Para pejabat AS dan rezim Zionis senantiasa memandang kehadiran Iran di Suriah sebagai sebuah ancaman. Masalah ini dijadikan alasan untuk melanjutkan sebagian dari kebijakan intervensif AS dan Israel serta Arab Saudi di kawasan dalam kerangka kerja sama strategis mereka.
Mantan Penasehat Keamanan Nasional Donald Trump, Herbert Raymond McMaster mengatakan, “Apa yang kami hadapi saat ini adalah proyeksi kehadiran pasukan proksi Iran di perbatasan Israel,”.
Perdana Menteri rezim Zionis Israel, Benjamin Netanyahu dalam pertemuan terbarunya dengan Presiden Perancis, Emmanuel Macron mengungkapkan bahwa Israel mengubah strateginya di Suriah, dan menjadikan aktivitas Iran di sana sebagai target.
Koran Israel mengutip statemen Netanyahu, menulis,”Kami berupaya mencegah upaya peningkatan kehadiran pasukan Iran dan proksinya, baik di dekat perbatasan [Israel], maupun di dalam Suriah sendiri,”.
Benjamin Netanyahu
Statemen tersebut mengemuka di saat para pejabat Damaskus membantah klaim Israel mengenai Iran, dan Tehranpun berulangkali menyatakan bahwa kehadirannya di Suriah demi membantu negara Arab ini dalam menumpas terorisme.
Kekalahan dan kehancuran sebagian besar kelompok teroris di kawasan, walaupun dilakukan berkat perjuangan rakyat dan angkatan bersenjata Suriah dan Irak, tapi juga didukung Iran dan Rusia. Hingga kini, terorisme belum sepenuhnya bisa dicerabut dari kedua negara Arab ini.
Penumpasan terorisme hingga ke akar-akarnya membutuhkan pemahaman seluruh unsur yang berpengaruh di dalamnya. Iran yang mencoba memahami kondisi sensitif saat ini memusatkan perhatiannya terhadap masalah terpenting, yaitu terorisme sebagai ancaman keamanan regional dan global.
Langkah tersebut selama ini telah membuahkan hasil signifikan bagi keamanan regional dan internasional. Oleh karena itu segitiga; AS, Israel dan Arab Saudi sangat khawatir atas langkah Iran tersebut. Pasalnya, jika teroris berhasil ditumpas, serta persatuan dan solidaritas terbangun dengan baik di dunia Islam, maka sistem politik dan keamanan yang dipaksakan selama ini oleh AS terhadap kawasan tidak akan memiliki tempat lagi.
Statemen Netanyahu sejatinya menunjukkan sepak terjang srigala yang yang terluka dan tidak ada jalan dari arah manapun untuk mempertahankannya. Dengan demikian, kegagalan ini akan menjadi babak baru konfrontasi Israel dan AS yang lebih masif terhadap Iran.
Menteri Pertahanan Iran, Amir Hatami dalam pertemuan keamanan internasional di Moskow pada April lalu mengungkapkan bahwa implementasi kebijakan arogan dan unilateral terhadap keamanan internasional menjadi sarana yang subur bagi tumbuh dan berkembangnya terorisme.
Meskipun demikian, faktor lain juga ikut memberikan pengaruh signifikan. Permainan bernama koalisi anti-Daesh yang dipimpin AS, dan kontrol terhadap kelompok teroris ini dari pada menumpasnya, dukungan AS terhadap kejahatan Israel di Gaza dan pemindahan kedutaannya dari Tel Aviv ke Baitul Maqdis, dan agresi militer koalisi Arab pimpinan Arab Saudi, telah menyebabkan keamanan regional semakin terancam.
Republik Islam Iran berkeyakinan bahwa aksi berpengaruh dalam mewujudkan keamanan dan stabilitas regional membutuhkan kebijakan kerja sama pertahanan, dan upaya mewujudkan sistem keamanan terpadu yang mempertimbangkan ikatan antara ekonomi, politik, dan budaya di kawasan.
(Fokus-Today/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar