Jawaharlal Nehru di dalam bukunya, Negahi be Tarekhe Jahan yang dia tulis untuk putrinya, mengatakan: Tema utama sejarah adalah peningkatan dan kemajuan manusia dari kehidupan primitif ke peradaban…
Ingin ayah jelaskan kepadamu (duhai putriku!) bagaimana ide kerjasama pada manusia berkembang dan bahwa kita harus bekerjasama demi kebaikan bersama dan untuk kepentingan umum. Akan tetapi, pada saat kita membaca sejarah masa lalu yang panjang, terkadang kita berat untuk mengatakan bahwa ide tersebut telah mengalami kemajuan.
Negara atau masyarakat egois yang menyerang dan menindas negara dan masyarakat lain, atau seseorang menindas orang lain, mereka semuanya telah kehilangan spirit kerjasama.
Kiranya jutaan tahun kemudian manusia mencapai peningkatan, berarti kita sekarang berada di posisi terbelakang.. Jadi, berapa lama lagi kita bisa mempelajari jalan kemanusiaan untuk menjadi seorang manusia sejati yang berlaku mulia dan bijak?
Banyak yang Terpedaya oleh Kemajuan
Terkadang juga bila kita membaca sejarah, masa dahulu lebih baik dan memiliki peradaban serta budaya yang lebih pesat daripada masa kita kini. Sehingga patut dipertanyakan, apakah dunia kita mencapai kemajuan ataukah terbelakang?
Adalah kenyataan bahwa di masa dahulu di negara-negara seperti India, Mesir, Cina, Yunani dan lainnya didapati masa-masa kegemilangan, sedangkan masa sekarang mengalami kemunduran. Namun demikian, tidak membuat kita putus asa. Sebab, dunia adalah hamparan yang sangat luas.
Hari ini banyak orang terpedaya oleh peradaban besar yang diwujudkan manusia, dan oleh ilmu pengetahuan yang memberikan hal-hal yang sangat menakjubkan dan sangat dihargai oleh tokoh-tokoh besar ilmu. Tetapi dalam banyak hal mereka tidak mengalami peningkatan dan tak bedanya dengan binatang. Bahkan sebagian binatang dalam beberapa hal lebih baik dari manusia, kendati pembicaraan ini mungkin saja ditertawakan oleh banyak orang yang tidak memiliki banyak wawasan.
Perubahan yang tiada Henti
Kamu (wahai putriku) akan heran saat membaca tentang kehidupan lebah, semut dan lainnya dengan sosialitas binatang serangga ini. Walau kadang mereka dipandang remeh, tetapi memberi pelajaran bagaimana gotong royong dan kerjasama satu dengan yang lain, serta pengabdian mereka demi kebaikan bersama dan kepentingan umum lebih baik dari manusia.
Semut-semut itu membuat hatiku terkesan setelah aku menelaah mereka dan pengabdian yang mereka lakukan untuk kepentingan satu sama lain. Sekiranya pengorbanan demi kebaikan masyarakat menjadi bukti peradaban, dapat dikatakan kawanan semut dari sisi ini lebih baik dari manusia.
Di salah satu kitab Sangsekerta terdapat syair yang kira-kira terjemahannya begini: Karena spirit, setiap orang harus berkorban demi keluarganya; setiap keluarga demi kelompoknya; dan setiap kelompok demi negara dan dunia.
Sedikit orang yang mengerti atau yang bertanya, apakah spirit itu? Masing-masing kita mungkin menjelaskannya dalam bentuk yang berbeda. Tetapi syair tersebut memberi kita pelajaran, yaitu pelajaran gotong royong dan kerjasama satu sama lain dan berkorban untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih besar dan kepentingan-kepentingan yang sangat agung.
Alangkah indah bila kita melihat kaum laki dan perempuan serta anak-anak dengan senang hati melakukan pengabdian kepada India (masyarakat atau bangsa) demi tujuan yang agung, tanpa peduli susah dan derita. Mereka berhak gembira, karena memiliki rasa senang mengabdi demi mencapai sebuah cita-cita dan tujuan yang tinggi. Orang-orang yang hidup senang pun mendapat keuntungan dari rasa senang berkorban itu.
Upaya memerdekakan India (suatu bangsa) adalah sebuah tujuan yang tinggi. Tetapi lebih tinggi dari itu, ialah mengabdi kepada masyarakat dunia dan seluruh manusia. Sebab, kita merasa bahwa perlawanan kita adalah bagian dari perlawanan besar masyarakat manusia untuk mengakhiri penderitaan dan kemiskinan. Kita punya kesempatan melakukan andil -yang tak seberapa- untuk membantu kemajuan dunia.
Suatu bangsa menginginkan perubahan besar. Kita setelah mencapai keinginan itu, tetaplah kita tidak dapat duduk berpangku tangan.
Di dunia ini tak ada yang hidup tanpa perubahan. Seluruh alam, waktu demi waktu mengalami perubahan. Hanya orang mati yang diam dan tak bergerak.
Air manakala bergerak, ia tetap baru dan bersih. Jika kita buat ia diam, lama-lama menjadi rusak. Demikian halnya dengan kehidupan manusia dan suatu bangsa, dan kita pasti, mau tak mau akan menua jua.
(Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar