Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Kiat Mengelola Syahwat Perspektif Sufi

Kiat Mengelola Syahwat Perspektif Sufi

Written By Unknown on Sabtu, 10 Februari 2018 | Februari 10, 2018

syahwat sufi

Bahayanya Syahwat

Sai`d Ibn Musayyib berkata: “Ketika iblis berputus asa dalam menyesatkan seseorang maka ia menggodanya melalui perempuan.” Beliau juga berkata: “Tidak ada sesuatu pun yang aku takuti selain perempuan.”

Bila penghulu para tabi`in, imam orang-orang yang bertakwa, dan pimpinan kaum zahid mengkhawatirkan dirinya dari fitnah kaum hawa, maka apalagi kita, dimana kita telah berada di bawah ancaman setan.

Imam Ghazali berkata: “Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa syahwat ini merupakan syahwat yang paling kuat dan paling berbahaya, yang ketika bergolak ia akan mengancam akal. Kebanyakan orang tidak memenuhi tuntutannya karena faktor ketidakmampuan seksual, atau ketakutan moral atau rasa malu yang alami atau untuk menjaga tubuhnya dan kesehatannya. Semua itu tidak mendatangkan pahala karena ia mendahulukan bagian jiwa atas bagian yang lain. Sedangkan yang mendatangkan keutamaan yang besar dan pahala yang agung adalah saat seseorang meninggalkan ajakan syahwat karena takut kepada Allah SWT, meskipun ia memiliki kekuatan dan kesempatan baik untuk melakukannya. Inilah derajat kaum shiddiqin (orang-orang yang benar), dimana Rasulullah saw menyampaikan kabar gembira bahwa siapa pun yang dapat meraihnya maka ia akan mendapatkan naungan dari arasy yang sangat dibutuhkan oleh manusia di Hari Kemudian. Dalam hadis yang cukup terkenal dikemukakan bahwa ada tujuh kelompok orang yang mendapatkan naungan Ilahi di Hari Akhir, yang salah satunya—kata Nabi saw—seorang lelaki yang diajak untuk berbuat maksiat oleh perempuan yang terhormat dan cantik lalu ia berkata, aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam.

Konon, Sulaiman bin Yasar memiliki wajah yang sangat tampan dan menawan. Lalu ia ditemui oleh seorang wanita yang cantik nan mempesona. Wanita tersebut menginginkan “sesuatu” darinya, namun Sulaiman tidak memenuhi ajakannya dan ia malah lari dari rumahnya. Sulaiman berkata, aku bermimpi di malam itu melihat Nabi Yusuf as, yang seakan-akan aku berkata kepadanya, apakah kamu Yusuf? Beliau menjawab, benar. Aku adalah Yusuf yang berhasrat sedangkan engkau Sulaiman yang tidak berhasrat. Menurut hemat saya, jika memang kisah ini benar maka kita tidak boleh menafsirkan kata “berhasrat” secara lahiriah karena dalam ayat terdapat pendahuluan dan pengakhiran sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya wanita itu telah berhasrat (untuk melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun berhasrat pula andaikata dia tidak melihat tanda dari Tuhannya.” (QS. Yusuf: 24) Yakni, seandainya Yusuf tidak melihat tanda dari Tuhannya niscaya ia akan berhasrat pada wanita itu. Namun tidak terdapat hasrat tersebut karena adanya tanda yang berupa `ishmah (terjaga dari dosa) yang Allah SWT berikan kepadanya. Inilah pendapat yang paling tepat berkenaan dengan masalah ini, dan berhati-hatilah dari riwayat israiliyyat (hadis atau kisah palsu yang dirancang oleh kaum Yahudi—pen.)

Adalah hal yang perlu diingat bahwa Ibnu Yasar telah mengambil sikap yang mengagumkan, dimana gunung pun terasa runtuh bila menghadapinya dan kaki banyak orang tergelincir berkenaan dengannya. Itu adalah sikap yang membutuhkan pertolongan Allah SWT dan bimbingan-Nya, juga kesabaran yang diliputi oleh ketulusan dan keikhlasan.

Sesungguhnya agama seseorang dan ketakwaannya akan tampak pada kondisi kritis seperti ini. Seandainya ia menyendiri dengan seorang wanita yang cantik lalu tidak ada halangan yang mencegahnya untuk melakukan maksiat bersamanya namun ia berhasil mengekang jiwanya atau hawa nafsunya maka yang demikian itu tidak lain karena dorongan takut kepada Allah SWT dan rasa malu pada-Nya. Inilah tanda ketakwaan dan ketulusan yang sempurna. Aku juga pernah mendengar seorang pengusaha besar berkata, aku dapat merasa aman atas diriku saat menjaga rumah yang penuh dengan harta yang menumpuk namun aku tidak merasa aman atas diriku dari gangguan atau fitnah perempuan.

Abu Bakar bin Abdullah al-Mazni menceritakan bahwa seorang tukang daging jatuh hati kepada pembantu yang cantik yang tinggal di rumah tetangganya. Pada suatu hari majikan perempuan itu mengutusnya dalam suatu keperluan ke desa lain, lalu tukang daging tersebut membuntutinya dan menggodanya. Kemudian wanita itu berkata kepadanya, janganlah engkau melakukan hal itu, karena sebenarnya aku lebih suka kepadamu daripada kamu, namun aku takut kepada Allah SWT. Lelaki itu menjawab, engkau takut kepada Allah sedangkan aku tidak takut pada-Nya. Kemudian ia pun bertaubat kepada Allah SWT. Tiba-tiba ia diserang oleh rasa haus yang luar biasa yang mengancam jiwanya saat ia kembali ke desanya. Lalu ada seorang utusan Bani Israil yang menanyakan keadaannya. Ia menjawab, aku terserang rasa haus.

Utusan itu berkata, kalau begitu, marilah kita berdoa kepada Allah SWT agar Dia menaungi kita dengan awan sehingga kita memasuki desa.

Tukang daging itu menjawab, aku tidak mempunyai amal saleh yang dapat diandalkan. Karena itu, hendaklah kamu berdoa sendiri.

Utusan itu berkata, aku akan berdoa dan kamu mengamininya. Maka utusan itu pun berdoa dan ia mengamininya. Tiba-tiba ada awan yang menaungi mereka berdua hingga mereka sampai di desa. Lalu tukang daging menuju derahnya dan ia masih diikuti oleh awan.

Lagi-lagi utusan itu berkata, engkau mengira bahwa tidak ada amal saleh yang bisa kau harapkan sehingga aku yang berdoa dan kamu yang mengamininya lalu ada awan yang menaungi kita dan kemudian awan tersebut selalu mengikutimu dan meninggalkan aku. Maka, beritahulah kepadaku apa yang terjadi padamu! Kemudian tukang daging itu menceritakan apa yang dialaminya.

Utusan itu berkata, orang yang taubat kepada Allah SWT mempunyai kedudukan khusus di sisi Allah yang tidak seorang pun berada di kedudukannya.

`Ala bin Ziyad berkata, janganlah kamu memandang pakaian wanita karena pandangan akan membangkitkan syahwat. Jarang sekali orang dapat menghindari pandangan kepada wanita atau gadis-gadis muda. Hendaklah seseorang menyadari bahwa kebiasaan ini adalah hakikat kebodohan. Jika seseorang memandang dan menganggap baik apa yang dilihatnya maka bangkitlah syahwat. Dan jika ia tidak dapat menjaga matanya dari melihat yang bukan muhrim maka hatinya akan terkena banyak gangguan.

(Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: