Hadir dalam perhelatan acara untuk mangayubagya ultah ke-74 KH Mustofa Bisri atau yang akrab dipanggil Gus Mus, seperti biasa Cak Nun menyampaikan beberapa hal menarik sebagai “persembahan spesial”.
Dalam acara bertajuk “Mata Air Gus Mus” tersebut, Cak Nun mendapatkan “jatah” tampil terakhir karena Panitia memandangnya sebagai orang yang tepat menjadi pengakhir acara yang dihadiri beragam kalangan. Meski demikian, Cak Nun sudah berada di TKP sebelum perwakilan panitia memberikan sambutan pembuka.
Duduk diapit Gus Mus dan Kyai Zawawi Imron, kurang lebih tiga jam Cak Nun tampak anteng turut menikmati sajian persembahan di panggung; menyaksikan penyair demi penyair membacakan puisi, menikmati lantunan keroncong Endah Laras, dan menyimak testimoni yang disampaikan tamu undangan perihal Gus Mus. Sesekali Cak Nun juga memberi hormat kepada sesiapa saja, seniman, pengusaha, dan budayawan yang menyebut namanya dalam sambutannya masing-masing.
Selain orang-orang dari kalangan seniman, penyair, pelukis, pengusaha, birokrat, penulis, ulama, dan orang-orang biasa lainnya, hadir pula Najwa Shihab malam itu. Di atas panggung, Najwa menceritakan persahabatan Gus Mus dengan Abinya, Quraish Shihab. Kata Najwa, dua tokoh ini pun sudah diundang ke Mata Najwa. Namun, ada satu tokoh yang selalu menyejukkan hati orang-orang tapi tidak mau diundang ke Mata Najwa. Orang itu adalah Cak Nun.
“Sudah sembilan tahun Mata Najwa tayang, tapi Cak Nun selalu menolak jika diundang. Tolonglah malam ini bantu saya merayu Cak Nun buat mau tampil di Mata Najwa.” Pernyataan itu langsung dijawab jemaah dengan gemuruh suara “Amin.” Sementara Cak Nun hanya mesem saja.
Sekadar informasi, beberapa jam sebelum acara, laman caknun.com mengunggah puisi Cak Nun yang dipersembahkan khusus untuk Gus Mus, yang di antaranya menyebutkan, “Ada Gus Mus yang tampak mata, Ada Gus Mus yang tak kasat mata.”
Dalam acara semalam itu, Cak Nun mengungkap apa yang telah ditulisnya dalam puisi itu, bahwa yang kita lihat adalah Gus Mus yang tampak di mata. Sedangkan Gus Mus yang tidak tampak mata adalah Gus Mus yang lebih besar.
“Gus Mus lebih besar dari jabatan apa pun. Tidak ada jabatan yang cocok untuk Gus Mus. Gus Mus adalah jabatan tertinggi di dunia. Jangan sampai Gus Mus melorot jabatannya menjadi wakil presiden,” seloroh Cak Nun.
Selanjutnya, mengaku tidak ada yang bisa dipersembahkannya selain sebuah ayat yang sudah diakrabinya sejak kecil, Cak Nun pun melantunkan surah An-Nur ayat 35 dengan suara merdu, sesekali berhenti menaham napas, sesekali menahan air mata agar tidak tumpah berlebihan.
“Saya mohon maaf atas sambutan dari saya yang mungkin kurang Anda setujui dan tidak Anda duga. Saya tidak bisa memberikan apa-apa selain itu tadi,” ujar Cak Nun.
“Untuk Gus Mus ya Allah. Untuk Gus Mus ya Rasulullah. Aku bersungguh-sungguh ya Allah. Aku tidak ketawa-ketawa. Aku bersungguh-sungguh untuk Indonesia,” lanjut Cak Nun menyelipkan doa sambil memandu hadirin bershalawat bersama.
Di penghujung acara, Gus Mus pun memberikan sambutan.
“Ulang tahun ini mengingatkan saya kalau saya sudah tua dan tidak usah neko-neko. Banyak orang yang berbicara tentang pribadi saya. Tapi, sebenarnya itu bukan pribadi saya. Hanya Allah yang tahu pribadi saya. Saya bukan siapa-siapa. Saya lebih rendah dari Anda. Saya belajar dari Anda. Saya tidak bisa seperti Anda. Saya tidak bisa seperti Cak Nun. Dia tidak pernah tidur. Malam di Jakarta. Paginya saya undang ke Rembang. Dia datang. Ini kalau tidak pemberian Allah pasti tidak bisa seperti itu,” papar Gus Mus.
Sementara di akun instagram @s.kakung, Gus Mus menyatakan, “Terima kasih kepada semua pihak dan saudara yang telah mengingatkan ketuaanku dengan menyampaikan tahniah hari lahirku. Semoga aku selalu ingat. FajaźãkumuLlãhu ahsanal jazãa…”
Selamat memasuki umur yang ke-74 tahun, Gus Mus. Semoga Allah SWT berkenan mengaruniakan umur panjang. Tetap menebar Islam rahmatan lil ‘alamin demi Indonesia aman tenteram lahir batin.
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar