Donald Trump, bersama dengan Raja Saudi Salman bin Abdulaziz dan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, menempatkan tangannya pada bola bercahaya saat peresmian sebuah pusat di Riyadh, Arab Saudi 21 Mei 2017.
"Persetujuan AS untuk pendanaan itu mencakup setiap sponsor UNWRA dimasa depan untuk berkomitmen mendefinisikan kembali status lembaga, serta definisi pengungsi Palestina, dengan tujuan akhirnya menutup lembaga."
Setelah menghentikan pendanaan untuk Badan Pengungsi Palestina PBB, UNRWA, Amerika Serikat mengatakan bahwa negara-negara Teluk Persia Arab dapat mengisi kekosongan itu asalkan memenuhi pedoman baru yang ditetapkan oleh pemerintahan Trump. Selain itu, AS juga akan menutup lembaba bantuan kemanusiaan PBB itu untuk selamanya.
Menurut Channel Dua Israel, para pejabat Amerika memberitahu Israel bahwa setiap pendanaan untuk UNRWA akan berada pada ketentuan AS, demikian presstv.com melaporkan, 03/09/18.
Sebelumnya pada Jumat (31/8/2018), pemerintah AS mengumumkan penghentian pendanaan untuk UNRWA dan menghentikan peran Washington sebagai pendonor bagi lembaga itu.
Channel Dua lebih lanjut mengatakan bahwa para pejabat AS diduga telah mengizinkan negara-negara Teluk Persia untuk mendanai proyek UNWRA dalam jangka pendek, tetapi rencana utamanya adalah menutup badan tersebut sekali dan untuk selamanya.
"Persetujuan AS untuk pendanaan itu mencakup setiap sponsor UNWRA dimasa depan untuk berkomitmen mendefinisikan kembali status lembaga, serta definisi pengungsi Palestina, dengan tujuan akhirnya menutup lembaga," katanya.
Belum jelas negara-negara Teluk Persia mana yang menerima lampu hijau untuk membayar sebagian defisit anggaran UNRWA sebesar $ 217 juta, yang telah memperdalam krisis uang tunai di lembaga itu di belakang keputusan Presiden Donald Trump.
UNRWA mendukung lebih dari lima juta orang Palestina di Gaza, Tepi Barat, Yordania, Suriah dan Lebanon dan menyediakan layanan kesehatan, pendidikan dan sosial.
Sebagian besar adalah keturunan dari sekitar 700.000 orang Palestina yang diusir dari rumah mereka atau melarikan diri dari perang 1948 yang mengarah pada penciptaan "negara" Israel.
Pengamat independen mengatakan keputusan AS itu sejalan dengan penerapan agenda Israel untuk secara sepihak mengambil hak Palestina kembali dari meja.
Bagi orang-orang Palestina, hak untuk kembali merupakan inti dari perjuangan dan mereka melihat keputusan AS sebagai suatu pergeseran kebijakan baru yang bertujuan untuk merongrongnya.
Didirikan pada tahun 1948, UNWRA bertujuan menangani pengusiran massal orang-orang Palestina ke Yordania, Lebanon dan Mesir setelah pembentukan rezim Israel.
Sejak itu, keturunan orang-orang Palestina yang terusir mendapatkan manfaat dari beberapa inisiatif UNRWA, termasuk fasilitas pendidikan.
Menurut juru bicara UNRWA, Chris Gunness, agensi itu menyediakan klinik kesehatan, sekolah bagi 526.000 anak-anak pengungsi dan bantuan makanan bagi 1,7 juta orang - satu juta di antaranya di Gaza.
Washington Post mengutip pejabat yang akrab dengan keputusan itu mengatakan bahwa redefinisi AS terhadap pengungsi Palestina akan mengurangi angka lima juta saat ini, menjadi kurang dari sepersepuluh dari angka itu karena mengecualikan keturunan.
Israel menyambut baik keputusan itu dan Menteri Transportasi Yisrael Katz mengatakan "keputusan Amerika adalah dukungan penuh untuk posisi Israel, yang sepenuhnya menolak hak untuk kembali bagi Palestina."
(Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar