Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Masjid Omar Ali Saifuddin, Simbol Kejayaan Islam di Brunei

Masjid Omar Ali Saifuddin, Simbol Kejayaan Islam di Brunei

Written By Unknown on Kamis, 21 Juni 2018 | Juni 21, 2018


Bandar Seri Begawan yang merupakan ibu kota Kesultanan Brunei Darussalam adalah kota yang unik. Kota itu terletak di tepian Sungai Brunei yang bermuara ke sebuah teluk.

Ratusan tahun lalu, Bandar Seri Begawan merupakan bagian dari sebuah permukiman bernama Kampong Ayer. Di kota itu berdiri sebuah masjid nan indah, megah, dan mewah bernama Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin.

Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin adalah salah satu masjid paling mengagumkan di Asia Pasifik. Tak heran jika masjid itu menjadi landmark dan daya tarik wisata utama yang ditawarkan Brunei. Masjid yang mendominasi pemandangan Kota Bandar Seri Begawan itu melambangkan kemegahan dan kejayaan Islam yang menjadi agama mayoritas dan agama resmi negara itu.

Yulianto Sumalyo dalam buku Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim mengungkapkan, masjid itu dibangun atas prakarsa almarhum Sultan Haji Omar Ali Saifuddin Sa'adul Khairi Waddien (1950- 1967), Sultan Yang Dipertuan Negara Brunei Darussalam ke-28.

Pembangunan Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin, menurut Yoseph R Yogerst dalam bukunya yang bertajuk The Golden Legacy, Brunei Darussalam, dimulai pada 1954.

Proses pembangunannya memakan waktu selama empat tahun. Setelah selesai dibangun, masjid itu diresmikan oleh Sultan Omar Ali pada Jumat, 26 September 1958.

Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin merupakan contoh arsitektur Islam modern. Arsitektur masjid itu merupakan perpaduan antara Mughal dan Italia. Bangunan megah dan indah itu dirancang oleh biro arsitektur Booty Edward and Partners berdasarkan rancangan karya arsitek berkebangsaan Italia, Cavaliere Rudolfo Nolli, yang telah lama bekerja di Teluk Siam. Sedangkan, sebagai kontraktornya ditunjuk Sino Malayan Engineers.

Bangunan Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin berdiri di atas lahan seluas kurang lebih hektare, hasil dari reklamasi tepian Sungai Brunei.

Sebagian air yang tidak ditimbun dibentuk sebuah laguna atau kolam yang cukup luas berbentuk lingkaran. Di sebelah timur bangunan masjid terdapat sebuah taman dan lapangan. Taman itu namanya sama dengan masjid.

Taman Haji Sir Muda Omar Ali Saifuddin itu digunakan untuk tempat upacara dan keramaian lainnya dalam lingkup negara dan kota. Sebuah jembatan membentang di tengah laguna menuju Kampong Ayer yang berada di tengah Sungai Brunei.

Sebuah jembatan marmer lainnya menuju ke bangunan yang merupakan replika kapal (bahtera) raja pada zaman dahulu. Replika kapal itu terletak di tengah laguna. Konstruksi bangunan replika kapal tersebut terdiri atas beton bertulang dan batu dengan panjang 47,10 meter dan lebar 9,3 meter.

Selain berfungsi untuk memperindah dan sebagai kenangan sejarah, bangunan replika kapal Sultan Kerajaan Brunei itu juga kerap dipergunakan sebagai tempat penyeleng- garaan acara-acara keagamaan, antara lain untuk perayaan 1.400 tahun Nuzulul Quran dan pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran.

Ciri khas yang paling menonjol dari bangunan masjid yang berupa unit tunggal itu adalah menara marmer dan bagian kubah berlapis emas murni. Hampir semua bahan bangunan masjid ini didatangkan dari luar negeri, seperti marmer dari Italia, granit dari Shanghai, lampu kristal dari Inggris, serta karpet dari Arab Saudi.

Model India Menara masjid merupakan bagian tertinggi dari Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin. Menjulang setinggi 53 meter, menara masjid itu dapat dilihat dari setiap sudut kota Bandar Seri Begawan. Bangunan menara berpenampang segi delapan. Di dalam menara terdapat lift, sehingga pengunjung dapat naik ke puncak menara dan menikmati panorama kota dari ketinggian.

Bagian bawah hingga atas penampang menara berbentuk bujur sangkar. Pada puncaknya terdapat sebuah tumpuan kubah berdenah segi delapan dan kubahnya juga bersisi delapan model klasik India. Dengan hadirnya menara, bentuk masjid tidak simetris karena hanya terdapat satu di sebelah utara.

Bagian dalam ruangan masjid khusus untuk tempat ibadah shalat bagi umat Muslim. Denah ruang shalat utama ini berpola segi empat panjang dengan sisi terpanjang di kiri-kanan atau sisi utara-selatan sejajar dengan arah kiblat. Kemungkinan besar bentuk denah yang berbeda dengan kebanyakan bangunan masjid klasik ini mendapat pengaruh arsitektur gereja kuno, yang selalu menggunakan bentuk memanjang.

Pada ujung sisi-sisi utara dan selatan (sisi terpanjang) dari ruang shalat utama terdapat empat buah menara kecil berpenampang segi delapan. Puncak setiap menara dihias dengan kubah bawang kecil model India kuno. Di dalam keempat menara kecil ini terdapat tangga spiral. Tangga ini menuju ke balkon dan mengelilingi ruang-ruang di bagian atas ruang shalat utama membentuk mezanin berlantai empat. Ruang-ruang di atas bagian belakang diperuntukkan bagi jamaah wanita.

Di bagian depan (timur) masjid samping utara dan selatan masing-masing terdapat portico (serambi yang bertiang). Portico yang terdapat di bagian depan digunakan sebagai pintu masuk utama menuju ke dalam masjid.

Sedang portico yang berada di samping utara dan selatan difungsikan sebagai pintu masuk samping dari arah Kampong Sungai Kedayan. Ruang shalat utama berukuran 67,50x25,80 meter persegi ini dapat menampung 3.000 jamaah pada waktu bersamaan.

Selasar kiri-kanan di bagian belakang lantai satu pada mulanya digunakan untuk shalat jamaah wanita. Tetapi karena kemudian dirasakan terlalu sempit, maka dibuat ruang tambahan di samping kiri (selatan) masjid yang memiliki kapasitas 300 orang.

(Republika/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: