Presiden Joko (Jokowi) menyampaikan stabilitas politik dan keamanan sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ia mengatakan, kegiatan ekonomi tidak akan tumbuh apabila konflik dan bahkan perang terjadi.
“Konflik dan perang tidak akan menguntungkan siapapun, saya ulangi konflik dan perang tidak akan menguntungkan siapapun. Masyarakat terutama wanita dan anak-anak selalu menjadi pihak yang paling dirugikan dengan adanya konflik dan perang,” kata Jokowi ketika berbicara di National Assembly of Pakistan pada Jumat (26/1) malam.
Tak hanya itu, menurut Presiden, konflik dan perang juga menghancurkan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Karena itu, ia menegaskan komitmen Indonesia untuk turut serta menjaga perdamaian dunia.
“Oleh karena itu sudah menjadi komitmen Indonesia untuk turut serta menjaga perdamaian dunia sebagai nett contributor to peace," ucap dia.
Indonesia pun telah bekerja keras untuk menciptakan ekosistem perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan di kawasan Asia tenggara bersama dengan ASEAN. Di kawasan lebih luas, lanjutnya, Indonesia juga ingin terciptanya suatu ekosistem perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan di kawasan Indo-Pasifik.
Dengan demikian, dia berharap, langkah itu dapat menjadikan Indo-Pasifik sebagai kawasan pertumbuhan bagi dunia. Di tingkat global, seperti halnya Pakistan, Indonesia juga merupakan salah satu penyumbang terbesar Pasukan Perdamaian Dunia.
"Dalam dua tahun ini, Indonesia terus bekerja sama dan memberikan kontribusi untuk mengatasi perbedaan antarnegara; membantu kemanusiaan termasuk di wilayah konflik; membantu menjaga keamanan kawasan; mengatasi ancaman kejahatan lintas batas, termasuk perdagangan obat-obatan terlarang, perdagangan manusia dan ancaman terorisme," ucapnya.
Ia menyampaikan, saat ini ancaman radikalisme dan terorisme terjadi di berbagai negara. Ancaman terorisme terjadi di hampir semua negara termasuk di Indonesia dan Pakistan.
Akibatnya, umat Islam menjadi korban terbanyak dari konflik dan serangan terorisme. Ia memaparkan, 76 persen serangan teroris terjadi di negara Muslim dan 60 persen konflik bersenjata juga terjadi di negara Muslim.
"Lebih jauh lagi, jutaan saudara-saudara kita harus keluar dari negaranya untuk mencari kehidupan yang lebih baik, 67 persen pengungsi berasal dari negara Muslim," kata Jokowi.
Perang ini membuat jutaan generasi muda kehilangan harapan masa depannya. Kondisi yang memprihatinkan ini sebagian terjadi karena kelemahan internal dan juga faktor eksternal.
“Apakah kita akan biarkan kondisi yang memprihatinkan ini terus berulang terjadi dan berulang terjadi lagi? Kalau anda bertanya kepada saya, maka saya akan menjawab tidak," ucap Presiden.
Presiden menegaskan, pemerintah tak boleh membiarkan negara dan dunia terus dalam situasi konflik. Penghormatan kepada kemanusiaan pun menjadi dasar panduan dalam bernegara.
Sejarah yang terjadi mengajarkan senjata dan kekuatan militer tidak akan mampu menyelesaikan konflik dan menciptakan serta menjaga perdamaian dunia. “Yang akan terjadi justru persaingan, perlombaan senjata yang akan terus menciptakan ketegangan," kata Jokowi.
Ia pun menceritakan Indonesia merupakan negara yang pernah mengalami konflik. Seperti konflik di Aceh yang telah terjadi lebih 30 tahun.
Kendati demikian, konflik ini tidak bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan militer saja. Konflik, dia mengatakan, dapat diselesaikan dengan negosiasi dialog. Karena itu, ia menekankan perlunya mengedepankan dialog dalam menyelesaikan permasalahan.
Dengan dialog, sambungnya, Asosiasi 10 negara di Asia Tenggara mampu menjadi mesin stabilitas dan kesejahteraan Asia Tenggara. Presiden pun berharap, tiap negara dapat menjadi kontributor perdamaian dunia.
“Kami harus menjadi part of solution dan bukan menjadi part of the problem. Mari kita bekerja sama demi terciptanya dunia yang damai dan sejahtera demi seluruh umat manusia yang hidup di dunia,” ucap Jokowi.
(Republika/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar