Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Predator Empire: Era Dominasi Drone Dalam Perang Tanpa Batas

Predator Empire: Era Dominasi Drone Dalam Perang Tanpa Batas

Written By Unknown on Rabu, 20 Desember 2017 | Desember 20, 2017


Review Buku
Judul: Predator Empire: Drone Warfare and Full Spectrum Dominance
Penulis: Ian G. R. Shaw
Penerbit: University of Minnesota Press, Minneapolis, London
Tahun terbit: 2016

Buku Predator Empire: Drone Warfare and Full Spectrum Dominance ini mengkaji sejarah dan evolusi perang drone ala AS, dan perluasan penggunaan drone di luar zona konflik tradisional. Sang penulis, Ian Shaw, menganalisis makna dan maksudnya di balik konsep dominasi spektrum penuh sebagai doktrin militer. Semua yang telah kita lihat berkaitan dengan drone Predator dan pesawat tak berawak lainnya telah menghasilkan apa yang disebut oleh penulis buku ini sebagai ‘Predator Empire’.

Imperium baru ini berlandaskan atas penggunaan kekuatan teknologi dalam kehidupan modern: teknologi, seperti pesawat tak berawak, tidak hanya mengubah bagaimana manusia berinteraksi dan berhubungan satu sama lain, tapi juga dengan dunia pada umumnya.

Kita melihat teknologi mengubah pola hidup, menjadi agen perubahan yang bertentangan dengan akal dan rasionalitas manusia, dan kemudian menggunakan teknologi untuk mendukungnya. Hidup ini menjadi seolah ditentukan oleh teknologi: bagaimana cara kerjanya, efeknya terhadap kita dan apa yang bisa kita dilakukan dengannya.

Bagi Ian Shaw, penyebab dan akibat dari Predator Empire adalah satu hal: Konflik tanpa batas teritori. Seharusnya sebuah zona perang harus cukup jelas dan terdefinisi, berbanding terbalik dengan kutipan dalam buku ini, menyitir ucapan mantan Menteri Pertahanan AS, Donald Rumsfeld, yang mengatakan bahwa ‘seluruh dunia adalah medan perang’. Predator Empire adalah fenomena yang global dan mengglobalisasi.

Gagasan tentang pemagaran wilayah adalah konsep yang diajukan oleh sang penulis. Shaw menelusuri awal munculnya pembatasan wilayah pada masyarakat di daerah tertentu sampai kehilangan ruang-ruang publik di Inggris, ketika tuan tanah muncul, memasang pagar dan menagih uang sewa. Seiring Shaw meneliti evolusi dari perbatasan teritori, semakin jelas bahwa hal itu terkait erat dengan perkembangan, dan meningkatnya ketergantungan pada teknologi.

Kita telah menjadi masyarakat yang diselungkupi secara teknologis dan digital. Atmosfer yang penuh dengan benda-benda elektronik seperti satelit, telah memulai sebuah revolusi spasial yang halus namun penting: spasial dalam arti bahwa jarak geografis tidak lagi menjadi masalah besar seperti dulu, dalam hal komunikasi atau keamanan.

Selungkup digital inilah yang memunculkan sebuah kekuatan imperium yang luas, tanpa batas teritori, dalam bentuk Predator Empire. Tembakan bisa diluncurkan oleh AS, tanpa perlu lagi menyerang wilayah geografis dengan pasukan di daratan untuk menggambarkan ancaman fisik.

Wacana tentang medan tempur yang global dan Imperium tanpa batas wilayah telah memunculkan analisis tentang ancaman yang konsisten dan pelanggaran kedaulatan. Kemajuan teknologi telah memungkinkan penentuan target yang secara teoritis mengurangi korban jiwa, tetapi pembunuhan tertarget yang dilakukan oleh drone sebagai bagian dari konflik global telah mengobarkan perangnya masing-masing.

Dengan melingkupi planet ini dalam arsitektur digital dan mengglobalisasi medan perang, teknologi juga telah menciptakan peperangan dengan skala individu, yang dapat ditemukan dan diserang di manapun di seluruh belahan bumi. Ini adalah hal yang penting untuk dicatat, karena ini mengubah pemahaman kita tentang bagaimana perang dilakukan, bagaimana kombatan diidentifikasi dan bagaimana keterlibatan mereka.

Mungkin yang paling relevan saat ini adalah korelasi yang diutarakan oleh Shaw antara selubung digital planet ini, yang telah membantu konflik menjadi global, demi menciptakan keamanan dan bahwa teknologi yang sama menjadi ‘arsitektur pengawasan’ yang selanjutnya membungkus individu dan menginduksi perubahan psikologis dan perilaku (halaman 156).

Drone sekarang sedang digunakan dalam program kepolisian di Amerika Serikat, yang sama artinya dengan membawa peralatan perang ke dalam negeri AS. Program Departemen Pertahanan AS nomer 1033 membolehkan adanya kelebihan senjata dan sistem untuk dipindahkan ke pasukan polisi nasional di Amerika Serikat untuk penempatan dalam kepolisian. Kendaraan lapis baja militer dan senjata mematikan, termasuk peluncur granat dan senapan M-16, adalah termasuk di antara berbagai jenis peralatan yang saat ini ditransfer.

Kehidupan di Predator Empire juga memanipulasi data. Operator di ujung planet ini dengan drone yang mereka kendalikan mampu membunuh dengan mudah, sesuatu yang belum pernah terlihat dalam sejarah manusia. Teknologi drone, baik saat ini maupun yang akan datang, diperkenalkan ke dalam politik nasional dan juga dikerahkan dalam konflik internasional.


Shaw juga mencatat penelitian dan pengembangan teknologi nano-drone dan kumpulan formasi drone, yang selanjutnya akan menurunkan tidak hanya kedaulatan nasional negara-negara dengan batas-batas yang semakin mudah ditembus tetapi juga menurunkan privasi warga sipil AS karena teknologi ini diintegrasikan ke dalam arsitektur pengawasan yang ada.

Dari Perang Vietnam ke Perang Melawan Teror, Shaw mengungkapkan bagaimana perubahan strategi militer, kepolisian dalam negeri, dan pengawasan negara telah berkumpul untuk menyelubungi planet kita dalam sistem kontrol robotik. Munculnya drone telah menghadirkan serangkaian “krisis eksistensial” yang tidak hanya mendefinisikan ulang medan perang sebagai “ruang kekerasan” tetapi juga menunjukkan karakter buruk dari negara modern.

Proyeksi perang drone sebagai bagian dari proyek jangka panjang untuk mengawasi dan melingkupi spesies manusia, selama beberapa dekade bahkan abad, keberadaan manusia secara perlahan tapi pasti dibawa ke dalam kata-kata dusta “peradaban teknologi.” Alih-alih memenjarakan kita di penjara atau di wilayah jajahan secara langsung, Predator Empire mengunci kita di dalam sistem selungkup elektromagnetik di seluruh dunia – di mana demokrasi justru memberi jalan kepada sistem kontrol yang totaliter, yang notabene adalah sebuah mesin.

Buku ini adalah tulisan yang mengesankan dan cukup update. Konsep selubung dan keamanan juga dieksplorasi secara menyeluruh, sementara fokus penelitian tetap pada gagasan dan analisis dari apa yang disebut Predator Empire. Penelitian besar yang terbukti dalam buku ini akan membawa kita untuk memperoleh informasi yang lebih baik mengenai topik yang sedang dibahas. Setiap orang yang peduli dengan hubungan antara teknologi dan keamanan nampaknya harus membaca buku ini.

(Seraa-Media/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: