Oleh: Rizal Mumazziq Z
Tulisan bagus mengenai Ustadz Abdusshomad yang ditulis oleh Pak Muflich Hasbullah (Pak Moeflich Hart), tampaknya sudah dihapus dari dinding fesbuk beliau. Sehingga tanggapan yang saya tulis juga ikut hilang dari dinding fesbuk saya ini.
Tanggapan singkat ini tetap saya tampilkan ulang di sini, karena tulisan beliau juga ikut menyebar di WA Grup. Setidaknya menjadi penyeimbang wacana saja.
1. Secara tradisi Ust. Abdus Shomad (UAS) sama dengan saya, bagian dari kultur besar Aswaja. Secara keilmuan beliau juga mumpuni dan pakar dalam wilayah muqaranah. Saya sudah membaca dua buku karya beliau dan 1 buku yang membahas kiprah dakwah beliau.
2. Madzhab yang beliau usung lebih identik dengan Madzhab Ukhuwah. Jadi ya bisa diterima oleh beberapa pihak yang selama ini berseberangan dengan NU. Mengenai Kealiman, reputasi pribasi dan keluwesan UAS, saya nderek kesaksiannya KH. M Afifudin Dimyathi yang mengenal UAS dari dekat.
3. Menyebut Ust. Shomad secara emosional lebih stabil daripada/ dibandingkan dengan Kiai Said Aqil jelas perbandingan yang njomplang dan tidak tepat. Kiai Said secara emosi lebih matang karena selama ini beliau sudah kebal dengan berbagai kritik-fitnah dan bisa mendudukkan marwah organisasi secara tepat. Berkali kali beliau melakukan tabayyun secara akademik dengan cara hadir di forum ilmiah klarifikasi. Setahu saya, biasanya Kiai Said santai saja menanggapi isu miring dan fitnahan yang ditujukan kepada beliau. Hanya sekali beliau agak marah, yaitu manakala difitnah menjadi makelar penjualan tanah untuk gereja di Malang (fitnahan ini diblow up sedemikian rupa oleh sebuah koran di Jawa Timur dan dihembuskan melalui WA grup oleh simpatisan NU Garis Miring, eh Garis Lurus). Setelah itu, menanggapi fitnah lainnya, Kiai Said enteng saja.
4. Argumen yang dibangun oleh Pak Muflich adalah berdasarkan pengamatan medsos, makanya beliau menyebut Gus Nur alias Sugi Raharja sebagai representasi NU Garis Lurus. Padahal pengurus NU struktural nggak ada yang tahu siapa Gus Nur, bagaimana kiprah keorganisasiannya dst. Dan belum tentu pula para pegiat NU Garis Lurus sepemahaman dengan Sugi yang sering misuh jancuk jancuk itu dan latarbelakang keilmuannya tidak jelas. Menyebut Sugi sebagai representasi NU Garis Lurus sama halnya menyebut Wardi, tukang potong rumput stadion Gelora Bung Tomo yang sering misuh dan pipis sembarangan, sebagai perwakilan dan juru bicara Persebaya. Konyol!
5. Melihat kiprah keummatan Ust. Shomad lalu menilainya sebagai KH. Hasyim Muzadi junior sah sah saja. Tapi tiba-tiba mengamini beliau sebagai calon ketua umum PBNU, wah ini yang agak aneh dan kebablasan. Sebab, dibutuhkan pengakuan kualitas diri dan keilmuan dari para ulama di tingkatan syuriah dan mustasyar NU agar bisa menembus posisi puncak dan menakhodai bahtera sebesar NU. Jangan lupa, menjadi tokoh puncak di NU itu harus siap dirisak, dimurtad-murtadkan dan dikafir-kafirkan. Tapi kalaupun Ust. Shomad bisa aktif di struktur lagi, saya kira oke saja.
6. Pak Muflich sebatas pemahaman saya dibesarkan dalam tradisi Masyumi. Jelas, ada beberapa mispersepsi dan anggapan dari seorang outsider seperti beliau dalam memahami NU dan tradisi besar yang melingkupinya. Tidak masalah dan kita apresiasi Pak Muflich.
7. Jangan lupa. Ada politisi yang berusaha mengerek Ust. Abd Shomad untuk kepentingan politik praktisnya. Tahu sendiri lah siapa mereka mereka ini. Dulu mereka mengerek Habib Riziq, lalu Ust. Bachtiar Nasir. Setelah misi politik sukses, mereka ditinggal sebentar dan tampaknya 2019 akan dipakai lagi. Kini Ust. Shomad dipakai bemper. Diumbul-umbulkan. Kelompok ini juga ada di sekitar Sugi. Bagian ngipas-ngipasi. Habis Jonru, terbitla Sugi. Kelak, bukan tidak mungkin jika nasibnya sama dengan kedua tokoh sebelumnya. Habis manis sepah dibuang. Semoga UAS senantiasa diberi keberkahan oleh Allah.
8. Jangan lupa. Ada wacana membenturkan Ust. Shomad dengan NU. NU diserang dengan menggunakan popularitas Ust. Shomad. Ayo dilihat. Biasanya yang memuji-muji Ust. Shomad saat itu pula mendiskreditkan PBNU. Di bali, Ust. Shomad dikawal oleh PWNU Bali. Tapi ketika ditolak ceramah isu yang beredar malah PWNU Bali menghalang-halangi dakwah beliau. Di Hongkong, beliau gagal masuk karena visa. Anehnya, isu yang berhembus, adalah bahwa Kiai Said Aqil lah yang meminta agar imigrasi Hongkong menolak kedatangan beliau. Ust. Shomad yang berkiprah, NU yang dihantam. Jelas pembusukan NU secara pelan pelan. Siapa pelakunya? Cek mereka yang mengelilingi Ust. Shomad dan siapa saja memanfaatkan popularitas beliau.
9. Soal penolakan pihak imigrasi Hongkong atas kedatangan beliau, saya nggak bisa komentar karena belum valid kejelasan faktor penolakannya. Sejujurnya saya pernah mengalami kejadian yang sama. Yaitu pada saat saya mendarat di Bandara internasional Chhatrapati Shivaji di Mumbai, India. Saya dicekal pihak aparat India yang berkumis tebal, berseragam coklat dan berkulit legam mirip di film-film Bollywood itu. Saya tertahan 2 jam di bandara tersibuk di dunia tersebut. Saya heran, kok tidak bisa masuk negara tersebut. Akhirnya, pihak imigrasi melepaskan saya dan meminta saya kembali ke tanah air. Saya tanya, mengapa begini? Mereka menjawab: mohon maaf Mr. Rijal, anda terlalu mirip Shah Rukh Khan. Jadi kami kira kedatangan anda di sini akan meruntuhkan wibawa aktor kesayangan kami. Uhuk! (Silahkan misuh syar’i bagi yang membaca poin ini. Kapooook!)
Yang pasti, saya bersyukur apabila Jarjit dan keluarganya tidak terlibat dalam hoax seputar Ust. Shomad dan klaim dari Sultan Zimbabwe, eh Sultan Brunei.
Wallahu a’lam bisshawab
(Ansor-Packaranganyar/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar