Faktor penyimpangan manusia ialah karena memisahkan Al-Qur’an dari Itrah suci nabi Muhammad saww, dimana sebagian orang dengan menafsirkan Al-Qur’an melalui pendapat sendiri berusaha untuk menjelaskan Islam, hasilnya sebagaimana yang kita saat ini dalam diri kelompok teroris ISIS.
Shabestan News Agency, Hujjatul Islam Muhammad Jawad Akbari dalam kajiannya menjelaskan bahwa Imam Sajjad as dalam doa ke-42 di Sahifah Sajjadiyah memohon kepada Allah swt agar ditempatkan bersama orang-orang yang menunaikan hak Al-Qur’an Karim dan tunduk di hadapan ayat-ayat Ilahi.
Ia menambahkan, tunduk dan pasrah di hadapan ayat-ayat Ilahi sangat berpengaruh dalam pandangan dan perbuatan manusia.
Namun demikian terdapat macam-macam ayat yang berbeda-beda, ada yang semua ayatnya muhkam, dan ada yang mutasyabih, ada yang sebagiannya muhkam, dan ada yang sebagian lainnya yang mutasyabih. Sebab pembagian ayat-ayat ini ialah karena Allah swt memiliki maqam hikmah, dan dzat-Nya tetap dan kokoh.
Qur’an yang Shamith (tidak berbicara) memiliki peran untuk memberikan hidayah secara sempurna, namun ahrus tetap diiringi dengan Al-Qur’an Nathiq (yang berbicara). Selain dari ini Qur’an Shamith tanpa Qur’an Nathiq bisa mengalami perubahan dan bahkan bisa menyebabkan penyimpangan, dimana penyimpangan ini terjadi saat orang-orang fasiq merujuk kepada Al-Qur’an dan menyebarkannya kepada orang-orang.
Faktor penyimpangan manusia ialah karena memisahkan Al-Qur’an dari Itrah suci nabi Muhammad saww, dimana sebagian orang dengan menafsirkan Al-Qur’an melalui pendapat sendiri berusaha untuk menjelaskan Islam, hasilnya sebagaimana yang kita saat ini dalam diri kelompok teroris ISIS, demikian jelasnya.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar