Mohammed Al Halbusi
Akhirnya setelah melalui perdebatan panjang selama beberapa bulan, ketua parlemen baru Irak terpilih, dan Mohammad bin Al Halbusi dengan suara mayoritas anggota parlemen, menduduki posisi ketua parlemen Irak yang keempat.
Dalam voting untuk memilih ketua parlemen baru Irak, Mohammed Al Halbusi berhasil mengantongi 169 suara, Khaled Al Obeidi meraih 89 suara dan Mohammed Al Khaledi mendapat empat suara. Dengan perolehan ini, Al Halbusi yang didukung Fraksi Al Fath dan dikenal dekat dengan Al Hashd Al Shaabi, menduduki jabatan ketua parlemen Irak yang baru.
Salah seorang analis masalah Asia Barat, Sayid Reza Sadr Al Hosseini mengatakan, strategi parlemen Irak yang sekarang dan pemerintahan mendatang, akan anti-Amerika. Menurutnya, peristiwa yang sangat baik telah terjadi dan seorang pemuda Ahlu Sunnah akhirnya terpilih sebagai ketua parlemen Irak paling muda, dan dengan energinya yang besar diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan negara.
Ia menambahkan, anggaran biaya raksasa yang dikeluarkan Amerika Serikat, Inggris dan Arab Saudi untuk menciptakan perpecahan dan sektarianisme di Irak, sekarang terbukti terbuang percuma. Rakyat Irak, katanya, sudah mengatakan "tidak" kepada Amerika dalam proses yang berlangsung di parlemen dan saat memilih wakil-wakilnya di lembaga legislatif itu.
Kenyataannya, setelah berbulan-bulan tanpa kejelasan, terpilihnya ketua parlemen baru Irak menjadi langkah efektif bangsa ini dalam mengelola pemerintahan pasca keruntuhan kelompok teroris Daesh.
Pada Mei 2018, dalam pemilu parlemen pertama pasca kekalahan Daesh, rakyat Irak berduyun-duyun mendatangi tempat-tempat pemungutan suara, namun dikarenakan munculnya berbagai masalah dalam penghitungan suara, pengumuman hasil akhir pemilu tertunda hingga akhir bulan lalu.
Meski telah dilakukan penghitungan ulang suara secara manual, namun tidak ada perubahan signifikan dalam jumlah suara yang diperoleh. Hal yang perlu diperhatikan adalah peristiwa-peristiwa pasca pemilu parlemen Irak yang menyebabkan tertundanya pemilihan ketua baru tiga lembaga tinggi negara ini, yaitu ketua parlemen, presiden dan perdana menteri.
Terpilihnya ketua parlemen baru Irak dengan suara yang cukup tinggi oleh anggota parlemen yang berasal dari berbagai kelompok politik negara itu, membuktikan solidaritas di antara gerakan-gerakan politik yang ada sehingga semakin memuluskan proses pemilihan presiden dan perdana menteri Irak.
Di tengah semua ini, tersebarnya kabar tentang surat Marja Muslim Syiah Irak kepada seluruh partai dan kelompok politik yang menyebutkan bahwa tidak ada seorangpun yang dalam pemerintahan sebelumnya pernah menjabat, layak untuk mengemban tugas perdana menteri, telah membantu memberikan solusi bagi masyarakat terutama politisi dan mengurai kebuntuan dalam atmosfir politik Irak.
Salah satu dampak surat tersebut adalah terbukanya peluang untuk memunculkan wajah-wajah baru yang sebelumnya kurang dikenal namun memiliki motivasi dan integritas tinggi di bidang politik.
Perkembangan politik Irak menunjukkan bahwa arahan dari Ayatullah Sistani, sebagaimana juga fatwa memerangi Daesh, kembali dapat menjadi solusi yang bisa membawa Irak keluar dari krisis politik terkini dan menjadi metode baru dalam proses pemerintahan negara ini.
Iklim politik baru semacam ini memberi kesempatan kepada generasi muda Irak untuk mengembangkan diri dalam dunia perpolitikan. Mohammed Al Halbusi adalah gubernur yang tercatat sukses dalam tugasnya di Provinsi Al Anbar dan merupakan tokoh politik yang dikenal moderat. Penekanan Al Halbusi dalam pidato pertamanya setelah terpilih menjadi ketua parlemen Irak adalah melanjutkan perang melawan terorisme dan mengatasi permasalahan ekonomi. Hal itu dinilai sebagai harapan bagi terciptanya kapasitas baru di arena politik Irak dalam rangka memenuhi tuntutan rakyat dan mematahkan intervensi Barat dalam pengambilan keputusan bagi rakyat negara ini.
(Parstoday/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar