Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » PBNU: Para Ustad Harus Miliki Tema Dakwah Yang Jelas dan Tutur Kata Yang Santun

PBNU: Para Ustad Harus Miliki Tema Dakwah Yang Jelas dan Tutur Kata Yang Santun

Written By Unknown on Sabtu, 20 Januari 2018 | Januari 20, 2018

Kantor Pusat PBNU (ilustrasi). (Foto: mobile.seruu.com)

Ketua PBNU Sulton Fatoni mengingatkan agar para ustaz di Indonesia agar memiliki tema jelas ketika berdakwah. Ia juga meminta para ustaz memperhatikan cara bertutur yang santun.

“Seorang Ustaz memiliki tugas mulia yang pikiran, perilaku, dan tutur katanya menjadi acuan bagi orang lain. Dia membimbing, mengarahkan, serta memberi ilmu. Makanya orang tersebut mendapat julukan Ustaz,” ujar Sulton Fatoni saat dihubungi Republika, Rabu (17/1).

Seseorang yang mendapat gelar atau julukan Ustaz dituntut untuk memiliki wawasan yang luas tentang Islam. Jika seseorang dirasa masih belum mampu menguasai ilmu ke-Islaman, kemudian belum mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari maka idealnya orang tersebut lebih berkonsentrasi dalam memperbaiki diri dan menempa ilmu untuk diri sendiri.

Saat kriteria untuk menjadi Ustaz ini belum terpenuhi maka akan mudah bagi orang tersebut untuk masuk dalam materi yang tidak ada hubungannya dengan wacana ke-Islaman. Ia dipaksa berbicara sehingga temanya menjadi tidak jelas.

Dulu, lanjutnya, para Kiai membuat panduan moral untuk menjaga konsistensi atas materi yang akan diberikan. Didalamnya ditetapkan tema yang akan dibicarakan setiap bulannya sebagai upaya para Kiai untuk menjaga agar Ustaz-Ustaz yang ada bisa mawas diri, tidak berbicara melantur, dan agar menyiapkan materi sebaik mungkin.

“Dakwah ke-Islaman itu mengajak seseorang untuk berbuat baik. Mengajak untuk lebih tunduk kepada Tuhan. Lebih hati-hati melaksanakan perintah-perintah Tuhan. Serta lebih giat menghindari larangan-larangan Tuhan. Itu dakwah,” ujar Sulton.

Contohnya di bulan ini ada peristiwa kelahiran nabi, maka Kiai menyarankan untuk berbicara tentang keteladanan dan kelahiran nabi serta tema serupa. Hal tersebut sebenarnya sudah ditradisikan di Indonesia. Namun yang terjadi ketika seseorang tidak mempunyai kapasitas atas keilmuan itu, fiqih tidak bisa, tasawuf tidak menguasai, akhlak juga masih dangkal, tentang tauhid tidak bisa, maka orang ini akan cenderung menghindari tema klasik yang sudah disusun.

Akhirnya orang tersebut akan menghindari itu dan memilih membuat tema lain sesuka hati sementara panduan tersebut dibuat agar Ustaz tidak mudah terperangkap pada ujaran lenuh caci maki, kebencian, dan lain-lain.

“Saya pikir ini lebih pada kapasitas. Seseorang harus kembali memikirkan pada esensi apa itu dakwah sebenarnya agar tidak mudah masuk perangkap yang tidak menguntungkan,” ucap Sulton.

(Republika/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: