"Deklarasi Trump ilegal, benar-benar tidak sah," katanya.
Presiden Nicolas Maduro dari Venezuela, negara berpenduduk mayoritas Katolik, secara mengejutkan menghadiri konferensi tingkat tinggi (KTT) luar biasa Organisasi Konferensi Islam (OKI) digelar Rabu lalu di Kota Istanbul, Turki.
Hasil dari pertemuan darurat itu, OKI - beranggotakan 57 negara berpenduduk mayoritas muslim - mengecam sekaligus menolak deklarasi pengakuan Amerika Serikat dilakukan Presiden Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel. OKI juga mendeklarasikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina dan meminta semua negara mengakui Palestina dengan ibu kota Yerusalem Timur.
Maduro bilang kehadirannya sebagai peninjau di KTT luar biasa OKI tersebut untuk mengevaluasi segala hal terkait solaidaritas buat bangsa Palestina menghadapi Israel dan sekutu-sekutunya. "Deklarasi Trump ilegal, benar-benar tidak sah," katanya.
Dia menekankan pengakuan Trum itu sebagai sebuah provokasi dan pernyataan perang terhadap bangsa Arab, muslim, dan orang-orang baik di muka Bumi.
Sebaliknya, Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz dari negara tempat kiblat umat Islam berada malah absen. Tiga sekutunya - Uni Emirat Arab, Mesir, dan Bahrain - juga cuma mengutus menteri dalam KTT luar biasa membahas isu Yerusalem itu.
Ketidakhadiran Raja Salman ini dinilai karena Saudi tidak lagi menganggap Palestina sebagai isu prioritas. Negara Kabah itu kini memusatkan perhatian pada Iran, mereka anggap sebagai musuh bebuyutan dalam perebutan pengaruh di Timur Tengah.
(Daily-Sabah/Yeni-Safak/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Ibrahim Kalin, juru bicara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden Venezuela Nicolas maduro (kanan). (Foto: Yeni Safak)
Presiden Nicolas Maduro dari Venezuela, negara berpenduduk mayoritas Katolik, secara mengejutkan menghadiri konferensi tingkat tinggi (KTT) luar biasa Organisasi Konferensi Islam (OKI) digelar Rabu lalu di Kota Istanbul, Turki.
Hasil dari pertemuan darurat itu, OKI - beranggotakan 57 negara berpenduduk mayoritas muslim - mengecam sekaligus menolak deklarasi pengakuan Amerika Serikat dilakukan Presiden Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel. OKI juga mendeklarasikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina dan meminta semua negara mengakui Palestina dengan ibu kota Yerusalem Timur.
Maduro bilang kehadirannya sebagai peninjau di KTT luar biasa OKI tersebut untuk mengevaluasi segala hal terkait solaidaritas buat bangsa Palestina menghadapi Israel dan sekutu-sekutunya. "Deklarasi Trump ilegal, benar-benar tidak sah," katanya.
Dia menekankan pengakuan Trum itu sebagai sebuah provokasi dan pernyataan perang terhadap bangsa Arab, muslim, dan orang-orang baik di muka Bumi.
Sebaliknya, Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz dari negara tempat kiblat umat Islam berada malah absen. Tiga sekutunya - Uni Emirat Arab, Mesir, dan Bahrain - juga cuma mengutus menteri dalam KTT luar biasa membahas isu Yerusalem itu.
Ketidakhadiran Raja Salman ini dinilai karena Saudi tidak lagi menganggap Palestina sebagai isu prioritas. Negara Kabah itu kini memusatkan perhatian pada Iran, mereka anggap sebagai musuh bebuyutan dalam perebutan pengaruh di Timur Tengah.
(Daily-Sabah/Yeni-Safak/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar