Recep Tayyip Erdogan, Turkish President.
Presiden Turki, Tayyip Erdogan dalam sebuah pernyataan menyamakan serangan terhadap ekonomi Turki dengan serangan terhadap bendera atau seruan terhadap para ahli salat. Erdogan menyebut, kampanye itu bertujuan untuk membawa "Turki dan warganya untuk berlutut."
"Serangan terhadap ekonomi kami sama sekali tidak ada perbedaan dari serangan pada panggilan kami untuk berdoa dan bendera kami," kata Erdogan dalam pidato yang dirilis Senin pada malam Idul Adha.
Pernyataannya itu sebagai tanggapan atas aksi jual mata uang yang telah menyebar ke mata uang negara berkembang lainnya dan saham global.
Lira Turki telah kehilangan sekitar 30 persen nilainya terhadap dolar AS sejak awal Agustus.
Serangan mata uang Turki terjadi di tengah ketegangan dengan Amerika Serikat setelah Turki menahan Andrew Brunson, seorang pendeta Amerika yang dituduh terlibat dalam kudeta beberapa bulan silam.
"Mereka yang berpikir dapat membuat Turki menyerah dengan nilai tukar akan segera melihat bahwa mereka keliru," kata Erdogan.
Presiden Turki itu tidak menyebutkan secara langsung negara atau institusi mana pun, tetapi dia telah menyalahkan penjualan mata uang pada "lobi tingkat suku bunga" yang suram, lembaga pemeringkat dan pemodal Barat di masa lalu.
Erdogan pada hari Sabtu (19/8) mengatakan negaranya tidak akan "menyerah" kepada Amerika Serikat di bawah sanksi yang dijatuhkan atas penahanan Brunson.
(Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar