Banyaknya situs Islam yang dulu sempat menjadi titik penyulut opini politik dan keagamaan membuat masyarakat acap salah memberikan interpretasi (dan diinterpretasikan). NU sebagai ormas pun sering diseret-seret dalam wacana yang sebetulnya tidak ada kaitan langsung. Duta Islam ada karena situasi demikian.
Portal Piyungan misalnya, yang sekarang sudah pindah ke Portal Islam, sudah membosankan untuk dibaca karena ulasannya tentang fenomana politik kebencian an sich, dianggap cenderung homogen dan tidak mendidik.
Era Muslim, Nahi Munkar, Sang Pencerah, Kiblat serta Islam Pos yang dulu postingannya sempat viral dimana-mana, suka menghina nahdliyyin, amaliyah aswaja dan kebijakan struktural NU, terus mengalami kejenuhan tanpa akhir pekan. Mereka penat dengan isu-isu tekstual yang hanya untuk membenarkan saja, tanpa pencerahan massa berarti, apalagi berbasis kronologis-antropologis.
Kompetisi rank website, similar web, serta aktualitas isu dari situs-situs yang sering menyerang arus moderatisme Islam Nusantara dan amaliyah serta laku aswaja, juga kian menipis situs Islam radikal makin miskin paradigma baru atas kontennya.
Semangat untuk menjadi situs rujukan umat Islam Indonesia, membuat kalangan aktivis media Islam Alternatif harus terus menemukan produksi konten yang lebih kreatif dan variatif. Setidaknya perlu ditambah produksi dalam bentuk teks, video, grafis serta broadcast, dari yang selama ini dikenal sebagai counter attack, meski situs radikal Islam lain alhamdulillah mulai banyak bertumbangan.
Pada saatnya nanti, media counter attack atas situs wahabi harus memiliki konten khusus dengan narasumber tetap dari kalangan pesantren dan akademisi. Jadi, upaya perkenalan secara terus menrus kepada masyarakat atas isu-isu miring soal ke-Indonesia-an, kebangsaan, dan counter radikalisme, akan dibarengi dengan konten kreatif di rubrik-rubrik baru.
Situs Islam wahabi miskin isu ya karena hal itu tidak dikerjakan dengan variasi yang aktual. Hanya bid’ah dan kebencian saja yang dikunyah. Kalaupun kaya isu, irosnisnya, miskin ilmu. (Era Muslim, Nahi Munkar, Sang Pencerah, Kiblat serta Islam Pos yang dulu postingannya sempat viral dimana-mana, suka menghina nahdliyyin, amaliyah aswaja dan kebijakan struktural NU, terus mengalami kejenuhan tanpa akhir pekan. Mereka penat dengan isu-isu tekstual yang hanya untuk membenarkan saja, tanpa pencerahan massa berarti, apalagi berbasis kronologis-antropologis.
Kompetisi rank website, similar web, serta aktualitas isu dari situs-situs yang sering menyerang arus moderatisme Islam Nusantara dan amaliyah serta laku aswaja, juga kian menipis situs Islam radikal makin miskin paradigma baru atas kontennya.
Situs Islam wahabi miskin isu ya karena hal itu tidak dikerjakan dengan variasi yang aktual. Hanya bid’ah dan kebencian saja yang dikunyah. Kalaupun kaya isu, irosnisnya, miskin ilmu.
(Fokus-Today/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar