Di tengah kekacauan global menyusul keputusan provokatif yang dibuat oleh Presiden Donald Trump di Yerusalem, upaya untuk memperluas wilayah hegemoni Israel semakin terlihat. Sebuah artikel yang dirilis oleh situs Haaretz pada tanggal 29 November 2017 adalah sesuatu yang lebih dari sekadar karya jurnalistik atau intelektual. Artikel tersebut memuat ringkasan laporan penelitian arkeologi yang dilakukan oleh tim Arab Saudi dan Prancis pada tahun 2014 di wilayah selatan Arab Saudi. Sebuah penelitian yang bertujuan untuk “mengkonfirmasi” akar Yudaisme di Arab Saudi.
Keputusan Trump tersebut jelas melanggar berbagai kesepakatan internasional, juga cenderung mengabaikan sensitivitas agama dan budaya. Langkah-langkah pun diambil dalam kerangka diplomasi publik untuk membangun opini masyarakat dunia.
Dengan mempertimbangkan bahwa Pangeran Saudi Mohammed bin Salman sangat tertarik untuk memperbaiki hubungan antara Arab Saudi dan negara Yahudi, artikel Haaretz mencoba menemukan akar yang disebut Yudaisme di jantung tanah suci Islam.
Studi arkeologi yang disebutkan dalam artikel Haaretz berjudul, “Before Islam: When Saudi Arabia Was a Jewish Kingdom” berusaha meyakinkan dunia bahwa “penemuan tulisan Arab pra-Islam tertua di Arab Saudi, sekitar tahun 470 CE, ternyata menimbulkan kekhawatiran, mengingat konteks Kristen dan Yahudinya.”
“Kerangka yang digambarkan oleh studi arkeologi tersebut merupakan sesuatu yang memalukan bagi beberapa orang melihat bahwa ekspedisi Prancis-Saudi tersebut dilakukan dengan sangat diam-diam,” lanjut laporan tersebut dalam sebuah langkah nyata untuk mendiskreditkan kepekaan Muslim dan bahkan keakuratan sejarah Islam.
Mereka ingin membangun opini akan superioritas mereka dibanding Islam.
Jadi, bisakah kita mempertanyakan kemungkinan bahwa Israel ingin menghabisi dunia Islam dengan menyatakan superioritas orang Yahudi di seluruh pelosok dunia Muslim? Mulai dari Mekkah atau Madinah? Karena pertanyaan itu lebih bermakna di tengah kekacauan Yerusalem yang sedang berlangsung, satu-satunya alternatif bagi dunia Muslim adalah menyadari maksud sebenarnya dari negara Yahudi tersebut.
Jalan menuju Mekah dan Madinah dimulai dari Yerusalem
Dan melihat langkah terakhir yang diambil oleh pangeran Muhammad bin Salman untuk mendekat dengan Israel, yang secara langsung direncanakan oleh Penasihat Senior Gedung Putih Jared Kutchner–menantu Trump yang paling berperan dalam garis-garis kebijakan Trump di Timur Tengah–Dunia Muslim harus bertanggung jawab atas kota suci Mekkah dan Madinah, juga.
Pembelaan Yerusalem pada saat bersamaan adalah pembelaan pada Mekah, pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam.
Baca: https://www.dailysabah.com/columns/saadet-oruc/2017/12/09/is-mecca-next-after-jerusalem
(Daily-Sabah/Seraa-Media/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar