Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Intip Proses Radikalisasi di Sekolah Jam 2 Malam, Guru Ini Temukan Sesuatu Yang Mencengangkan

Intip Proses Radikalisasi di Sekolah Jam 2 Malam, Guru Ini Temukan Sesuatu Yang Mencengangkan

Written By Unknown on Rabu, 20 Desember 2017 | Desember 20, 2017

Kasi Kurikulum Pendidikan SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng Dr. Hari Wulyanto (tengah) memberikan materi pada Lokakarya Guru PAI untuk Penanggulangan Intoleransi dan Radikalisme dari Sekolah” di Hotel Amanda Hills, Bandungan, Kabupaten Semarang, Senin, (18/12/17) malam. (Foto: Ceprudin)

Penanaman doktrin radikal pada siswa SMA nyata, benar adanya. Doktrinasi radikal itu salah satunya melalui kegiatan halaqoh atau liqo yang diselenggarakan rohis di sekolah pada tengah malam.

Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam (PAI) SMA Provinsi Jateng, Khoiri mengaku pernah menyaksikan secara langsung. Ia mengintip proses radikalisasi oleh mentor-mentor rohis dengan cara yang sangat meyakinkan.

”Kalau ada halaqoh di sekolah, saya jam 2 malam datang untuk memastikan (ada proses radikalisasi atau tidak) dan ternyata betul, terjadi itu,” kata Khoiri pada ”Lokakarya Guru PAI untuk Penanggulangan Intoleransi dan Radikalisme dari Sekolah” di Hotel Amanda Hills, Bandungan, Kabupaten Semarang, Senin, (18/12/17) malam.

Kegiatan yang diselenggarakan Wahid Foundaton ini diikuti 35 guru PAI SMA dan SMK se Jateng. Latar belakang kegiatan ini didasari atas hasil beberapa riset yang menunjukan adanya kantong-kantong radikalisme di sekolah.

Sebagai guru, Khoiri paham betul kualitas pemahaman keagamaan siswa tingkat SMA. Usia remaja yang duduk di bangku SMA sedang haus-hausnya akan pemahaman ’halal-haram’ sebuah perbuatan sehari-hari. Karenanya, siswa yang mengikuti kegiatan liqo akan sangat mudah didoktrinisasi.


Pengajian Jam 2 Malam

”Doktrinasinya luar biasa disana. Kalau siswa tidak siap mental (keagamaan) itu, pasti langsung ’klepek-klepek. Ketika rohis mengadakan pengajian itu jam 2 malam, itu yang paling rawan (radikalisme),” lanjutnya.

Bukan hanya satu dua sekolah di Kota Semarang yang menjadi incaran radikalisasi. Namun di beberapa sekolah, sejumlah anak-anak yang mempunyai kecerdasan lebih menjadi incaran yang utama.

”Di beberapa sekolah di Kota Semarang menjadi incaran radikalisme. Lima tahun lalu, beberapa sekolah yang anaknya dianggap cerdas-cerdas dan memahami Islam hanya tekstualis (itulah yang menjadi sasaran),” jelasnya.

Bahkan, lanjut Khoiri, ada juga sekolah yang sudah disusupi gerakan HTI. “Ada yang masih hingga sekarang. HTI sudah masuk ke sekolah-sekolah. Bahkan tiga tahun yang lalu pernah akan dilakukan deklarasi HTI,” tuturnya.

Menurutnya, halaqoh atau pengajian yang diisi alumni rohis sangat menentukan proses radikalisme di sekolah. Perkiraan targetnya dari kabupaten/kota di Jateng ada lima alumni rohis yang langsung mendaftar ISIS. “Begitu selesai SMA langsung daftar ISIS. Ini yang menghawatirkan kita,” terangnya.

Dirinya juga tidak memungkiri jika gurunya sendiri ada yang berpemahaman radikal. “Dalam kegiatan ini pun saya juga merekomendasikan beberapa guru yang diduga radikal. Namun tidak mau datang. Guru ini (yang terindikasi radikal) dalam tulisan-tulisan di grup WA itu terindikasi itu,” tandasnya.


Benarkan Kekerasan

Pada kesempatan yang sama, Kasi Kurikulum Pendidikan SMK, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng Dr. Hari Wulyanto mengatakan hal serupa. Ia menunjukan beberapa data hasil riset yang menguatkan adanya kaderisasi radikal di sekolah.

“Saya kutip dalam disertasi saya tahun 2015, hasil penelitian Prof. Bambang Pranowo 2011 yang dikutif Sarwito Wirawan Sarwono, ada 48.9 persen siswa SMP-SMA yang bersedia melakukan kekerasan berbasis agama. Dan gurunya sejumlah 28.20 persen,” paparnya.

Selain itu, ada siswa 40.1 persen yang bersedia melakukan penyegelan dan perusakan fasilitas publik agama lain. Dan gurunya ada 22.9 persen. Bahkan ada 14.2 persen siswa yang membenarkan tindakan bom bunuh diri yang ketika itu dilakukan oleh Amrozi Cs dan gurunya sebanyak 7.5 persen.

Karena itu peran guru agama sangat penting dalam proses deradikalisasi dan menyebarkan toleransi. Guru agama ini pintu masuk bagaimana supaya anak-anak bisa menjadi lebih toleran atau intoleran.

“Karena itu Dinas Pendidikan Provinsi Jateng menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Wahid Foundation (WF). Lembaga ini yang selama bertahun-tahun fokus pada isu-isu toleransi, multikulturalisme dan perdamaian,” tandasnya.

(Elsa-Online/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: