Ilustrasi: Spanduk khilafah di aksi reuni 212 di Monas (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
Tercatat dalam Kitab Talbis Iblis, karya Ibnul Qoyyim bahwa di era khilafah ada satu lembaga yang namanya Al-Wu’adh (para penasehat agama). Komposisinya adalah ulama dan sekaligus fuqaha’. Seorang alim dan penguasa juga suka menghadiri majlis nasehat agama. Misalnya seperti Abdullah bin umar ra., telah menghadiri majlis Abid bin Umaer, Umar bin Abdul Aziz menghadiri majlis al-Qash.
Tetapi kemudian keadaannya semakin lama semakin memburuk, orang-orang bodoh mulai terlihat mengambil peran. Anehnya mereka mendapatkan tempat di hati manusia, sehingga orang awam dan wanita sangat bergantung pada mereka dan tidak mau sibuk dengan mencari ilmu.
Diantara qushash, ada sekelompok yang membuat hadits-hadits palsu tentang targhib (anjuran, berita gembira) dan tarhib (larangan, ancaman). Di sinilah Iblis melontarkan bisikan pada mereka, sehingga mereka mengatakan; Bahwa tujuan kami adalah memotivasi orang untuk berbuat baik dan mencegah berbuat berbuat keji. Mereka lupa sabda Nabi saw.:
من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار
Artinya: “Barangsiapa yang mendustakan atas diriku dengan sengaja maka ia telah mempersiapkan tempat duduknya di neraka” (HR. Ahmad).
Beginilah, Iblis melakukan talbis pada mereka dengan membisikkan tujuan mengarahkan orang pada mahabbatullah. Sebagaimana di ketahui, bahwa majlis seperti itu banyak dihadiri oleh orang-orang awam.
Diantara mereka juga ada yang memperlihatkan kecintaan kepada Allah dan kekhusyu’annya dan bahkan ada yang membiarkan diri menangis agar dikesankan khusyu’.
Terkadang nasehat itu benar adanya, hanya saja penyampainya adalah orang yang hatinya menyukai kepemimpinan di zamannya, sehingga ia harus dihormati. Tandanya seorang alim seperti ini, apabila hadir seorang penasehat lain yang dapat mengganti kedudukannya atau membantunya, ia sangat tidak menyukai. Seandainya ia memiliki niat yang benar, maka ia akan menyukai bila ada orang yang dapat membantu tugas dakwahnya.
***
Lihatlah, betapa rapuhnya sistem yang disebut khilafah. Karena otoritas tunggal di tangan khalifah, maka sangat mudah bagi siapapun yang kemaruk kekuasaan untuk menjilat sang khalifah. Tak ada kekuatan penyeimbang, ketika khalifah tergoda, maka rusaklah negara. Karena otoritas tunggal ini pula tragedi berdarah dan kemanusiaan melanda dan pada akhirnya menghancurkan khilafah itu sendiri….!
Sumber: Facebook Rozy Lucky Lucky
(Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar