Dalam hadis masyhur dari Nabi SAW disebutkan bahwa setiap muslim pasti berjihad, dan jihad perempuan adalah menjadi istri yang baik bagi suaminya. Jelas, hadis ini tidak membatasi peran perempuan selain menjelaskan skala priotitas. Maka, dalam kondisi perempuan berposisi sebagai istri dan berhasil memenuhi kewajiban sebagai istri dan ibu di dalam keluarga, lalu apa jihad kaum perempuan di tengah masyarakat?
Berikut ini hasil konsultasi dengan ulama perempuan yang sekaligus sufi dan mufasir dari Iran, Sayyidah Nusrat Amin atau, lebih dikenal dengan nama, Banu Mujtahidah Isfahani (BMI).
Menurut Anda, jihad apa yang terbaik bagi kaum perempuan di era sekarang ini?
BMI: hal terpenting bagi perempuan di masa sekarang ini ialah selalu berusaha memerangi keinginan dan hawa nafsunya dalam melindungi kesucian diri. Untuk itu, setiap perempuan agar berusaha memerangi rasa ingin selalu tampil dengan berbagai model, cara berpakaian dan bentuk perhiasan. Walaupun hal-hal ini sangat sukar dilakukan, tetapi ini bukan mustahil, bukan pula di luar kemampuan setiap perempuan. Bila ini saja dilakukan, tentu akan memberikan kesempurnaan jiwa dengan cepat. Oleh karena itu, jihad terbaik bagi perempuan adalah menjaga hijab.
Apa arahan Anda bagi kaum perempuan yang mendambakan kebahagiaan?
BMI: seperti yang saya tuliskan dalam buku Rawesy Khusybakhti wa Tawshiyeh beh Khaharan Imani (Pola Hidup Bahagia dan Pesan kepada Perempuan Seiman), kebahagiaan setiap orang bergantung pada dua aspek sekaligus: jasmani dan ruhani. Oleh karena itu, masing-masing kita agar menjaga kedua aspek ini.
Berkenaan dengan aspek ruhani, sebagaimana telah dijelaskan dalam buku tadi, perempuan harus selalu berusaha mewujudkan sifat-sifat mulia dan nilai-nilai kemanusiaan dalam dirinya. Satu dari sekian sifat utama yang paling menonjol dalam diri perempuan adalah ‘iffah (menjaga kehormatan diri). Karena itulah para ulama akhlak mengatakan bahwa dasar utama kemuliaan wanita adalah menjaga kehormatan diri (‘iffah), sementara dasar utama kemuliaan laki-laki adalah berani (syaja’ah)”.
Maka dari itu, perempuan harus selalu berusaha menyayangi diri sendiri, menjaga kehormatan diri, yaitu melindungi diri dari jangkauan laki-laki yang hina dan ‘mata keranjang’. Kemuliaan perempuan di hadapan semua makhluk yang berakal sehat terletak pada menjaga kehormatan dirinya.
Saya tidak menentang perempuan untuk belajar. Tetapi usahakan belajar itu dilakukan dengan menjaga kehormatan diri dan kemuliaan Islam. Merobek, melecehkan, mencampakkan, atau meremekan hijab sama halnya dengan merobek dan melecehkan Alquran, karena Alquran telah menetapkan hukum khusus tentang kewajiban hijab. Setiap orang yang menentang hijab sama halnya telah menantang dan melecehkan hukum Allah SWT yang disampaikan melalui lisan suci Nabi SAW.
Mengaku diri sebagai muslim ada konsekuensinya, yaitu percaya dan mengamalkan ajaran Alquran, perintah dan larangannya, karena dengan konsekuensi itulah kebahagiaan sejati sebagai seorang muslim akan terwujud.
Terkait khusus dengan kebahagiaan, filosof Yunani Kuno, Phytagoras, pernah mengatakan, “Sedikit sekali orang yang mengenal jalan kebahagiaan. Kebanyakan mereka hanya menjadi bulan-bulanan hasrat dan permainan syahwat, sampai akhirnya ditelan ombak penentangan dan terus berputar-putar di tengah laut tak bertepi. Mereka tak ubahnya dengan orang-orang buta di hadapan badai dan topan”.
Hal lain yang rasanya perlu juga saya garisbawahi, khususnya bagi kaum perempuan, ialah berusaha menjauhi sifat-sifat tercela seperti: tipu muslihat dan iri dengki (hasud). Kedua sifat ini sepertinya kerap juga dihadapi oleh perempuan. Jadi, usahakan agar menjauhkan diri kita dari sifat-sifat tercela dan hina tersebut.
Dan terakhir harus saya katakana kepada sesama perempuan, tidak ada kebahagiaan yang melebihi ketenangan jiwa. Yakinlah bahwa kebahagiaan sejati hanya akan terwujud pada segala bentuk keutamaan dan kemuliaan. Kapan kita bisa mendapatkan keutamaan dan ketenangan jiwa? Ya, kebahagiaan itu akan dicapai oleh manusia dalam samudera tak bertepi di kehidupan dunia ini hanya dengan berpegang teguh pada tambang tauhid.
Pesan dapat digali dari Alquran. Allah SWT berfirman, “Maka, barang siapa yang menolak thaghut (selain Allah) dan beriman pada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Allah penolong orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang yang kafir, penolong-penolong mereka adalah thaghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.
Kebahagiaan sejati akan dihasilkan melalui iman di hati, tauhid dan ketakwaan. Jika semua menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat, kalian harus mengikuti dan mengamalkan Alquran. Langkah demi langkah yang kalian tempuh akan menghantarkan kalian kepada-Nya. Di saat itulah kita akan merasakan betapa kebahagiaan sejati.
(Safinah-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar