Siapa bilang masyarakat Bali tidak toleran? Ada Abdul Somad, pembicara keagamaan dari Riau. Diundang ceramah di Bali. Selama ini ceramah Somad terindikasi sering menjajakan khilafah. Tujuan besarnya mau mengganti Pancasila dan merombak sistem negara.
Warga Bali yang mencintai NKRI ingin memastikan bahwa virus khilafah tidak menyebar, yang justru pada akhirnya merusak nilai toleransi yang selama ini tumbuh di Bali. Sebab, bagi warga Bali, tidak akan ada Indonesia jika toleransi terancam.
Sebelum ceramah, Somad diminta oleh warga untuk bersumpah setia pada NKRI. Mulanya Somad menolak. Tentu warga marah. Masa ada orang Indonesia yang bentuk hidungnya asli Melayu, tidak mau menyatakan setia pada negaranya?
Tapi setelah itu, Somad akhirnya mau menunjukan sumpah setia pada NKRI. Diapun dipersilakan melanjutkan acaranya.
Selesai? Ternyata tidak. Justru setelah itu Somad teriak-teriak telah dipersekusi. Bahkan menuduh masyarakat Bali intoleran.
Tersebar tulisan yang mengecam masyarakat Bali sebagai intoleran. Ini tuduhan yang luar biasa. Mana mungkin masyarakat yang hidupnya dari kunjungan turis bersikap anti pada perbedaan? Jika turis yang datang dari seluruh dunia saja, dengan segala perbedaannya, bisa nyaman di Bali, masa cuma seorang Somad yang menuduh warga Bali intoleran?
Apa yang dilakukan warga Bali sama seperti apa yang dilakukan Banser di beberapa tempat saat menolak Felix Siauw, tokoh HTI. Felix diminta sumpah setia pada NKRI. Hal yang sama juga dilakukan MUI Belitung ketika mereka menolak Felix ceramah di Belitung.
Tapi apa narasi yang kemudian dijajakan Felix? Banser menolak pengajian. Hal yang sama juga dilakukan Somad yang menuduh masyarakat Bali menolak pengajian. Narasi ini biasa, tujuannya untuk membenturkan umat dan memancing kemarahan.
Bahkan Somad melaporkan ke polisi beberapa warga Bali.
Belakangan tersebar dokumen bahwa Somad sejatinya adalah pengurus HTI. Dia selama ini berlindung di balik nama NU.
Inilah keanehan Indonesia. Ada orang dari organisasi terlarang (HTI) melaporkan anggota masyarakat ke polisi karena masyarakat Bali menolak aktifitasnya menyebarkan paham yang dilarang UU?
Itu sama saja ada maling melaporkan seorang Satpam ke polisi karena menghalanginya mencuri. Alasannya, Satpam tersebut tidak toleran terhadap profesi maling.
Saya jadi ingat kisah dua orang pemabuk yang suka memalak orang di jalan. Yang satu ke Inggris, satunya lagi pesek.
“Tuh, ada orang lewat. Lu minta duit ceban, buat nambah-nambah. Kalo dia gak ngasih, kita gebukin aja.”
“Lu gak liat. Dia itu TNI. Masih pake seragam. Bertiga lagi.”
“Lho, kalau TNI emang kenapa? Lu takut?”
“Bukan gitu bro. Kalau nanti dia ngelawan terus malah kita yang digebukin, gimana?”
“Lho, kok malah kita yang digebukin? Emang salah kita apa? Jangan mentang-mentang TNI dia bisa semabarabgan gebukin orang dong. Ini negara hukum bro. Gak boleh melanggar hak asasi manusia.”
Nah, sekarang Somad mengadukan masyarakat Bali ke polisi.
“Emang salah Somad apa, Pak Polisi?”
(Eko-Kuntadhi/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar