Sejumlah kekerasan anti Islam di Sri Lanka oleh para nasionalis Buddhis tengah meningkat, dan semestinya pemerintah negara ini harus cepat bertindak sebelum kondisi keluar dari kontrolnya, namun tidak melakukan tindakan yang signifikan.
Menurut laporan IQNA dilansir dari TRT World, pada tahun-tahun terakhir jumlah criminal yang muncul dari kekerasan terhadap muslim di Sri Lanka sangat melejit.
Baru-baru ini sebuah kelompok ekstrem Buddha bernama Bodu Bala Sena (BBS) memimpin sejumlah serangan ke sejumlah masjid dan mata pencaharian umat muslim dan pada bulan ini juga sejumlah toko muslim di kota Gintota menjadi target pengeboman.
Galagoda Atte Gnanasara, pemimpin kelompok BBS adalah yang bertanggung jawab mensuport pendukungnya untuk melakukan penyerangan terhadap minoritas muslim dan 4 orang meninggal dan 80 lainnya luka-luka akibat dari serangan tersebut di kota Aluthgama dan pembakaran sejumlah rumah dan kebun.
Kinerja-kinerja sepele yang dilakukan untuk menghalau aksi-aksi Gnanasara telah membuat putus asa dan khawatir umat muslim Sri Lanka untuk melanjutkan hidup. Sejumlah laporan juga menunjukkan pemerintah Sri Lanka berpaling dari keputusannya untuk menuntut pemimpin Buddha ini.
Para aktivis dan jurnalis Sri Lanka berkali-kali berbicara tentang kegagalan dalam menangani kondisi ini dan menuntut kinerja-kinerja yang lebih meyakinkan untuk menghalau kebencian terhadap umat muslim ini.
Gnanasara berkali-kali menyanjung kinerja Ashin Wirathu, pemimpin ekstrem Myanmar, yang dengan membentuk kampanye tidak manusiawi 969 terhadap umat muslim, telah menyiapkan ranah untuk mengusir umat muslim dari Myanmar dan setelah pembersihan umat muslim dari Myanmar, kemudian mencari implementasi kampanye anti Islam di Sri Lanka.
10% populasi 20 juta Sri Lanka adalah muslim dan mayoritas populasi negara ini adalah Buddhis Sinhala.
(TRT-World/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar