Ada sebuah narasi yang dibangun secara terus-menerus oleh pihak oposisi untuk menjatuhkan pemerintahan Jokowi yaitu isu anti Islam, kriminalisasi ulama, antek asing, antek aseng, PKI dan sebagainya. Sangat melelahkan melihat narasi dan fitnah yang terus berulang sepanjang hampir 5 tahun ini menyedot waktu, energi dan pikiran kita sebagai suatu bangsa sehingga kita tidak bisa efektif dalam membangun.
Joseph Goebbels, menteri propaganda NAZI rupanya telah menjadi Nabi baru bagi Bani Kampret yang percaya dan mengamalkan sabda dan ajarannya yang berbunyi : “Suatu kebohongan yang disebarkan dan dilakukan secara konsisten, terus-menerus dan dalam jangka waktu yang cukup lama maka akan menjelma menjadi sebuah kebenaran.” Dan persis seperti itulah yang telah mereka lakukan.
Belajar dari pengalaman lalu dan agar hal yang sama tak terulang lagi sehingga bangsa ini siap menyongsong masa depan adalah dengan mematahkan narasi-narasi palsu dan omong kosong tanpa bukti dari pihak oposisi ini. Dan Jokowi mengambil jalan pintas yang dianggap akan mampu meredam semua isu dan narasi tersebut yaitu dengan menjadikan Kyai Ma’ruf Amin seorang ulama dari kalangan Nahdliyin, ormas agama terbesar di negeri ini yang juga menjadi ketua MUI dan juga dekat dengan kalangan 212 sebagai Cawapresnya.
Langkah ini untuk sementara waktu terbukti bisa sedikit meredam langkah Bani Kampret untuk kembali melakukan politik SARA meski sudah ada juga isu dan hoax yang dilemparkan bahwa Kyai Ma’ruf Amin sesat dan kapir. Mereka yang dulu teriak “Aksi Bela Ulama”, “Pilih pemimpin yang didukung dan dekat dengan ulama” kini tiba-tiba bisu terdiam sejuta kata saat menyaksikan justru pihak Jokowi yang merangkul ulama sedang kubu mereka sendiri merangkul kardus dan 500 ember (politik transaksional bagi-bagi duit dan jatah kekuasaan).
Apa lagi yang bisa dikata, memang tabiat munafik seperti itulah yang melekat pada mereka selama ini. Lihat saja bagaimana mereka yang mengaku sebagai pejuang agama yang bahkan rela membunuh orang yang dianggap “menista agama” namun mereka sendiri justru memaafkan bahkan membela pernyataan : Prabowo adalah titisan Allah SWT, Nabi Muhammad sesat, Nabi Muhammad gagal menjalankan rahmatan lil alamin, kitab suci adalah fiksi, Nabi Musa preman, Siti Aisyah gaul n traveler banget, kenikmatan terbesar sorga adalah pesta seks, minum kopi Starbucks masup neraka, partai setan dan partai Allah, orang kaya yang tidak poligami masup neraka, haram merayakan hari Ibu dan sebagainya.
Mari kita lihat apakah selama masa kampanye 9-10 bulan ke depan ini mereka masih akan menggunakan politik identitas, isu SARA dan primordialisme, menebarkan hoax, fitnah dan ujaran kebencian ataukah mereka sudah mulai sadar, sembuh dan waras kembali sehingga tidak lagi melihat kontestasi politik 5 tahunan ini sebagai sebuah jihad dan perang badar melawan Dajjal sebagaimana agitasi dan provokasi Bang Toyib dan mbah Sengkuni melainkan sekedar sebagai ajang demokrasi pesta rakyat untuk menentukan pemimpin bangsa selama 5 tahun ke depan melalui persaingan yang jujur, adil dan penuh dengan kegembiraan.
Mari kita lihat apakah kita masih bisa mempertahankan nalar, akal sehat dan kewarasan kita ataukah kita akan kembali terjebak dalam narasi politik identitas dan politik kebencian yang akan memecah belah dan mengadu domba bangsa kita untuk yang kesekian kalinya…..
Salam Kardus…..
Sumber: FB Muhammad Zazuli
(Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)





Posting Komentar