akhir zaman
Allah Swt berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (QS. al Maidah: 54).
وَ إِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ ثُمَّ لا يَكُونُوا أَمْثالَكُم
Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti) kamu (dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu) ini. (QS.Muhammad: 38).
Kedua ayat tersebut mengisyaratkan bahwa di akhir zaman umat Islam akan banyak yang berpaling dari pembelaan terhadap agama tauhid ini, bahkan ada yang murtad dari agama ini. Yang menarik, Allah memberitakan bahwa saat kondisi kritis tersebut (terjadi kemurtadan dan keberpalingan umat Islam dari agama) akan muncul kaum istimewa yang hatinya dipenuhi dengan cinta dan mereka dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya serta mereka bersahabat dengan orang-orang Muslim lainnya dan terdepan dalam melawan musuh-musuh kebenaran.
Dalam kitab tafsir Ruh al-Ma’ani, Sayed Mahmud Alusi mengemukakan riwayat bahwa takkala ayat tersebut turun, Nabi saw mengisyaratkan kepada Abu Musa al-Asy’ari sambil berkata: Mereka adalah kaum orang ini (dari Yaman).
Adapun menurut riwayat al-Hasan dan Qatadah dan ad-Dahhak bahwa mereka adalah sahabat Abu Bakar ra. yang memerangi orang-orang yang murtad.
Imamiyyah berpandangan bahwa mereka adalah Ali—karramallah wajhah—dan para pengikutnya dalam peperangan Jamal dan Shiffhin. Mereka juga meriwayatkan bahwa yang dimaksud adalah al-Mahdi dan orang-orang yang mengikutinya.[1]
Dari keterangan beberapa riwayat tersebut dapat disimpukan bahwa “kaum yang istimewa dan dijanjikan tersebut” adalah kaum yang tidak hanya hidup di zaman Nabi saw tapi mereka juga muncul di zaman yang berbeda-beda (dengan merujuk pada riwayat tentang kaum Yaman dan para pengikut Ali).
Kebangkitan dunia Arab
Kebangkitan dunia Arab atau Musim Semi Arab: The Arab Spring; الثورات العربية, secara harfiah Pemberontakan Arab) adalah gelombang revolusi unjuk rasa dan protes yang terjadi di dunia Arab. Sejak 18 Desember 2010, telah terjadi revolusi di Tunisia dan Mesir; perang saudara di Libya; pemberontakan sipil di Bahrain, Suriah, and Yaman; protes besar di Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, dan Oman, dan protes kecil di Kuwait, Lebanon, Mauritania, Arab Saudi, Sudan, dan Sahara Barat.[2]
Ada yang membaca gerakan The Arab Spring sebagai kegoncangan awal di masa akhir zaman. Tapi yang paling menyorot perhatian adalah munculnya fenomena ISIS dengan konsep khilafah yang dideklarasikannya di Mosil, Irak. Dan dunia semakin berguncang ketika koalisi pimpinan Saudi menyerang Yaman. Dan dunia semakin tidak tenang ketika Trumph mengumumkan secara sepihak bahwa Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Banyak yang menduga dan menganalisa bahwa pelbagai peristiwa tersebut menandakan bahwa dunia sedang menunju babak-babak akhir perjalanannya.
Akhir Zaman dan Bendera Rasulullah saw
Ada riwayat yang diyakini kesahihannya oleh Ahlu Sunnah bahwa di akhir zaman ada kaum yang membawa bendera hitam.
Imam Sayyidina Ali karamallahu wajhu berkata:
إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّايَاتِ السُّوْدَ فَالْزَمُوْا الْاَرْضَ وَلَا تُحَرِّكُوْا أَيْدِيَكُمْ وَلَا أَرْجُلَكُمْ ثُمَّ يَظْهَرُ قَوْمٌ ضُعَفَاءُ لَا يُؤْبَهُ لَهُمْ ، قُلُوْبُهُمْ كَزُبُرِ الْحَدِيْدِ ، هُمْ أَصْحَابُ الدَّوْلَةِ ، لَا يَفُوْنَ بِعَهْدٍ وَلَا مِيْثَاقٍ ، يَدْعُوْنَ إِلَى الْحَقِّ وَلَيْسُوْا مِنْ أَهْلِهِ ، أَسْمَاؤُهُمُ الْكُنَى وَنِسْبَتُهُمُ الْقُرَى ، وَشُعُوْرُهُمْ مِرْخَاةٌ كَشُعُوْرِ النِّسَاءِ حَتَّى يَخْتَلِفُوْا فِيْهَا بَيْنَهُمْ ثُمَّ يُؤْتِي اللهُ الْحَقَّ مَنْ يَشَاءُ
“Jika kalian melihat bendera hitam, maka bertahanlah di bumi. Jangan gerakkan tangan dan kaki kalian. Kemudian akan muncul kaum lemah yang lemah tidak dihiraukan (rendahan). Hati mereka seperti batangan baja (kaku, keras). Mereka (mengaku) pemegang daulah (Islamiyyah). Mereka tidak menepati janji dan kesepakatan. Mereka mengajak kepada kebenaran sedangkan mereka bukan orang yang benar. Nama mereka menggunakan kunyah dan nisbat mereka menggunakan nama daerah. Rambut mereka terurai seperti wanita, hingga mereka berselisih diantara mereka. Kemudian Allah mendatangkan kebenaran kepada yang Allah kehendaki”[3]
Menjelang kehadiran imam Mahdi banyak kelompok membuat bendera hitam dengan tujuan menjadi pembela imam Mahdi, padahal kenyataannya justru sebaliknya, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Katsir :
( ثُمَّ تَطْلُع الرَّايَات السُّود ) قَالَ اِبْنُ كَثِيرٍ هَذِهِ الرَّايَاتُ السُّوْدُ لَيْسَتْ هِيَ الَّتِي أَقْبَلَ بِهَا أَبُو مُسْلِمٍ الْخُرَاسَانِيّ فَاسْتَلَبَ بِهَا دَوْلَةَ بَنِي أُمَيَّة بَلْ رَايَاتٌ سُوْدٌ أُخَرُ تَأْتِي صُحْبَةَ الْمَهْدِيّ)
“Hadis (kemudian mencul bendera hitam). Ibnu Katsir berkata: “Bendera hitam ini bukanlah bendera yang dibawa oleh Abu Muslim al-Khurasani yang kemudian mengganti dinasti Bani Umayyah, namun bendera hitam yang lain, yang akan datang mengiringi kedatangan al-Mahdi” (Hasyiah as-Sindi 7/446).
Ibnu Asakir dalam bukunya Tarikh ad-Dimasyq jilid IV/225-226 menyebutkan, rayah milik Rasulullah sallallahu alaihi wasallam mempunyai nama. Dalam riwayat disebutkan, nama rayah Rasulullah sallallahu alaihi wasallam adalah al-Uqab.[4]
Almarhum KH Ali Mustafa Ya’qub pernah mengatakan, sebenarnya tidak ada larangan bagi satu kelompok untuk memakai simbol rayah dan liwa’. Namun, jika tujuannya untuk menipu atau mengecoh umat Islam, tentu itu jelas haram.
Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, kelompok-kelompok ekstremis, seperti Islamic State of Irak and Suriah (ISIS), menggunakan rayah dan liwa’ untuk menipu umat Islam. Hal itu dibuktikan dengan perbuatan mereka yang tidak sesuai dengan slogan yang mereka usung. Penggunaan rayah dan liwa’ hanya sekadar propaganda untuk menarik simpati umat Islam.[5]
Referensi:
[1]Sayed Mahmud Alusi, Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut, 1415 H, jilid 3, hal. 331.
[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Kebangkitan_dunia_Arab.Tanggal akses 25/12/2017.
[3] https://mutiarazuhud.wordpress.com/2017/12/06/fitnah-bendera-hitam. Tanggal akses 25/12/2017.
[4] http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/01/24/oka241282-mengenal-bendera-rasulullah-bertuliskan-kalimat-la-ilaha-illallah.Tanggal akses 25/12/2017.
[5] http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/01/24/oka241282-mengenal-bendera-rasulullah-bertuliskan-kalimat-la-ilaha-illallah.Tanggal akses 25/12/2017.
(Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar