Sensitifitas terhadap Syiah di kawasan Asia Tenggara bersumber dari wahabisme Saudi dan pemahaman buta terhadap Islam. Hal ini telah menyebabkan penindasan dan gangguan-gangguan di dalam para penganut Islam sendiri.
Bulan lalu, Muhammad Asri Zainul Abidin, mufti Perlis, Malaysia, mengklaim bahwa Syiah adalah ancaman bagi keamanan nasional. Tentu, pandangan ini sedikit banyak telah terkontaminasi oleh pemikiran wahabi.
Pernyataan ini muncul padahal sekitar 200 ribu orang dari 20 juta warga Malaysia menganut Syiah, dan tak satu pun dari mereka selama ini bergabung dengan kelompok radikal dan atau berperan dalam sebuah aksi teroris.
Indonesia termasuk negara Asia Tenggara yang sedang menghadapi serangan dan aksi-aksi anti Syiah.
Pada tahun 2011 lalu, 500 orang penjahat anti Syiah menyerang sebuah desa di Jawa dan memaksa 300 orang Syiah mengungsi.
Anehnya, tak satu pun dari penyerang hingga sekarang dijerat oleh undang-undang.
Menurut penilaian para analis, kondisi dari sejak peristiwa tersebut terjadi bukan semakin membaik.
Menurut laporan Indonesian Conflict Analysis Institute pada tahun 2016 lalu, perlawanan anti Syiah semakin meningkat.
Menurut penilaian mayoritas analis, semangat anti Syiah di Asia Tenggara secara langsung bertalian dengan peningkatan wahabisme Saudi. Yaitu sebuah interpretasi keliru dari Islam Sunni yang menjadi penyulut sumbu kelopompok radikal termasuk Daesh di kawasan ini.
(Asia-Times/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar