Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » , » Kesulitan Jual Extra Produksi Minyak, Saudi Menyesal Turuti Trump

Kesulitan Jual Extra Produksi Minyak, Saudi Menyesal Turuti Trump

Written By Unknown on Jumat, 27 Juli 2018 | Juli 27, 2018


Arab Saudi telah terburu-buru untuk meningkatkan produksi minyak di bawah tekanan dari Presiden AS Donald Trump, hanya untuk menemukan bahwa pasar global mungkin belum membutuhkannya. Beberapa ahli keuangan mengungkap hal ini dalam laporan yang dimuat The Independent, Sabtu (21/07).

Produksi minyak mentah kerajaan melonjak paling tinggi selama bulan lalu. Ini dikarenakan presiden AS meminta bantuan sekutu-sekutunya untuk “menstabilkan” harga minyak dan mengisi kesenjangan pasokan yang akan tercipta oleh sanksi-sanksi yang akan ia terapkan kembali terhadap Iran.

Akibatnya, kini Saudi harus berjuang untuk menjual ekstra produksi minyak yang sudah terlanjur diproduksi sebanyak mungkin, sehingga muncul penyesalan bahwa mungkin mereka telah membuka keran terlalu cepat, menurut orang-orang yang diberi penjelasan oleh Riyadh dalam beberapa hari terakhir.

Martijn Rats, ahli strategi minyak global di Morgan Stanley, mengatakan: “Arab Saudi dan beberapa anggota lain Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah meningkatkan ekspor secara tajam menjelang sanksi terhadap Iran, dan ketidaksesuaian waktu antara efek ini menekan harga minyak.”

Pernyataan publik yang langka dari Kementerian Energi Saudi awal pekan ini bisa dijadikan sebagai ilustrasi kegelisahan mereka.

Pernyataan itu menolak sebagai “tanpa dasar” setiap kekhawatiran bahwa kerajaan bergerak untuk melebihkan pasokan pasar dunia.

“Ekspor akan stabil bulan ini dan jatuh pada Agustus,” bunyi pernyataan itu.

Pada pertemuan terakhir OPEC di akhir Juni, Saudi dan sekutu mereka, termasuk beberapa tetangga dari Dewan Kerjasama Teluk dan juga produsen non-OPEC, berjanji untuk meningkatkan output sekitar satu juta barel per hari untuk mengimbangi gangguan di Venezuela dan Libya, ditambah kerugian menjulang di Iran.

Mereka bereaksi terhadap tekanan dari Presiden Trump, yang menampar kartel di Twitter setelah harga minyak mentah London mencapai yang tertinggi dalam tiga tahun dengan lebih dari 80 dolar (£ 61) per barel pada bulan Mei.

Harga sejak itu turun ke sekitar 73 dolar karena Libya memulihkan beberapa produksi yang terhenti dan perang perdagangan AS-China yang meningkat memicu kekhawatiran tentang kekuatan permintaan.

“Mereka mengeluarkan banyak minyak mentah sekarang, dan mereka khawatir tentang tekanan pada harga,” tulis harian itu mengutip Mike Wittner, kepala riset pasar minyak di Societe Generale SA di New York.

Hal ini juga menyoroti spekulasi di antara para ahli bahwa harga dapat merosot lebih jauh bahkan ketika sanksi terhadap Iran dilaksanakan, secara khusus mengingat bahwa dampak sanksi tetap “sangat tidak pasti”.

Pada bulan Mei, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa ia akan menarik Amerika keluar dari perjanjian nuklir 2015 dengan Iran dan memaksakan kembali sanksi yang telah direncanakan untuk dicabut.

Trump menekankan bahwa sanksi yang akan dikenakan pada Iran akan diberikan “pada tingkat tertinggi”.

Sanksi akan dimulai dengan larangan universal terhadap Iran atas pembelian atau memperoleh dolar AS yang akan mulai berlaku pada bulan Agustus. Ini diharapkan menutup saluran perbankan untuk perdagangan dengan Iran.

Fase kedua sanksi akan mencakup pembatasan pembelian minyak mentah dari negara dan investasi dalam proyek-proyek sektor minyak yang akan menjadi efektif pada awal November.

Dipercaya secara luas bahwa pemerintahan Trump telah menekan Saudi untuk meningkatkan produksi minyak mereka sehingga mencegah kejutan di pasar setelah pasokan minyak Iran terputus.

Namun, para ahli telah menekankan bahwa setiap peningkatan output Saudi akan bersifat sementara dan memompa lebih banyak minyak mungkin tidak berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama.

(Arrahmah-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: