Pulau Belitung atau yang warga lokal menyebutnya Belitong saat ini sedang membangun bisnis pariwisata.
Sejumlah hotel berbintang berdiri, wisatawan berduyun-duyun datang ke Negeri Laskar Pelangi.
Wisatawan ingin menyaksikan keindahan Pulau Belitong yang terkenal dengan pantai dan wisata bawah airnya.
Pariwisata Belitung
Pantai Tanjung Tinggi di Desa Ciput, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung. (Foto: Kompas.com/BARRY KUSUMA)
Pariwisata Belitung (Foto: ISTIMEWA)
Namun Polemik penambangan laut di perairan Belitung semakin memanas..
Ratusan orang menggelar aksi menuntut rencana penambangan di laut Belitung ditangguhkan.
Warga tempat lahir tokoh-tokoh nasional seperti Yusril Ihza Mahendra, Basuki Tjahaya Purnama, Andrea Hirata hingga DN Aidit ini sepertinya tak rela pertambangan merusak alam Belitong yang indah.
Rumah ahok3
Lantaran tak digubrisnya permintaan warga kontra penambangan laut belitung, ada warga yang membuat polling referendum Pulau Belitung.
Pada pooling tersebut, Endro Siswono si pengunggah polling menulis "Jika Gubernur Babel tak menghiraukan masyarakat Pulau Belitong yang menuntut perairan dan laut Belitong yang bebas dari tambang laut dan terus memaksakan masuknya tambang laut di Pulau Belitong baik melalui Perda Zonasi atau penerusan izin yang sudah ada.
Apakah sebaiknya masyarakat Pulau Belitong mengusulkan referendum saja, Pulau Belitong menjadi Provinsi sendiri atau bergabung dengan DKI Jakarta," tulisnya. Pooling itu dibuat di group facebook Serumpuan Sebalai Bangka Belitung Membangun.
Polling Belitung
Endro juga melampirkan link survei Polling Pendapat Masyarakat Belitong, jika Gubernur Babel memaksakan kebijakan tambang laut di Belitong.
Berikut linknya: https://www.surveymonkey.com/r/JL9JDNS
Belitung menuju referendum
Selain Endro, Ikatan Keluarga Pelajar Belitong (IKPB) juga membuat petisi di change.org. IKPB membuat alasan mengapa penambangan laut di perairan Belitung harus ditolak. (https://www.change.org/o/ikatan_keluarga_pelajar_belitong)
Berikut sejumlah alasan dari IKP:
1. Merusak ekosistem, seperti terumbu karang yang menjadi rumah bagi biota laut akibat pembuangan limbah KIP. Tidak hanya pada lokasi penambangan, ini akan meluas seluruh pesisir utara laut Pulau Belitung.
2. Rusaknya ekosistem laut akan menghilangkan sumber pendapatan nelayan, terutama yang menggunakan peralatan tradisional. Mereka sangat menggantungkan hidupnya pada hasil laut, kemudian akan kehilangan mata pencaharian akibat rusaknya rumah bagi hewan laut yang merupakan sumber tangkapan nelayan.
3. Bertolak belakang dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang daerah dan nasional di wilayah Pulau Belitung sebagai daerah tujuan wisata maritim nasional. Ini juga bertentangan dengan prinsip Nawa Cita yang didengungkan Presiden Joko Widodo tentang pengembalian jati diri bangsa sebagai negara maritim.
4. Secara ekonomi-sosial, apabila tambang laut ini beroperasi, akan berakibat merebaknya tambang-tambang timah ilegal seperti yang terjadi pada tambang darat di wilayah tersebut. Meluasnya hal tersebut akan sulit di cegah oleh pemerintah daerah akibat dari desakan kebutuhan ekonomi masyarakat.
(Tribun-Bangka/Info-Menia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar