Perang Yaman yang disulut Arab Saudi menimbulkan korban besar, termasuk anak-anak
Kementerian keuangan Arab Saudi memprediksi kenaikan anggaran belanja negara tahun 2019 sebesar 34 miliar dolar. Tampaknya, pengumuman yang jarang terjadi dalam sejarah Arab Saudi ini menunjukkan sebuah masalah penting di balik itu.
Meskipun Arab Saudi kaya dengan sumber daya minyak, tapi saat ini Riyadh sedang kewalahan mengendalikan permasalahan ekonomi yang menimpa negaranya. Setiap tahun kondisinya semakin buruk.
Perekonomian Arab Saudi sejak dipimpin oleh raja Salman bin Abdul Aziz semakin melemah, yang ditandai dengan menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi, keterbatasan produksi dan lonjakan inflasi, serta meningkatnya angka pengangguran, terutama di kalangan generasi muda.
Berdasarkan data dari Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Arab Saudi mendekati nol yang memecahkan rekor sebelumnya.
Sesuai APBN 2018, nilai utang publik Arab Saudi hingga akhir tahun meningkat menjadi 116 miliar dolar. Padahal, di tahun 2016 angkanya sebesar 84 miliar dolar.
Pada periode kali ini juga untuk pertama kalinya selama 25 tahun terakhir, rezim Al Saud harus meminjam dana dari perbankan internasional untuk menutupi defisit anggarannya yang membengkak.
Financial Times melaporkan, Arab Saudi mengajukan pinjaman kepada bank dunia sebesar 12 miliar dolar. Koran Inggris ini mengutip pejabat tinggi Arab Saudi memberitakan bahwa rezim Al Saud telah menghabiskan dana sekitar 120 miliar dolar selama tiga tahun serangan militer ke Yaman.
Perang yang disulut koalisi Arab pimpinan rezim Al Saud di Yaman menguras biaya sangat besar dari sisi politik, ekonomi, maupun militer dan sipil.
Sejak Maret 2015, Arab Saudi terlibat perang di Yaman yang dipelopori oleh putera mahkota Muhammad bin Salman.
Meskipun telah menguras dana begitu besar, tapi Riyadh tidak berhasil meraih tujuannya. Hingga kini, perang tersebut telah menyebabkan ribuan orang warga sipil Yaman tewas dan cedera. Selain itu jutaan orang harus mengungsi untuk menyelamatkan diri.
Muhammad bin Salman menyulut krisis di Yaman demi mewujudkan ambisinya menjadi orang nomor satu di Arab Saudi. Bahkan ia bersedia menyerahkan harta milik rakyat Arab Saudi kepada Presiden AS, Donald Trump demi meraih dukungan politik dari Washington dalam bentuk penandatangan kontrak senjata senilai ratusan miliar dolar.
Pada saat yang sama, Arab Saudi sedang menghadapi masalah ekonomi dalam negeri. Prakarsa "Kesepakatan abad" yang diusung AS dan dukungan rezim Al Saud, tidak lain dari upaya Washington untuk mengeruh kekayaan negara Arab ini , dan menjadikannya sebagai negara pengutang terbesar di dunia. Cepat atau lambat fenomena ini sedang menggerogoti Arab Saudi.
(Financial-Times/Parstoday/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar