Benarkah seni-budaya di Nusantara memiliki hubungan dengan Islam? Islam memang salah satu agama yang fleksibel, digabungkan dengan apa saja ternyata bisa harmoni.
Masih ingat cerita Sunan Kalijaga menyiarkan agama Islam dengan wayang kulit dan seni karawitan? Ternyata budaya Jawa pun sanggup menerima itu, dan sampai sekarang seni pewayangan dan karawitan masih melebur dengan keislaman. Begitu juga dengan beberapa jenis seni-budaya lainnya berikut ini.
1. Shalawatan
Musik shalawatan merupakan musik perkusi rebana, yang dipukul bergantian dengan syair dan puisi yang dilagukan dengan irama Arab atau Jawa. Jenis shalawatan ini berkembang di wilayah pesisir utara, di pondok-pondok pesantren dan pada sekelompok masyarakat Islam yang masih memegang nilai-nilai seni tradisi.
2. Qasidah
Kata Qasidah berasal dari bahasa Arab yang artinya puisi yang lebih dari empat belas bait, merupakan sajian seni musik dan seni suara yang mirip dengan shalawatan yang bernapaskan Islam. Musik Qasidah biasanya mengiringi lagu-lagu keagamaan yang berisi nasihat-nasihat agama Islam, puji-pujian terhadap Allah Swt, shalawat dan syair-syair Arab.
Para ulama bersepakat bahwa qasidah hukumnya boleh selama tidak melanggar aturan agama Islam. Musik qasidah sering dipentaskan pada acara Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, atau hari-hari besar agama Islam lainnya.
Lagu-lagu qasidah biasanya dibawakan dengan irama gembira yang diiringi dengan iringan musik rebana. Kata rebana berasal dari kata rabbana yang artinya “wahai Tuhan kami” karena seiring dengan fungsi musik tersebut untuk memuji Allah.
Irama qasidah mulai populer sekitar tahun 1960-an, namun pada masa itu sifatnya masih lokal dan kedaerahan. Namun sepuluh tahun kemudian yaitu sekitar tahun 1970-an irama qasidah telah berkembang secara luas dan digemari oleh berbagai kalangan masyarakat dan usia.
Namun sayangnya, generasi muda pada dekade terakhir ini hanya sedikit yang menggemari irama qasidah yang bernuansakan Islami tersebut dengan salah satu indikasinya adalah nada dering HP kaum remaja lebih didominasi oleh lagu-lagu pop saat ini. Jarang sekali yang menggunakan nada dering qasidah.
3. Hadrah
Hadarah juga merupakan salah satu bentuk kesenian yang bernapaskan Islam. Lagu-lagu yang dilantunkan berisi ajaran Islam, sedangkan musik yang digunakan adalah rebana dan genjring. Hadrah biasa dipentaskan dalam acara syukuran, khitanan, pernikahan, dan sebagainya. Isi dari hadrah biasanya tentang nasihat-nasihat yang luhur.
4. Wayang Kulit
Kesenian wayang kulit di Nusantara merupakan hasil karya seorang ulama sekaligus wali yang sangat terkenal hingga kini, yaitu Sunan Kalijaga. Wayang dimanfaatkan Sunan Kalijaga sebagai sarana berdakwah menyebarkan agama Islam di Nusantara khususnya di Pulau Jawa. Masyarakat di Jawa Tengah khususnya menganggap kesenian wayang tidak sembarang kesenian. Wayang mengandung nilai filosofi religius dan pendidikan.
Dengan kesenian wayang, Sunan Kalijaga berhasil menarik perhatian masyarakat luas. Hal ini membuat mereka tertarik untuk memeluk agama Islam dengan kesadaran dan kemauan sendiri.
Sunan Kalijaga terkenal sebagai ulama yang kreatif dan pandai menarik simpati masyarakat. Beliau banyak menciptakan cerita pewayangan yang bernapaskan Islam. Misalnya cerita Jamus Kalimasada, Wahyu Tohjali, Wahyu Purbaningrat, dan Babat alas Wonomarto.
Di samping menciptakan cerita-cerita pewayangan, Sunan Kalijaga juga berhasil menciptakan peralatan dalam wayang. Kelengkapan yang menyertai pementasan wayang adalah seperangkat gamelan dan gending-gending Jawa.
Pada masa itu, setiap akan diadakan pentas atau pagelaran wayang, terlebih dahulu Sunan Kalijaga memberikan wejangan atau nasihat keislaman. Kemudian mereka diajak mengucapkan dua kalimah syahadat. Dengan demikian, berarti mereka sudah menyatakan diri masuk Islam.
Lama-kelamaan merekapun menjalankan ibadah shalat. Dengan cara demikian itu Sunan Kalijaga dapat memikat hati masyarakat sehingga Islam cepat tersebar di kalangan masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah.
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar