Kisah Sandiaga Uno yang menjadi Calon Wakil Presiden mendampingi Prabowo Subianto, mungkin dilhami oleh film “Mendadak Dangdut” yang diperankan oleh Titi kamal dan sempat booming dijamannya. – Si Belatung Nangka memulai gosipnya sambil senyam senyum genit diselingi tawa manja dengan suara dibuat agak mendesah –
Film Mendadak Dangdut menceritakan seorang artis penyanyi Rock wanita yang sedang naik daun bernama Petris (Titi Kamal), Petris adalah tipikal wanita glamour dan mempunyai karakter agak angkuh.
Kakak sekaligus manejernya, Yulia (Kinaryosih) kerap dibentak-bentak. Suatu hari mereka tertangkap basah membawa narkoba yang sebenarnya milik kekasih Yulia.
Petris berhasil melarikan diri bersama Yulia dan kabur kesebuah kampung. Disana, ada grup dangdut keliling pimpinan Senandung Citayam (Dwi Sasono) yang baru saja ditinggal salah satu penyanyinya.
Yulia melihat kesempatan ini untuk menghapus jejak mereka dari polisi lalu meminta Petris untuk menjadi penyanyi dangdut mereka untuk sementara.
Petris awalnya menolak. Namun setelah dipikir, Petris akhirnya mau juga dan ternyata ia terus dikontrak jadi penyanyi dangdut Senandung Citayam dengan nama Iis.
Meskipun suara Petris yang ngerock itu tidak nyambung dengan musik dandut yang mengandalkan cengkok dalam menyanyi, namun semakin lama beradaptasi Petris mulai merasa nyaman dan akhirnya berhasil menguasai lagu yang bukan genre nya itu.
Kemiripan sepak terjang Sandiaga Uno dengan kisah Petris hanya pada aspek vokalis genre Rock yang akhirnya menjadi penyanyi dangdut, dan Sandiaga Uno yang merupakan seorang pengusaha kemudian terjun ke panggung politik. – Dengan semangatnya Si Belatung Nangka bercerita sambil goyang ngebor –
Sandiaga Uno dengan latar belakang pengusaha, sepertinya merasa kurang sempurna jika belum terjun ke panggung politik seperti pengusaha senior lainnya semacam Aburizal Bakrie, Surya Paloh, Jusuf Kalla, Hary Tanoesoedibjo dan lainnya.
Untuk merasakan adrenalin dipanggung politik, kemudian pada tahun 2015 lalu Sandiaga Uno memutuskan untuk bergabung dengan Partai Gerindra.
Di Partai besutan Prabowo Subianto inilah kemudian perjalanan karir politiknya berkembang. Puncaknya adalah ketika memenangkan Pemilihan Gubernur Jakarta dengan posisi sebagai Wakil Gubernur mendampingi Anies Baswedan.
Posisi Wagub sebenarnya agak mengecewakan bagi Sandiaga Uno, karena dalam hal logistik, justru dirinyalah yang keluar lebih banyak materi dari pada Anies Baswedan. Meskipun demikian, Sandiaga Uno sebagai orang baru dipentas politik menurut saja kebijakan Partai Gerindra demi strategi pemenangan.
Lalu kemudian setelah menjabat Wakil Gubernur kurang dari setahun, tepatnya 9 Agustus 2018 lalu, Sandiaga Uno ditetapkan sebagai Calon Wakil Presiden mendampingi Prabowo Subianto Mpunya Partai Gerindra.
Walaupun posisinya Cawapres, setidaknya itu lebih baik dari Wagub. Apalagi jika seandainya bisa memenangkan pemilihan Presiden 2019 mendatang, tentu sudah terbayang dalam benak betapa bangganya ketika potonya terpampang disemua sekolah dan semua instansi pemerintahan diseluruh penjuru negeri ini.
Tidak hanya itu, logistik besar-besaran yang telah dikeluarkan selama ini tentu akan dengan mudah kembali ke brangkasnya.
Adalah PKS dan PAN yang berada dalam koalisi pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, selama ini mengidentitaskan koalisi mereka dengan sebutan koalisi keumatan, atau gampangnya itu mengklaim umat Islam mayoritas berada dipihaknya.
Lalu ketika kubu Petahana Jokowi memutuskan menggandeng Ma’ruf Amin yang merupakan salah satu Ulama besar kaum Nahdlyin sebagai Cawapresnya.
Kubu koalisi keumatan yang pada akhirnya menetapkan Sandiaga Uno sebagai Cawapres Prabowo Subianto seolah dilanda kegamangan.
Meskipun sudah susah payah membuang energi dengan merekomendasikan hasil Ijtima Ulama yaitu Salim Segaf Al Jufri dan Ustad Abdul Somad untuk mengisi posisi Cawapres, akhirnya semua itu sia-sia.
Dan untuk kesekian kalinya pula PKS dan PAN terpaksa harus bekerja keras untuk melakukan pembenaran.
Presiden Partai Keadilan Sejahtera yaitu Sohibul Imam dalam berbagai kesempatan menyebut Sandiaga Uno itu sosok Santri Post-Islamisme, yang artinya menurut Presiden PKS adalah memiliki kedekatan dengan tokoh-tokoh agama.
Wajar jika kemudian PKS dan PAN dengan gigihnya berjuang atas pembenarannya sendiri, sebab yang dibela adalah pemasok logistik terbesar dikoalisinya.
Sepak terjang Sandiaga Uno dipanggung dangdut politik menuju RI Dua sedang dalam perjalanan.
Akankah Sandiaga Uno mencapai kesuksesan seperti ketika ia sukses menjadi pengusaha ? Wallahu a’lam.
Sambil menunggu jawabannya dan melepas penat sejenak, ada baiknya mendengarkan lagu sound track Mendadak Dangdut yang berjudul “Jablai” (Santriwan) yang liriknya telah direvisi. – Si Belatung Nangka dengan gemulainya menghibur penonton sambil menyanyikan lagu berjudul Santriwan yang dipesan untuk Sandiaga Uno –
Santriwan (Jablai – Mendadak Dangdut)
Waktu tamasya ke kandang kuda
Pulang pulang ku ikutan nyapres
Meski hanya menjadi wakilnya sayang
Aku rela kluar banyak uang
Ngga kerasa ku diporotin
Sialnya lagi kok di umumin
Usilnya si Andi Arief ngember sayang
Ketauan juga ku setor uang
“Wan.. Wan.. Wan.. Wan.. Wan.. Waann..
Panggil aku santriwan
Kalo gak percaya
Tanya sohibul imam” 2X
Aku sekarang jadi santriwan
Meskipun bingung santri apaan
Kenapa ngga santri beneran sayang
Kata teman dinikmatin aja
“Wan.. Wan.. Wan.. Wan.. Wan.. Waann..
Panggil aku santriwan
Kalo gak percaya
Tanya sohibul imam”
Sumber: FB Dongeng Katulistiwa
(Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar