Ini veto ke-43 Amerika terhadap semua rancangan resolusi merugikan Israel.
Seperti sudah diperkirakan banyak pihak, dalam sidang darurat digelar Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemarin waktu New York atau hari ini waktu Jakarta, Amerika Serikat memveto rancangan resolusi menolak pengakuan Amerika terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Presiden Amerika Donald Trump dua pekan lalu mendeklarasikan Yerusalem menjadi ibu kota Israel. Pernyataan kontroversial ini memicu kemarahan rakyat Palestina dan umat Islam sejagat.
Draf resolusi itu didukung 14 anggota Dewan Keamanan kecuali Amerika. Alhasil, veto negara adikuasa tersebut mengakibatkan rancangan resolusi itu gagal dsahkan.
Dalam sidang darurat tersebut, Duta Besar Amerika untuk PBB Nikki Haley berharap proses perdamaian Palestina-Israel tidak mati. "Kami menyerukan kepada semua negara memiliki komitmen sama untuk belajar dari pengalaman berat masa lalu dan membawa Israel serta palestina kembali ke meja perundingan," katanya.
Setelah pemungutan suara berakhir, Duta besar Israel buat PBB Danny Danon berterima kasih kepada Nikki atas apa yang dia sebut sikap berani.
Para perunding Palestina bilang kepada CBS News, pihaknya bakal membawa proposal soal yerusalem ke sidang Majelis Umum. Sesuai resolusi PBB pada 1950, 193 negara anggota PBB diberi kewenangan untuk bertindak kalu Dewan Keamanan menemui jalan buntu.
Veto dilakukan Amerika kali ini merupakan ke-43 terhadap semua rancangan resolusi merugikan Israel, sejak negara sekutu istimewa Israel tersebut memakai hak veto mereka pada 1970, menurut the Jewish Virtual Library.
(CBS-News/Middle-East-Eye/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Nikki Haley mengatakan AS "dipaksa membela kedaulatannya". (Foto: AFP)
Seperti sudah diperkirakan banyak pihak, dalam sidang darurat digelar Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemarin waktu New York atau hari ini waktu Jakarta, Amerika Serikat memveto rancangan resolusi menolak pengakuan Amerika terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Presiden Amerika Donald Trump dua pekan lalu mendeklarasikan Yerusalem menjadi ibu kota Israel. Pernyataan kontroversial ini memicu kemarahan rakyat Palestina dan umat Islam sejagat.
Draf resolusi itu didukung 14 anggota Dewan Keamanan kecuali Amerika. Alhasil, veto negara adikuasa tersebut mengakibatkan rancangan resolusi itu gagal dsahkan.
Dalam sidang darurat tersebut, Duta Besar Amerika untuk PBB Nikki Haley berharap proses perdamaian Palestina-Israel tidak mati. "Kami menyerukan kepada semua negara memiliki komitmen sama untuk belajar dari pengalaman berat masa lalu dan membawa Israel serta palestina kembali ke meja perundingan," katanya.
Setelah pemungutan suara berakhir, Duta besar Israel buat PBB Danny Danon berterima kasih kepada Nikki atas apa yang dia sebut sikap berani.
Para perunding Palestina bilang kepada CBS News, pihaknya bakal membawa proposal soal yerusalem ke sidang Majelis Umum. Sesuai resolusi PBB pada 1950, 193 negara anggota PBB diberi kewenangan untuk bertindak kalu Dewan Keamanan menemui jalan buntu.
Veto dilakukan Amerika kali ini merupakan ke-43 terhadap semua rancangan resolusi merugikan Israel, sejak negara sekutu istimewa Israel tersebut memakai hak veto mereka pada 1970, menurut the Jewish Virtual Library.
(CBS-News/Middle-East-Eye/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar