Ilustrasi
Berikut penjelasan Gus Nadir terkait mengapa umat Islam menjadi umat pemarah:
1. Di medsos kalau ada yg ngamuk2 terus kita bilang “sabar yahhh”, eh makin ngamuk. Kita bilang “jangan ngamuk mas/mbak”, eh makin kalap. Kita doakan, eh gak terima makin keluar kata2 kotor. Kita respon dg guyon, eh makin mrs terhina dan tambah ngamuk. Jadi gimana dong?
2. Sabda Nabi, kalau kamu marah saat sdg berdiri, duduklah. Kalau masih marah jg berbaringlah. Dalam sabda yg lain, diamlah. Nabi tdk blg kalau kamu marah maka ambil hp dan tumpahkan kemarahanmu di medsos.
3. Saat ada sahabat minta wasiat, Nabi berpesan: jgn marah. Permintaan sahabat itu diulang, namun pesan Nabi tetap sama: jgn marah. Anehnya, skr ini marah2 jd trend. Kalau gak teriak2 saat ceramah, anda gak disebut ulama. Kalau gak ngomel di medsos, katanya anda tdk punya ghirah.
4. “Orang yang kuat itu bukanlah yang menang berantem, tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah.” Ini juga sabda Nabi. Bahkan dalam riwayat lain disebut “jangan marah, maka kamu akan masuk surga.”
5. Ada yg berdalih bahwa Nabi marah kalau agama Allah dihina. Ungkapan ini tidak tepat, seperti saya jelaskan di tulisan saya ini: http://nadirhosen.net/tsaqofah/syariah/benarkah-nabi-marah-kalau-agama-allah-dihina
6. Ada lagi yg berdalih kalau Nabi gak suka marah kenapa Nabi membunuh Abi Sarah yg menghina Islam? Kisah Abi Sarah ini dipotong ceritanya dan diedarkan hanya utk membangkitkan emosi umat. Kisah sebenarnya tdk spt itu. Baca penjelasan saya: http://nadirhosen.net/tsaqofah/tarikh/278-benarkah-nabi-mengeksekusi-abi-sarah-penghina-al-qur-an
7. Tapi bukankah ada Hadits Nabi yg membolehkan kita membunuh yg menghina Nabi? Saya sdh jelaskan kelemahan riwayat2 tsb dalam tulisan saya ini: http://nadirhosen.net/tsaqofah/tarikh/kekerasan-terhadap-penghina-nabi-bolehkah
8. Tapi bukankah kita harus membela Al-Qur’an kalau dihina? Kita membela al-Qur’an dg akhlak mulia yg dicontohkan Nabi. Kalau gak meniru Nabi terus kita mau meniru siapa? Baca penjelasan saya di sini: http://nadirhosen.net/tsaqofah/tafsir/membela-al-quran-dengan-akhlak-mulia
Membela al-Qur’an dengan Akhlak Mulia
Sore itu Ujang mengobrol dengan Haji Yunus. Di meja beliau ada kitab Ihya Ulumuddin karya Imam al-Ghazali. Ujang lantas bertanya: “Banyak Ustad yang menekankan pentingnya kita ber-akhlak seperti akhlak Nabi Muhammad. Wak Haji, seperti apa sih akhlak Nabi kita itu?”
Haji Yunus menarik sarungnya yang lusuh, lantas membuka Kitab Ihya di depannya, “Mari Ujang, kita ngaji bersama untuk menjawab pertanyaanmu itu”. Haji Yunus membaca dan menerjemahkannya:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَثِيرَ الضَّرَاعَةِ وَالِابْتِهَالِ دَائِمَ السُّؤَالِ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى أَنْ يُزَيِّنَهُ بِمَحَاسِنِ الْآدَابِ وَمَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ فَكَانَ يَقُولُ فِي دُعَائِهِ اللَّهُمَّ حَسِّنْ خُلُقِي وَخَلْقِي وَيَقُولُ اللَّهُمَّ جَنِّبْنِي مُنْكَرَاتِ الْأَخْلَاقِ فَاسْتَجَابَ اللَّهُ تَعَالَى دُعَاءَهُ وَفَاءً بِقَوْلِهِ عَزَّ وجل {ادعوني أستجب لكم} فأنزل عليه القرآن وأدبه به فكان خلقه القرآن
قال سعد بن هشام دخلت على عائشة رضي الله عنها وعن أبيها فسألتها عن أخلاق رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ أما تقرأ القرآن قلت بلى قالت كان خلق رسول الله صلى الله عليه وسلم الْقُرْآنَ
Nabi selalu memohon kepada Allah SWT supaya dihiasi dengan adab yang baik serta akhlak terpuji. Dalam do’anya, beliau membaca: Ya Allah, baguskanlan rupa dan akhlakku. Dan beliau juga berdoa: “Ya Allah, jauhkan aku dari akhlak yang munkar,” maka Allah mengabulkan doa beliau sesuai dengan firmanNya “Berdo’alah kepada-Ku niscaya Kuperkenankan (permintaan) kamu itu” (QS al-Mu’min: 60). Allah turunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad dan dijadikan al-Qur’an itu bahan pengajaran adab, maka jadilah akhlak Nabi Muhammad itu (seperti isi) al-Qur’an.
Said bin Hisyam berkata, “Aku masuk menemui Siti Aisyah RA dan bertanya tentang akhlak Rasulullah Saw.”
Aisyah menjawab dan bertanya, “Apakah engkau membaca al-Qur’an?”
Aku menjawab, “Iya.”
Aisyah menjawab, “Akhlak Nabi SAW adalah al-Qur’an.”
**
وَإِنَّمَا أَدَّبَهُ الْقُرْآنُ بِمِثْلِ قَوْلِهِ تَعَالَى {خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ} وَقَوْلِهِ {إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ} وَقَوْلِهِ {وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ من عزم الأمور} وقوله {ولمن صبر وغفر إن ذلك لمن عزم الأمور} وَقَوْلِهِ {فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ المحسنين} وقوله {وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لكم} وَقَوْلِهِ {ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بينك وبينه عداوة كأنه ولي حميم} وقوله {وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ المحسنين} وَقَوْلِهِ {اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بعضاً} ولما كسرت رباعيته وشج يوم أحد فجعل الدم يسيل على وجهه وهو يمسح الدم ويقول كيف يفلح قوم خضبوا وجه نبيهم بالدم وهو يدعوهم إلى ربهم فأنزل الله تعالى {ليس لك من الأمر شيء} تأديباً له على ذلك
Sungguh al-Qur’an mengajarkan Rasulullah SAW adab kesantunan sebagaimana dalam ayat, “Jadilah Engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS al-A’raf: 199).
Di lain ayat, Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.” (QS al-Nah,: 90)
Dan firman Allah, “Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS Luqman:17).
Begitu juga dengan ayat “orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan” (QS Asyura:43).
dan “maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (QS al-Maidah:13).
Kemudian, “dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?” (QS al-Nur:22).
Lanjut dengan ayat, “Dan yang sanggup menahan marahnya, serta orang- orang yang mema’afkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS Ali Imran:134).
dan “jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain” (QS al-Hujurat:12).
Pada perang Uhud, gigi geraham Nabi patah sehingga darah mengucur keluar dan membasahi wajah beliau. Nabi berkata, “Bagaimana suatu kaum akan selamat jika mereka melumuri wajah Nabi mereka dengan darah, sedangkan Nabi mereka mengajak mereka kepada Tuhan” maka, Allah Swt menurunkan ayat, “Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu.” (QS Ali Imran:128)
Ayat-ayat ini bermakna membimbing Rasulullah SAW atas kejadian yang tengah dihadapinya.
**
Haji Yunus mulai berkaca-kaca matanya. Ujang terdiam menundukkan kepalanya. Haji Yunus meneruskan membaca kitab Ihya:
وَأَمْثَالُ هَذِهِ التَّأْدِيبَاتِ فِي الْقُرْآنِ لَا تُحْصَرُ وهو صلى الله عليه وسلم الْمَقْصُودُ الْأَوَّلُ بِالتَّأْدِيبِ وَالتَّهْذِيبِ ثُمَّ مِنْهُ يُشْرِقُ النُّورُ عَلَى كَافَّةِ الْخَلْقِ فَإِنَّهُ أُدِّبَ بِالْقُرْآنِ وَأَدَّبَ الْخَلْقَ بِهِ وَلِذَلِكَ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
ثُمَّ رغب الخلق في محاسن الأخلاق بما أوردناه في كتاب رياضة النفس وتهذيب الأخلاق فلا نعيده ثُمَّ لَمَّا أَكْمَلَ اللَّهُ تَعَالَى خُلُقَهُ أَثْنَى عَلَيْهِ فَقَالَ تَعَالَى {وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ}
Ayat yang senada seperti di atas, banyak dijumpai dalam al-Qur’an. Semuanya itu dimaksudkan mula-mula yaitu untuk membimbing dan mengarahkan Nabi Saw. Dengan itu, maka sinar pelajaran dari al-Qur’an dapat menyebar ke seluruh manusia.
Itulah sebabnya Rasulullah SAW bersabda: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”. Setelah Allah menyempurnakan akhlak beliau, lalu Allah memujinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS al-Qalam:4).
**
Ujang mengangkat tangan, “Wak Haji, adakah contoh praktis dari akhlak Nabi SAW?”
“Iya, ada…” Haji Yunus kemudian lompat ke lembaran berikutnya.
لما أتى بسبايا طيء وقفت جارية في السبي فقالت يا محمد إن رأيت أن تخلي عني ولا تشمت بي أحياء العرب فإني بنت سيد قومي وإن أبي كان يحمي الذمار ويفك العاني ويشبع الجائع ويطعم الطعام ويفشي السلام ولم يرد طالب حاجة قط أنا ابنة حاتم الطائي
فقال صلى الله عليه وسلم يا جارية هذه صفة المؤمنين حقاً لو كان أبوك مسلماً لترحمنا عليه خلوا عنها فإن أباها كان يحب مكارم الأخلاق وإن الله يحب مكارم الأخلاق فقام أبو بردة بن نيار فقال يا رسول الله الله يحب مكارم الأخلاق فقال والذي نفسي بيده لا يدخل الجنة إلا حسن الأخلاق
Ketika didatangkan sekelompok tawanan Thayyi-in, di antara tawanan tersebut ada seorang gadis belia. Dia berkata, “Hai Muhammad, sudikah engkau membebaskan aku, dan tidak mengecewakan musuh-musuhmu serta tidak mempermalukan orang-orang Arab? Sesungguhnya, aku adalah putri seorang pemimpin di kaumku. Bapakku bertugas melindungi daerahku, membebaskan tawanan, memenuhi kebutuhan orang yang membutuhkan, memberi makan, menyebarkan salam dan tidak pernah mengusir seseorang yang datang kepadanya untuk suatu keperluan. Aku adalah putri dari Hatim al-Tha’i.” Rasulullah Saw berkata, “Wahai budak perempuan, yang kamu sebut adalah semuanya sifat orang-orang mu’min. Andaikata bapakmu seorang Muslim, niscaya kami akan mendoakan rahmat baginya.” Nabi lalu memerintahkan, “Bebaskan dia, sesungguhnya bapaknya menyenangi budi pekerti yang mulia.” Lalu bangun berdiri Abu Bardah bin Niar, seraya-berkata : “Wahai Rasulullah! Allah menyukai akhlaq yang mulia!”. Nabi Menjawab: “Demi Allah yang nyawaku dalam kekuatan-Nya! Tiada yang masuk surga kecuali orang yang bagus akhlaknya”
**
“Sampai di sini, mengertikah kamu, Ujang, bahwa Nabi pun menghormati akhlak non-Muslim dan menyanjungnya. Kita tentu malu sekarang kalau non-Muslim lebih banyak yang mengamalkan akhlak mulia ketimbang kita para pengikut Nabi Muhammad”, tegas Haji Yunus. Beliau melanjutkan menerjemahkan:
عن معاذ بن جبل عن النبي صلى الله عليه وسلم قال إِنَّ اللَّهَ حَفَّ الْإِسْلَامَ بِمَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ وَمَحَاسِنِ الْأَعْمَالِ وَمِنْ ذَلِكَ حُسْنُ الْمُعَاشَرَةِ وَكَرَمُ الصَّنِيعَةِ وَلِينُ الْجَانِبِ وَبَذْلُ الْمَعْرُوفِ وَإِطْعَامُ الطَّعَامِ وَإِفْشَاءُ السلام وعيادة المريض المسلم براً كان أو فاجراً وتشييع جنازة المسلم وَحُسْنُ الْجِوَارِ لِمَنْ جَاوَرْتَ مُسْلِمًا كَانَ أَوْ كَافِرًا وَتَوْقِيرُ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ وَإِجَابَةُ الطَّعَامِ وَالدُّعَاءُ عَلَيْهِ وَالْعَفْوُ وَالْإِصْلَاحُ بَيْنَ النَّاسِ وَالْجُودُ والكرم والسماحة والابتداء بالسلام وكظم الغيظ والعفو عن الناس
Dari Muaz bin Jabal, Nabi Bersabda: “Sesungguhnya, Islam meliputi akhlak-akhlak yang terpuji dan perilaku yang baik.” Adapun contoh dari akhlak yang terpuji adalah pergaulan yang baik, perbuatan terpuji dan perkataan yang lemah lembut, melakukan perbuatan yang ma’ruf, memberi makan tamu, menyebarkan salam, menziarahi orang muslim yang sakit baik yang akhlaknya baik maupun yang buruk, mengantarkan jenazah Muslim, berlaku baik kepada tetangga baik yang Muslim maupun yang Kafir, memuliakan yang lebih tua, menghadiri undangan perjamuan makan dan mendo’akannya, suka memaafkan, senang mendamaikan, bersifat pemurah, mulia, toleran, memulai memberi salam, menahan amarah dan memberi maaf orang yang minta maaf.
**
Haji Yunus menghela nafas. “Masih panjang pembahasan contoh-contoh akhlak Nabi yang dijelaskan oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya ini. Silakan dibaca sendiri. Tapi intinya kamu sudah paham belum?”
Ujang mengangguk: “Intinya adalah akhlak Nabi itu al-Qur’an.”
Haji Yunus berkata: “Benar! Maka kalau kita bertekad membela al-Qur’an maka kita harus membelanya lewat akhlak Nabi Muhammad yang digambarkan begitu indah dalam al-Qur’an. Tentu mengherankan kalau kita hendak membela al-Qur’an tapi dilakukan dengan cara yang jauh dari nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam al-Qur’an dan terwujud dalam contoh budi pekerti Nabi Muhammad yang agung.”
Spontan Ujang berteriak, “Takbiiirrrr!!!!”
9. Tapi masak kita diam saja kalau ayat Allah dihina? Petunjuk Al-Qur’an itu kalau ada yang menghina ayat Allah, jangan dengarkan, berpalinglah dan tinggalkan mereka. Cukup itu saja. Gak ada ceritanya kita ngamuk2. Baca penjelasan para ulama di sini: http://nadirhosen.net/tsaqofah/tafsir/apa-sikap-kita-terhadap-mereka-yang-melecehkan-ayat-allah
10. Terakhir, masih ada yg ngeyel, kalau Nabi cinta damai dan gak suka marah, kenapa Nabi berperang? Nah, baca lagi penjelasan saya ttg latarbelakang peperangan di jaman Nabi: http://nadirhosen.net/tsaqofah/aqidah/66-jika-islam-itu-cinta-damai-mengapa-rasul-berperang
11. Pendek kata, semakin kita luaskan bacaan kita, semakin kita paham akhlak mulia yg diajarkan Allah dan RasulNya. Itu sebabnya perintah pertama itu Iqra’. Daripada ngamuk dan ngomel mendingan kita baca, baca dan baca
12. Selamat Jum’atan kawan. Semoga Allah selalu memayungi kita dengan keteduhan payung rahmat dan barakahNya. Sudah yah jangan marah2 terus.
Nadirsyah Hosen
(Penulis Buku Tafsir al-Qur’an di Medsos)
(suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar