Grup biola Queen Marry dari Gereja Santo Petrus, Temanggung, Jawa Tengah, membawakan Syair Lir-Ilir dan Tanpo Waton di acara peringatan sewindu haul Gus Dur di Ciganjur, Jakarta, 22 Desember 2017. (Foto: TEMPO/Ahmad Faiz)
Nuansa pluralisme terasa dalam peringatan sewindu wafatnya Presiden Indonesia ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang berlangsung pada Jumat malam, 22 Desember 2017 di kediaman Gus Dur di Ciganjur, Jakarta. Salah satunya terasa saat panitia haul menghadirkan kelompok biola anak-anak Queen Marry yang berasal dari Gereja Santo Petrus dan Paulus Temanggung, Jawa Tengah.
Bukan menyanyikan lagu-lagu rohani Kristen, kelompok ini justru membawakan syair-syair Islam seperti lir-Ilir dan Tanpo Waton. “Astagfirullah robbal baroya, Astagfirullah minal khotoya,” kata pimpinan kelompok kala mengucapkan salah satu bait syair Tanpo Waton yang kerap dibawakan Gus Dur.
Tampilnya kelompok Queen Marry ini mendapat sambutan meriah dari masyarakat yang hadir di acara haul. Tepuk tangan sering diberikan dari hadirin sepanjang anak-anak ini pentas.
Selepas pertunjukan pembawa acara bahkan melemparkan sebuah guyonan. “Terima kasih Queen Marry dari Gereja Santo Petrus dan Paulus Temanggung, sepertinya sudah kecanduan solawat untuk Rasulullah,” kata dia disambut tawa hadirin.
Selain itu, semangat persaudaraan di tengah perbedaan terlihat saat pembawa acara meminta para tokoh dan pemuka agama lain untuk duduk di panggung utama bersama para tamu VIP lainnya. Bahkan peringatan haul ini diisi pula dua kali sesi doa bersama lintas agama.
Pembacaan doa pertama dipimpin oleh Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj untuk mendoakan Palestina yang kini mendapat tekanan setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara sepihak menyatakan bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel. Adapun doa kedua dilakukan di penutup acara yang dipimpin oleh imam besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.
Selama hidupnya, Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang mendorong rasa pluralisme dan pembela kaum minoritas. Ia dikenal kerap menyuarakan Islam yang damai dan menghormati penganut agama lain.
Gus Dur wafat di usia 69 tahun pada 30 Desember 2009. Ia sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo akibat komplikasi penyakit yang dideritanya.
Gus Dur merupakan salah satu tokoh dari organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Ia merupakan cucu dari pendiri NU, KH. Hasyim Asy’ari dan anak dari Menteri Agama di era Presiden Soekarno, Wahid Hasyim.
Lihat galerinya:
Simak video berikut ini:
(Tempo/Kumparan/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar