Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Dakwah Sebagai Media Transformasi Sosial

Dakwah Sebagai Media Transformasi Sosial

Written By Unknown on Senin, 20 November 2017 | November 20, 2017


Oleh: Musdah Mulia

Menghidupkan nilai-nilai moral: Meningkatkan kualitas spiritual

Persoalan paling mendasar umat beragama adalah mereka belum secara sungguhsungguh menjadikan keberagamaan sebagai bagian penting dari kemanusiaan. Sejatinya, tujuan akhir agama adalah memanusiakan manusia. Semakin kuat manusia beragama, maka selayaknya semakin peka rasa empatinya kepada sesama, bahkan juga kepada semua makhluk.

Manusia diberi tugas sebagai khalifah fil ardh, karena itu manusia dibekali fitrah untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Fitrah dimaksud tiada lain adalah nilai-nilai moral agama yang esensinya sama dengan nilai-nilai universal kemanusiaan.

Kesalahan penggunaan fitrah adalah pengingkaran hati yang paling dalam sehingga menyebabkan hidup tanpa keseimbangan, dan pada gilirannya jatuh pada kenistaan (safilin), bahkan lebih nista dari binatang melata. Nilai-nilai moral agama yang menjadi fitrah manusia sudah tertanam dalam diri setiap manusia sejak lahir.

Adalah tugas orang tua, guru dan para da’i/da’iyah atau muballigh/muballighah serta lingkungan masyarakat berupaya menghidupkan nilai-nilai moral tersebut agar berfungsi mengarahkan manusia kepada kebaikan dan kebenaran. Inti dakwah adalah menghidupkan nilai-nilai moral agama. Upaya menghidupkan nilai-nilai moral agama sebaiknya dimulai sejak kecil, dimulai dari kehidupan rumah tangga dan dilakukan secara terus-menerus sehingga membentuk akhlak karimah dalam diri manusia.

Esensi dari nilai-nilai moral agama tersebut adalah nilai keadilan. Sejatinya, keadilan merupakan esensi ajaran Islam, bahkan semua agama dan kepercayaan mengajarkan pentingnya keadilan. Keadilan dalam relasi dengan Tuhan melahirkan kepatuhan mutlak hanya kepada-Nya, tawadhu, tawakkal, sabar dan selalu bersyukur.

Keadilan dalam relasi antar manusia melahirkan kasih-sayang, cinta, ikhlas, solidaritas, berani dan tanggung jawab. Keadilan membawa manusia menghindari semua bentuk diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan. Menjauhi semua hal yang mencederai kemanusiaan, seperti perilaku korupsi, nepotisme, konsumeristik, hedonistik, serta sikap tiranik, arogan dan despotik. Keadilan dalam hubungannya dengan alam melahirkan sikap peduli pada lingkungan, selalu berupaya agar lingkungan tetap hijau dan asri serta terjaga, menghindari semua bentuk eksploitasi alam yang berujung pada bencana kemanusiaan.

Al-Qur’an menegaskan, manusia memiliki potensi yang sangat penting terkait upayaupaya humanisasi, liberasi dan transendensi. Humanisasi maksudnya manusia berpotensi menjadikan dirinya dan masyarakatnya menjadi lebih manusiawi melalui berbagai kegiatan, seperti pendidikan, pelatihan, kesenian, seminar, workshop dan penelitian. Semuanya kegiatan dimaksud diarahkan untuk merekayasa individu dan masyarakat menuju kondisi kehidupan yang lebih berkualitas. Liberasi adalah potensi manusia untuk membebaskan sesama manusia dari ketidakadilan, kungkungan bid’ah, khurafat dan radikalisme. Adapun transendensi terkait potensi manusia meningkatkan kemampuan spiritualnya sehingga selalu terdorong melakukan perbuatan terpuji dan menjauhi perbuatan terkutuk.

Konsep al-khayr (kebaikan universal) dalam sejumlah ayat Al-Qur’an merujuk kepada nilai-nilai moral agama yang nota bene juga merupakan nilai-nilai kemanusiaan universal. Nilai-nilai inilah yang menjadi titik temu di atara semua agama dan kepercayaan. Dakwah seharusnya diarahkan untuk menghidupkan nilai-nilai moral agama dalam diri setiap individu dan kelompok yang efeknya adalah peningkatan kualitas spiritual manusia. Spiritualitas yang kuat akan mendorong manusia berani menegakkan keadilan dengan mengeliminasi semua bentuk diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan, termasuk KDRT (kekerasan dalam rumah tangga).

Spiritualitas yang kokoh membimbing manusia tegar melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dalam memajukan sains dan teknologi demi kemashlahatan semua manusia. Spiritualitas yang matang menuntun manusia melawan semua bentuk korupsi, nepotisme dan perbudakan, mengikis semua bentuk imperialisme dan kolonialisme, termasuk mengikis cara hidup konsumeristik dan hedonistik yang membuat manusia tercerabut jati dirinya. Spiritualitas yang solid mengarahkan manusia mencintai perdamaian dan keharmonisan, menolong sesamanya dari kehancuran peradaban sekaligus menjaga kelestarian alam semesta.

Intinya, dakwah harus mampu meningkatkan kualitas spitual manusia yang tercermin dari perilakunya sehari-hari, baik dalam relasi dengan Tuhan, sesama manusia, maupun dalam relasi dengan lingkungan dan makhluk lainnya di muka bumi. Dakwah harus mampu membuat manusia menjadi lebih manusiawi.

(suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: