Reaktor nuklir Arak
"Sanksi AS tidak berdampak pada kegiatan nuklir Iran. Mayoritas proyek kami independen atau dilaksanakan dengan bantuan Rusia. Moskow telah memenuhi semua janji-janjinya."
Inggris akan menggantikan AS di kelompok P5 + 1 (AS, Inggris, Cina, Rusia dan Prancis plus Jerman) untuk kelompok kerja yang ditugaskan mendesain ulang dan merekonstruksi reaktor air berat Arak, demikian menurut Ali Akbar Salehi, Kepala Organisasi Energi Atom Republik Islam Iran (AEOI).
Sebelumnya, AS mengundurkan diri dari Rencana Aksi Bersama Komprehensif 2015 (JCPOA), yang lebih dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran, pada bulan Mei.
Kesepakatan itu menyerukan penghapusan inti reaktor air berat untuk menghasilkan lebih sedikit plutonium. Dalam hal ini, Iran bertindak sebagai manajer proyek, sementara China akan mengambil bagian dalam mendesain ulang dan merekonstruksi reaktor. Inggris, Jerman, Rusia, dan Prancis bertugas mengawasi proses perancangan ulang dan AS memberikan dukungan teknis dan meninjau desain.
Berbicara kepada radio dan TV negara Iran (IRIB) pada 22 Agustus 2018, Salehi mengatakan, "Semuanya berjalan sesuai rencana. Terlepas penarikan AS dari JCPOA, kami tidak menghadapi kendala di bidang penelitian, pengembangan, dan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir. Kami terus memproduksi obat-obatan dan membangun rumah sakit," katanya.
"Sanksi AS tidak berdampak pada kegiatan nuklir Iran. Mayoritas proyek kami independen atau dilaksanakan dengan bantuan Rusia. Moskow telah memenuhi semua janji-janjinya," kata Salehi. "Juga, pembangunan pembangkit listrik Bushehr yang kedua lebih cepat dari jadwal. Ini akan beroperasi penuh dalam enam tahun. Kami berencana memulai pembangunan yang ketiga dua tahun setelah itu," lanjutnya.
Salehi mengatakan bahwa dengan bantuan Rusia, Iran telah mampu menghasilkan isotop berkelanjutan, Xenon dan Tellurium yang diperkaya.
Pada 21 Agustus lalu, dalam sebuah khotbah Idul Adha, Sayyid Ahmad Khatami, salah satu khatib sholat Jumat di Tehran, mengatakan: "Kami tidak akan pernah menegosiasikan kembali kesepakatan baru dengan Washington. Kita harus mengikuti contoh Nabi Muhammad Saw yang 80 kali melakukan perang kecil dan besar dalam jangka waktu 10 tahun dan mengatasi banyak rintangan politik dan ekonomi," tegasnya.
(IRIB/Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar