لَقَدْ كانَ لَكُمْ في رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كانَ يَرْجُوا اللهَ وَ الْيَوْمَ الْآخِرَ وَ ذَكَرَ اللهَ كَثيراً
“Sesungguhnya pada (diri) Rasulullah itu terdapat suri teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS: al-Ahzab 21).
Sirah Rasulullah saw harus dipandang oleh setiap muslim sebagai sumber pengetahuan dan sarana untuk meluruskan pandangannya. Adanya banyak hadis Nabi saw yang mutawatir tidak diragukan kesahihannya, yang memuat sirah beliau di tangan muslimin hingga kini, adalah karunia besar dari Allah dan menjadi kebanggaan muslimin terhadap para penganut agama-agama lain yang tidak memiliki karunia ini.
Di satu sisi, kemutawatiran hadis-hadis itu membawa keyakinan dan kepastian bahwa apa yang dikatakan di dalamnya adalah dari Rasulullah saw; sabda beliau dan benar-benar datang dari beliau saw. Klaim yang sedemikian meyakinkan ini bagi tidak dicapai oleh umat lain. Para penganut agama-agama lain, ketika mengatakan bahwa suatu kalimat dinukil dari nabi Musa atau nabi Isa (as), misalnya, klaim mereka tidak memastikan kalau kalimat-kalimat yang mereka nukil itu adalah perkataan para nabi (as).
Di sisi lain, sejarah Nabi kita (saw) adalah sejarah yang sangat terang dengan referensi terpecaya. Termasuk mengenai perkara-perkara yang bersifat pribadi dalam kehidupan beliau, yang sampai kepada kita secara meyakinkan. Tak ada yang sedemikian terperinci mengenai seseorang yang disebutkan sejarah hidupnya; dari hari ketika lahir, saat di masa menyusui dan sebelum balig, ketika bepergian jauh sebelum kenabian, saat menikah dan mempunyai anak, hingga masa nabi Muhammad saw diutus oleh Allah swt. Kemudian tentang siapa yang pertama dan siapa saja yang beriman kepadanya. Kapan fulan beriman, dan apa yang Rasulullah sampaikan dan lakukan terhadap mereka.
Nabi Isa as, yang masanya paling dekat Nabi kita (saw), karena dikukuhkan oleh Alquran adanya dan sebagai utusan Allah swt, maka muslimin memercayainya. Dari sisi historis, kaum kristen sendiri tak percaya dengan tarikh kelahiran Isa al-Masih yang ditetapkan itu, bahwa itu bukan yang sebenarnya. Terlontar ada kemungkinan lahir ratusan tahun sebelum dan sesudah tahun kini. Bahkan sekelompok dari mereka ragu dengan adanya al-Masih. Namun Alquran mengukuhkan adanya.
Sesudah Alquran sebagai sumber terpecaya, muslimin memiliki kumpulan ucapan dan perbuatan Nabi saw yang terbentuk sebagai sumber kedua yang terpecaya dan membawa keyakinan. Ucapan dan perbuatan beliau bagi kita adalah petunjuk dan sandaran, yang harus kita manfaatkan.
Kedalaman Ucapan Nabi saw
Perkataan tokoh-tokoh besar terlebih Nabi Agung Muhammad saw memuat poin-poin yang sangat dalam, yang perlu dan terus digali untuk dapat dimengerti. Beliau saw bersabda:
اعطيت جوامع الكلم;
“Allah mengkaruniakan kepadaku kepadatan (ketinggian dan kedalaman) perkataan.” (Amali Syaikh Thusi, juz 2, hal 98-9)
Semua mengetahui sabda Rasulullah saw. Tetapi tidak semua mampu mencapai kedalamannya. Terdapat sebuah hadis yang maksudnya demikian: Perkataan yang kalian dengar, jagalah baik-baik dan sampaikan kepada generasi datang kalian! Betapa generasi kemudian akan memahami perkataanku secara amat dalam, lebih baik dari kalian yang duduk di depan mimbarku ini!
Dalam kitab-kitab mutabar yang diriwayatkan oleh Syiah maupun Ahlussunnah, terdapat sabda Rasulullah saw:
نضر الله عبدا سمع مقالتي فوعاها وبلغها من لم يسمعها;
“Allah swt menyinari wajah seorang hamba yang mendengar ucapanku, lalu menjaganya dan menyampaikannya kepada orang-orang yang belum mendengarnya dariku.”
Kemudian beliau bersabda:
فرب حامل فقه غير فقيه ورب حامل فقه الى من هو افقه منه;
“Terkadang pembawa perkataan yang sangat dalam bukanlah seorang yang memiliki pemahaman yang dalam, dan terkadang pembawanya menyampaikan kepada orang yang memiliki pemahaman yang lebih dalam darinya.”
Syahid Mutahari mengatakan: “Kami perhatikan, perkataan Rasulullah saw dalam setiap perkara atau fakultas, abad demi abad tersingkap semakin dalam.. Sejarah pengetahuan Islam menunjukkan demikian bahwa bila Anda menelaah akhlak, fikih, filsafat, irfan dan lainnya, dalam setiap fakultas didapati Rasulullah saw bersabda. Para mufasir pada periode-periode kemudian mencapai kedalaman perkataan beliau, yang lebih meningkat daripada periode sebelumnya. Di sinilah letak sebuah mukjizat Rasulullah saw..”
(Safinah-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar