:37...
ﺇﻥ ﺗﺤﺮﺹ ﻋﻠﻰ ﻫﺪﺍﻫﻢ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﻬﺪﻱ ﻣﻦ ﻳﻀﻞ
"Sekalipun kamu berkeinginan menghidayahi mereka, akan tetapi Allah tidak menghidayahi yg sesat."
QS: 43:40...
ﺃﻓﺄﻧﺖ ﺗﺴﻤﻊ ﺍﻟﺼﻢ ﺃﻭ ﺗﻬﺪﻱ ﺍﻟﻌﻤﻲ ﻭﻣﻦ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺿﻼﻝ ﻣﺒﻴﻦ
"Apakah kamu( Muhammad) membuat yg tuli bisa mendengar atau menghidayahi yg buta dan yg tersesat secara nyata?"
QS: 27:81...
ﻭﻣﺎ ﺃﻧﺖ ﺑﻬﺎﺩﻱ ﺍﻟﻌﻤﻲ ﻋﻦ ﺿﻼﻟﺘﻬﻢ
"Kamu (Muhammad) tidak bisa menghidayahi yg buta dari kesesatan mereka."
QS: 4:88...
ﺃﺗﺮﻳﺪﻭﻥ ﺃﻥ ﺗﻬﺪﻭﺍ ﻣﻦ ﺃﺿﻞ ﺍﻟﻠﻪ . ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ
Apakah kalian ingin menghidayahi orang yg telah disesatkan Allah?"
QS: 10:34...
ﺃﻓﺄﻧﺖ ﺗﻬﺪﻱ ﺍﻟﻌﻤﻲ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻻ ﻳﺒﺼﺮﻭﻥ
"Apakah kamu (Muhammad) bisa menghidayahi yg buta sementara mereka tidak melihat?"
QS: 18:17..
ﻣﻦ ﻳﻬﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻬﻮ ﺍﻟﻤﻬﺘﺪ ﻭﻣﻦ ﻳﻀﻠﻞ ﻓﻠﻦ ﺗﺠﺪ ﻟﻪ ﻭﻟﻴﺎ ﻣﺮﺷﺪﺍ
"Yang dihidayahi Allah maka ialah yg terhidayahi dan barang siapa yg disesatkanNya maka tidak satupun yg dapat memberinya pertolongan dan petunjuk."
QS: 13:27...
ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻀﻞ ﻣﻦ ﻳﺸﺎﺀ ﻭﻳﻬﺪﻱ ﻣﻦ ﺃﻧﺎﺏ
"Sesungguhnya Allah menyesatkan yg dikehendaki dan menghidayahi yg bertaubat kepadaNya."
Dan masih banyak lagi, maka dari ayat2 yg mengatakan bahwa penghidayah yg hakiki itu adalah Allah dan Nabi saww atau siapapun saja yg menghidayahi orang lain, hanya sebagai perantara. Sudah tentu, ayat2 ini bukan pemaksaan. Akan tetapi hanya ingin mengatakan bahwa sumber hidayah yg hakiki itu hanyalah Allah. Karena banyak ayat yg mengatakan bahwa manusia lah yg mencari hidayahNya itu, seperti...
QS: 10:108...
ﻓﻤﻦ ﺍﻫﺘﺪﻯ ﻓﺈﻧﻤﺎ ﻳﻬﺘﺪﻱ ﻟﻨﻔﺴﻪ ﻭﻣﻦ ﺿﻞ ﻓﺈﻧﻤﺎ ﻳﻀﻞ ﻋﻠﻴﻬﺎ
"Barang siapa yg menerima hidayah, maka ia menerima hidayah untuk dirinya sendiri dan siapa yg sesat, maka ia sesat untuk dirinya juga."
QS: 18:29...
ﻭﻗﻞ ﺍﻟﺤﻖ ﻣﻦ ﺭﺑﻜﻢ ﻓﻤﻦ ﺷﺎﺀ ﻓﻠﻴﺆﻣﻦ ﻭﻣﻦ ﺷﺎﺀ ﻓﻠﻴﻜﻔﺮ
"Katakan bahwa kebenaran itu dari Tuhan kalian, maka siapa saja yg mau, berimanlah dan barang siapa yg mau (kafir) maka kafirlah."
Dan lain2....
Dengan penjelasan di atas itu, maka ayat yg dijadikan dalil dan turunnya dihubungkan dengan Abu Thalib ra itu, sama sekali tidak benar dan tidak ada hubungannya.
Apalagi kalau ayat itu dihubungkan dengan ayat2 sebelumnya dan sesudahnya, maka jelas iramanya seperti yg telah dijelaskan itu, coba perhatikan dari ayat 51-nya sampai ayat 57-nya:
ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﻭَﺻَّﻠْﻨَﺎ ﻟَﻬُﻢُ ﺍﻟْﻘَﻮْﻝَ ﻟَﻌَﻠَّﻬُﻢْ ﻳَﺘَﺬَﻛَّﺮُﻭﻥَ ( 51 ) ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﺗَﻴْﻨَﺎﻫُﻢُ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻪِ ﻫُﻢْ ﺑِﻪِ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ( 52 ) ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻳُﺘْﻠَﻰ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺁﻣَﻨَّﺎ ﺑِﻪِ ﺇِﻧَّﻪُ ﺍﻟْﺤَﻖُّ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻨَﺎ ﺇِﻧَّﺎ ﻛُﻨَّﺎ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻪِ ﻣُﺴْﻠِﻤِﻴﻦَ ( 53 ) ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻳُﺆْﺗَﻮْﻥَ ﺃَﺟْﺮَﻫُﻢْ ﻣَﺮَّﺗَﻴْﻦِ ﺑِﻤَﺎ ﺻَﺒَﺮُﻭﺍ ﻭَﻳَﺪْﺭَﺀُﻭﻥَ ﺑِﺎﻟْﺤَﺴَﻨَﺔِ ﺍﻟﺴَّﻴِّﺌَﺔَ ﻭَﻣِﻤَّﺎ ﺭَﺯَﻗْﻨَﺎﻫُﻢْ ﻳُﻨْﻔِﻘُﻮﻥَ ( 54 ) ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺳَﻤِﻌُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻐْﻮَ ﺃَﻋْﺮَﺿُﻮﺍ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻟَﻨَﺎ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟُﻨَﺎ ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟُﻜُﻢْ ﺳَﻠَﺎﻡٌ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻟَﺎ ﻧَﺒْﺘَﻐِﻲ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴﻦَ ( 55 ) ﺇِﻧَّﻚَ ﻟَﺎ ﺗَﻬْﺪِﻱ ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺒَﺒْﺖَ ﻭَﻟَﻜِﻦَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﻭَﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﺎﻟْﻤُﻬْﺘَﺪِﻳﻦَ ( 56 ) ﻭَﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺇِﻥْ ﻧَﺘَّﺒِﻊِ ﺍﻟْﻬُﺪَﻯ ﻣَﻌَﻚَ ﻧُﺘَﺨَﻄَّﻒْ ﻣِﻦْ ﺃَﺭْﺿِﻨَﺎ ﺃَﻭَﻟَﻢْ ﻧُﻤَﻜِّﻦْ ﻟَﻬُﻢْ ﺣَﺮَﻣًﺎ ﺁﻣِﻨًﺎ ﻳُﺠْﺒَﻰ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺛَﻤَﺮَﺍﺕُ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﺭِﺯْﻗًﺎ ﻣِﻦْ ﻟَﺪُﻧَّﺎ ﻭَﻟَﻜِﻦَّ ﺃَﻛْﺜَﺮَﻫُﻢْ ﻟَﺎ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ ( 57
Ayat-ayat di atas menceritakan tentang penyampaian hidayah dan berimannya orang-orang yg beriman. Mereka itu akan diberi pahala. Mereka juga menghindari kesia-siaan.
Baru setelah itu ayat yg dibahas itu tertera, yakni yang berbunyi: "Sesungguhnya kamu ( Muhammad) tidak memberi hidayah kepada yang kamu cintai akan tetapi Allah-lah yang memberi hidayah..."
Ini semua menunjukkan bahwa ayat tersebut, tidak ada hubungannya dengan siapapun temasuk Abu Thalib ra.
(Karimah-Ahlul-Bait/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar