Para ideolog senior yang terkait Al-Qaidah memandangnya sebagai “tamparan kuat” bagi demokrasi Barat, dan Amerika sedang menyongsong “kehancuran”
Seiring dengan terpilihnya kepada Presiden terpilih Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS), ucapan selamat terus berdatangan sejak Rabu pagi (9/11/2016) dari para tokoh dunia seperti Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Partai Front Nasional Prancis (FN) Marine Le Pen.[1] Hanya saja, berita kemenangan kandidat Partai Republik tersebut atas kandidat Demokrat Hillary Clinton juga disambut dengan antusias oleh beberapa tokoh terkemuka jihad global.
Pernyataan mereka mengisyaratkan keyakinan jelas mereka bahwa kemenangan calon seperti Trump, yang telah menyarankan kebijakan yang berpotensi menyudutkan kaum Muslimin dan mendukung torture (metode penyiksaan) akan menjatuhkan moralitas Amerika Serikat (AS) di mata dunia.
Situs-situs media sosial yang terkait dengan the Islamic State (IS) dan Al-Qaidah juga mengungkapkan rasa senang atas kemenangan Trump sebagai pertanda awal “masa gelap” bagi AS, yang ditandai dengan kerusuhan dalam negeri dan kampanye militer asing baru, yang akan melemahkan kekuatan negara adidaya Amerika.
“Bersukacitalah dengan dukungan dari Allah, dan temukan kabar gembira dalam kematian segera America di tangan Trump,” demikian pernyataan Al-Minbar, jaringan media yang berafiliasi kepada IS dan merupakan salah satu dari beberapa forum jihad untuk mengirim komentar terkait hasil pemilu AS.
“Kemenangan Trump dalam pemilu kepresidenan Amerika akan membawa permusuhan Muslim terhadap Amerika sebagai akibat dari tindakan sembrono, yang mengungkap kebencian secara terbuka, yang (sebelumnya) tersembunyi terhadap Muslimin,” lanjut esai tersebut, sebagaimana yang dikutip the Washington Post (9/11) dari SITE, organisasi swasta yang memantau situs-situs jihadi.[2]
Al-Minbar hanyalah salah satu di antara beberapa media online jihadi yang berusaha untuk menggarisbawahi beberapa pernyataan kontroversial Trump tentang Muslimin selama kampanye pemilu. Dalam publikasinya, jihadi melihat bahwa alienasi terhadap Muslimin awam adalah salah satu kunci bagi mereka untuk mendukung jihad. The Washington Post juga menyebutkan, Dabiq—majalah berbahasa Inggris yang berafiliasi ke IS—pernah mengungkapkan bahwa serangan di Eropa dimaksudkan untuk memicu reaksi anti-Muslim oleh pemerintah Barat, yang akan memaksa Muslimin Eropa untuk memilih sisi/kubu.
Para jihadi melihat sisi positif kemenangan Trump dalam pemilu tersebut sebagai positif bukti kejahatan yang tidak bisa dibantah oleh Barat. Para tokoh senior yang dihormati di kalangan salafi-jihadi tersebut mengisyaratkan rasa ‘senang’ mereka bahwa terpilihnya presiden yang baru akan berujung pada kehancuran sistem demokrasi konstitusional AS, yang diklaim sebagai yang tertua di dunia.
Abu Muhammad Al-Maqdisi, misalnya, ideolog veteran yang terkait Al-Qaidah, menjadikan Twitter sebagai sarana untuk berbagi kegembiraan dengan 56 ribuan pengikutnya. Ia sendiri pernah digambarkan sebagai “teoretikus jihad paling penting dan berpengaruh yang masih hidup” oleh Gordon M. Hahn, think tanker Amerika.[3]
عسى أن تكون ولاية #ترامب هي بداية انقسام أمريكا وزمان تفككها
فالأحمق يضر أقرب الناس إليه ظنا أنه ينفعه كماقيل
(إذ كان فعل الدب ذاك لفرط الحب)
— أبو محمد المقدسي (@lmaqdese) November 9, 2016
“Semoga kepemimpinan #Trump menjadi awal fragmentasi Amerika dan era perpecahnnya,” bunyi kicauan Al-Maqdisi.[4]
#ترامب يُعري عقلية الأمريكيين الحقيقية وعنصريتهم تجاه المسلمين والعرب وكل شيء
هو يظهر ما كان يخفيه أسلافه فقط
ففوزه يعري #أمريكا وأذنابها أكثر
— أبو محمد المقدسي (@lmaqdese) November 9, 2016
“#Trump mengungkap mentalitas sejati orang-orang Amerika dan rasisme mereka terhadap Muslimin, orang-orang Arab, and segala sesuatunya. Ia hanya menampakkan apa yang selama ini dipendam oleh para pendahulunya. Jadi, kemenangannya akan lebih banyak mengekspose kejahatan #Amerika,” demikian Al-Maqdisi menambahkan pada twit keduanya.[5]
هل رأيتم كم هو مجتمع طيب!هذا المجتمع الأمريكي وهويخالف سياسة قادته بعدم كره العالم واحتقاره وهو يصوت بالملايين لترامب!
مدني ضد عسكري:أعجوبة
— ابو قتادة عمر (@sheikhabuqatadh) November 9, 2016
“Apakah Anda melihat seperti masyarakat ideal itu!” demikian bunyi twit dari tokoh jihadi yang sekelas, Abu Qatadah Al-Filasthini, kepada 63 ribuan pengikutnya. “Ini adalah masyarakat Amerika yang [seharusnya] menentang kebijakan pemimpinnya ‘dengan tidak membenci atau meremehkan dunia’ tapi justru kemudian memberikan jutaan suara untuk Trump!”[6]
فوز ترامب صفعة قوية للمروجين لنجاعة آليات الديمقراطية
سيطر على الإعلام ثم تعال نظر للديمقراطية بعد ذلك
— حمزة الكاريبي (@hamza_caribi) November 9, 2016
“Kemenangan Trump adalah amparan kuat bagi mereka yang mempromosikan manfaat dari mekanisme demokrasi,” demikian pendapat Hamzah Al-Karibi. Ia adalah salah seorang aktivis media terkemuka dari Jabhah Fateh Al-Sham (JFS), jamaah jihad Suriah yang sebelumnya merupakan cabang resmi Al-Qaidah.[7]
Sementara, Dr. Thariq Abdul Halim, ideolog jihad yang dihormati Pemimpin Al-Qaidah Dr. Aiman Azh-Zhawahiri dan kini tinggal di Kanada, menyampaikan twitnya dalam bahasa Inggris kepada sekitar 11 ribuan pengikutnya:
As I said before, Trumps winning might be bad for us in the short run. However, it is better for Muslims in the long run as he’ll ruin the US
— د طارق عبد الحليم (@DMTAH) November 9, 2016
“Seperti yang saya katakan sebelumnya, kemenangan Trump mungkin buruk bagi kita dalam jangka pendek. Meski demikian, itu lebih baik bagi Muslimin dalam jangka panjang karena ia akan merusak AS.”[8]
Kemudian Dr. Thariq melanjutkan dengan twit berikutnya pada hari yang berbeda (15/9):
Trump trusts Putin more than he trusts his own people. The Russian policy will prevail throughout the world. No Cooperation. Annihilation! Trump’s political ignorance, Stupidity, racism and arrogance will lead the US to the collapse of the US empire, God Willing. Great catalyst!
“Trump lebih percaya Putin dari dia percaya kepada rakyatnya sendiri. Kebijakan Rusia akan berlaku di seluruh dunia. Bukan kerja sama. Penghancuran! Ketidakbecusan politik Trump, kebodohan, rasisme, dan arogansi akan menyeret AS kepada runtuhnya Imperium AS, insyaallah. Katalis hebat!”[9]
Lebih jauh ke timur, di Afghanistan, salah seorang juru bicara Taliban menggunakan bahasa yang mirip pernyataan sikap kelompok ultranasionalis yang populer di Eropa. “Pesan kami adalah orang-orang Amerika semestinya merancang kebijakan untuk tidak merebut kemerdekaan dan kedaulatan bangsa-bangsa lain,” kata kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters, Rabu (9/11). Jubir tersebut menambahkan, “Yang terpenting, mereka segera mereka harus menarik semua pasukan mereka dari Afghanistan.”[10]
Catatan Kaki:
[1] http://www.worldaffairsjournal.org/content/jihadists-cheer-trump-victory
[2] https://www.washingtonpost.com/news/worldviews/wp/2016/11/09/islamist-extremists-celebrate-trumps-election-win/
[3] The Caucasus Emirate Mujahedin: Global Jihadism in Russia’s North Caucasus and Beyond (2014), hlm. 64.
[4] https://twitter.com/lmaqdese/status/796288906677329920
[5] https://twitter.com/lmaqdese/status/796278971675643904
[6] https://twitter.com/sheikhabuqatadh/status/796222603061035011
[7] https://twitter.com/hamza_caribi/status/796258480806133761
[8] https://twitter.com/DMTAH/status/796195765672701952
[9] https://twitter.com/DMTAH/status/798597548109922305
[10] http://news.trust.org/item/20161109112556-stkd6/
(Seraa-Media/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar