Ratusan biksu dan aktivis Buddha berkumpul di ibu kota Sri Lanka kemarin untuk menunjukkan perlawanan terhadap konflik rasial di negara mereka yang telah mengakibatkan dua orang tewas dan membuat pemerintah memberlakukan keadaan darurat.
“Kami mengecam bentrokan antar komunitas agama yang telah menghancurkan persatuan nasional ini,” demikian pernyataan para biksu yang tergabung dalam Front Biksu Nasional, dikutip dari Aljazeera, Sabtu (10/3/2018).
Selain itu, para biksu juga mengunjungi masjid-masjid selama Shalat Jumat untuk mengungkapkan rasa solidaritas mereka.
Seperti diketahui, bentrokan antara sekelompok umat Buddha dan Muslim bermula dari insiden penganiayaan yang dilakukan oleh empat pemuda Muslim terhadap seorang pria karena ribut soal insiden kecelakaan. Pria yang berasal dari etnis Sinhala itu kemudian tewas karena luka-luka yang diderita.
Kemudian, massa dari kelompok Buddha melakukan aksi balas dendam dengan menyerang desa warga Muslim di distrik Kandy dan membakar toko, rumah, serta masjid di sana hingga menyebabkan seorang pria tewas.
Pemerintah segera mengumumkan keadaan darurat dan memberlakukan jam malam tanpa batas usai terjadi insiden ini. Selain itu, pemerintah juga mengerahkan tentara dan polisi untuk berpatroli di daerah-daerah rawan konflik.
Sementara itu, situasi tampaknya sudah kembali mereda di daerah mayoritas Muslim, distrik Kandy. Banyak toko dibuka kembali setelah sebelumnya sempat terancam diserang. Bala bantuan tentara yang dikerahkan pemerintah juga membuat serangan massa Buddha Sinhala berakhir.
(Al-Jazeera/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar