رزومه امینی
Oleh: Syekh Ibrahim Amini
Seseorang hendaknya berjuang menempuh beberapa jalan untuk mencapai kesempurnaan diri dan kedekatan kepada Allah. Berikut ini kami jelaskan beberapa jalan penting :
1. Mendekatkan diri kepada Allah (zikir).
2. Menumpuk kebaikan moral.
3. Melakukan amal baik.
4. Melaksanakan jihad dan mencapai kesyahidan.
5. Cinta kasih dan melayani sesama manusia.
6. Mengerjakan salat dan do’a.
Semua cara di atas akan dijelaskan dalam bab-bab yang berbeda dalam buku ini.
Jalan pertama : Mengingat Allah (Zikir)
Mengingat atau menyebut Allah (zikir) dianggap sebagai titik awal perjalanan esoteris atau mi’raj ruhani seorang salik menuju kedekatan kepada penguasa alam semesta. Melalui zikir, seorang salik sedikit demi sedikit mengangkat dirinya melampaui cakrawala dunia materi dan melangkah ke alam malakut yang agung dan indah. Dia akan bernjak menuju kesempurnaan dan akhirnya mencapai posisi tertinggi yang mulia yaitu kedekatan kepada Allah. Zikir kepada Allah adalah esensi dibalik segala bentuk ibadah. Zikir adalah tujuan terbesar dibalik ibadah, karena nilai setiap ibadah bergantung pada tingkat perhatian yang diberikan seorang hamba terhadap ibadah. Ayat Alquran dan hadis banyak menganjurkan tentang pentingnya zikir. Misalnya Alquran menyatakan :
“Wahai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya (QS 33:41).
(yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk dan dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : “Wahai Tuhan kami, Engkau tiada menciptakan semua ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.” (QS 3:191).
Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. (QS 87:15).
Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. (QS 76 : 25).
Berkata Zakariya : “Berilah aku tanda (bahwa istriku mengandung).” Allah berfirman : “Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” (QS 3 : 41).
Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah salat (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS 4 : 103).
Imam as-Shadiq berkata :
“Barangsiapa banyak berdzikir, Allah akan membalasnya dengan surga dimana dia akan hidup abadi dengan bahagia di bawah lindungan rahmat-Nya””(Wasail as-Syiah, jilid 4 hlm. 1182).
Beliau juga bersabda kepada sahabatnya :
“Ingatlah Allah sebanyak mungkin pada setiap saat sepanjang siang dan malam, karena Dia telah memerintahkan hamba-Nya untuk banyak berzikir. Barangsiapa berzikir kepada Allah, akan mendapat balasan pahalanya; ketahuilah, tidak seorang beriman pun yang mengingat Allah melainkan pasti Allah mengingatnya juga dengan kebaikan.” (Wasail asy-Syiah, jilid 4 hlm. 1183).
Selanjutnya Imam juga berkata :
Allah berfirman kepada Musa a.s., “Perbanyaklah mengingat-Nya sepanjang siang dan malam. Khusyuklah selama berzikir, bersabarlah saat ditimpa bencana, dan tenangkan hatimu saat mengingat-Ku. Sembahlah aku dan jangan menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Semua orang akan pasti akan kembali kepada-Ku. Wahai Musa ! Jadikanlah aku sebagai bekal untuk hari kemudian dan simpanlah simpanan amal kebaikanmu disisi-Ku.” Iwasail asy-Syiah, jilid 4 hlm. 1182).
Di kesempatan lain beliau berkata :
Setiap sesuatu ada batasannya kecuali mengingat Allah. Ada banyak kewajiban agama yang dilakukan sesuai asas tertentu, misalnya puasa pada bulan Ramadhan dibatasi 30 hari, begitu pula ibadah haji dibatasi dengan melakukan ritual-ritual haji tertentu yang sudah ditetapkan. Tetapi mengingat Allah tidak punya batasan apapun dan tidak terbatas oleh bilangan dan jumlah tertentu. Lalu beliau membaca ayat berikut :
Wahai orang-orang yang beriman ! Ingatlah Allah dengan ingatan yang banyak dan pujilah Dia di pagi dan sore hari. (QS 33 :41-42).
Dalam ayat di atas Allah tidak menentukan batasan untuk mengingat dan memuji-Nya. lalu beliau berkata : Ayahku (Imam al-Baqir), banyak berzikir. Ketika berjalan bersamanya aku selalu melihatnya sedang berzikir kepada Allah. Ketika kami duduk bersama untuk menyantap makanan, beliau masih sibuk berzikir. Bahkan ketika berbicara dengan orang lain, beliau tidak lalai dari berzikir. Aku dapat melihat lisannya senantiasa berucap :la ilaha illa allah (tidak ada Tuhan selain Allah). Setelah salat subuh beliau biasa mengumpulkan kami semua dan memerintahkan untuk berzikir hingga matahari terbit.”
Kemudian beliau mengutip hadis Rasulullah yang menyatakan : “Tidak inginkah kalian aku beritahu tentang sebaik-baik amal perbuatan yang akan memberikan keistimewaan dibanding amal lainnya ? Amal yang paling disukai Allah, amal yang jauh lebih baik bagimu ketimbangemas dan perak, bahkan lebih tinggi dibanding jihad di jalan Allah ?
Para sahabat bertanya. “Wahai Rasulullah ! Beritahulah kami.”
“Perbanyaklah zikir kepada Allah,” jawab Rasulullah.
Lalu Imam berkata, “Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah, “Siapakah yang terbaik diantara orang-orang yang beriman ?” “Orang yang banyak berzikir.” jawab rasulullah. Lebih lanjut beliau bersabda, “Barangsiapa mempunyai lidah yang senantiasa berzikir, maka ia benar-benar mendapat berkah kebaikan di dunia dan akhirat.” (Wasail as Syiah jilid 5, hlm. 1181)
Nabi Muhammad bersabda kepada Abu Dzarr :
“Membaca Alquran dan banyak berzikir akan menjadi jalan bagimu untuk dikenang di langit dan akan menjadikan cahaya untukmu di atas bumi.” (Bihar al-Anwar, jilid 93, hlm. 154).
Imam al-Hasan meriwayatkan hadis dari Rasulullahsaw, “Berlomba-lombalah menuju kebun-kebun surga Firdaus.” “Apa itu surga Firdaus ?” Tanya para sahabat. “Halaqah (majelis) zikir. “jawab Rasulullah saw.” (Bihar al-Anwar, jilid 93 hlm. 156).
Imam Ash-Shadiq berkata :
“Orang yang senantiasa berzikir kepada Allah diantara orang-orang yang lalai adalah bagaikan seorang prajurit yang maju ke medan perang sendirian, sementara yang lainnya melarikan diri. Maka dia pasti mendapatkan surga.” (Bihar al-Anwar, jilid 93, hlm. 163).
Ayat Alquran dan hadis yang dikemukakan di atas adalah contoh tentang kedudukan penting zikir. Sekarang mari kita meninjau apa tujuan di balik zikir.
Tujuan Zikir
Sebelumnya telah diuraikan dengan jelas bahwa zikir kepada Allah adalah ibadah yang agung dan salah satu metode paling baik untuk mengembangkan dan menyempurnakan jiwa serta mi’raj spiritual menuju Allah. Sekarang mari menyimak apa makna zikir yang nilai pentingnya banyak ditekankan dalam ayat Alquran dan hadis. Apakah maksudnya bukan sekedar mengucapkan kalimat seperti : subhanallah, Alhamdulillah, dan La ilaha illa allah saja atau ada makna lain dibalik semua itu ?
Apakah kalimat-kalimat itu jika diucapkan tanpa memperdulikan makna esoterisnya masih tetap akan menimbulkan efek penting.“ Kata zikir secara etimologis berarti ucapan sederhana dengan lidah, dan ucapan sederhana yang disertai kehadiran hati. Ada banyak hadis yang menggunakan kata ini dalam kedua arti tersebut, yaitu ucapan dengan lidah maupun ucapan dengan kehadiran hati.
Dalam hadis diriwayatkan bahwa Nabi Musa ketika mengucapkan munajatnya, meminta kepada Allah :
“Wahai Tuhan ! Apa imbalan bagi seseorang yang mengingat-Mu denga lidah dan hatinya ?” Tuhan menjawab “Aku akan menempatkannya di bawah bayangan ‘arsy dan penjagaan-Ku pada hari kiamat.” (Bihar al-Anwar, jilid 93, hlm. 156).
Oleh karena itu, sebagaimana dapat dilihat dalam hadis di atas, istilah zikir digunakan untuk kedua maksud tersebut yaitu zikir dengan menggunakan lidah dan zikir dengan menghadirkan hati. Di samping itu, ada banyak hadis yang menggunakan kata zikir dalam makna penghadiran hati, yang tentu saja merupakan yang benar dan dan sempurna.
Mengingat Allah dapat didefiniskan sebagai suatu keadaan spiritual dan melihat kebenaran dengan perhatian esoteris kepada Allah, dan mengetahui bahwa Dia Maha Melihat dan Maha Mengawasi segala perbuatan. Seseorang yang mengingat Allah dengan cara seperti itu, akan bertindak sesuai dengan perintah-Nya, melakukan kewajiban dan mencegah dirinya dari perbuatan terlarang. Oleh karena itu, berdasarkan cara pandang ini kita bisa menyimpulkan bahwa zikir bukanlah perbuatan sederhana. Nabi Muhammad saw bersabda kepada Imam Ali :
“Ada tiga sumber kekuatan istimewa bagi umatku : Pertamaa; persahabatan dan kebersamaan dengan saudara seiman dalam urusan harta. Kedua; Memperlakukan orang lain dengan adil sebagaimana kepada diri sendiri. Ketiga; Melihat Allah swat dalam semua situasi. Apa yang dimaksud zikir tidak/bukanlah ucapan kalimat sederhana seperti : Maha Suci Allah, dan tidak ada Tuhan selain Allah, tetapi zikir dimaksudkan/didefinisikan sebagai suatu keadaan senantiasa mengingat Allah nswt. Sehingga kapanpun seseorang menghadapi/bertemu dengan sebuah perbuatan terlarang, dia akan merasa takut kepada Allah swt dan akan mencegah dirinya dari melakukan perbuatan tersebut.” (Bihar al-Anwar, jilid 93 hlm. 15).
Pemimpin kaum beriman Imam Ali berkata :
“Jangan lalai dari zikir di saat senggang dan jangan lupa untuk terus mengingat Allah. Ingatlah Dia dengan sempurna agar lidah dan hatimu berjalan seiring serta urusan batin dan zahirmu saling menyesuaikan satu sama lain. Seseorang tidak akan dapat menyibukan dirinya dengan zikir yang benar sampai dia betul-betul melupakan dirinya dan ketika melakukan perbuatan ia hanya mengingat Allah serta tidak memperhatikan keberadaan dirinya sendiri.” (Ghurat al-Hikam, hlm 817).
Imam As-Shadiq berkata :
“Barangsiapa sunguh-sungguh mengingat Allah akan patuh kepada Allah; Barangsiapa lalai dari mengingat-Nya pasti akan terjerumus ke dalam dosa. Kepatuhannya (kepada Allah) berarti hidayah dan perbuatan dosa menandakan kesesatan; Zikir adalah akar dari ketaatan dan kelalaian adalah akar dari kesesatan. Karena itu, jadikanlah pertimbangan hatimu sebagai titik ibadah (kiblat), dan jagalah lidahmu agar tak bergerak kecuali dengan izin hati, kebijaksanaan, dan iman karena Allah mengawasi semua urusanmu baik yang nyata maupun yang tersembunyi.
Jadilah seperti seseorang yang jiwanya hendak dicabut dari jasadnya atau seperti seseorang yang berdiri di hadapan Tuhannya dan diotanyakan perbuatannya. Jangan biarkan jiwa berhubungan dengan sesuatupun kecuali dengan segala yang diperintahkan Allah. Lakukanlah disertai tangis malu, dan sucikanlah kekotoran hatimu.
Ketahuilah bahwa Allah telah mengingatmu. Karena itu, serahkan dirimu untuk berzikir mengingat-Nya, karena Dia mengingamu sementara Dia tidak membutuhkanmu sedikit pun. Oleh karena itu zikir-Nya kepadamu akan menjadikanmu lebih sempurna, dan menyenangkanmu dibading ingatanmu (zikirmu) kepada Allah. Membiasakan diri mengingat Allah akan menambah kerendahan hati, kebaikan dan rasa segan di hadapan-Nya; akan membuatmu mampu menyaksikan karunia dan rahmat yang telah lampau atasmu. Pada tahap ini ketaatanmu mungkin akan kau anggap sebagai sesuatu yang besar, tetapi dihadapan Tuhan akan terlihat sebagai sesuatu yang sangat kecil.
(Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar