Oleh: AS Djatu
Dulu pasca perang kemerdekaan, korupsi itu tabu untuk dibicarakan,maklum hiruk pikuk kemerdekaan masih mewarnai sudut-sudut kehidupan bangsa. Dulu juga di zaman ORBA, korupsi itu tidak berjalan sendiri dia ditemani oleh kolusi dan nepotisme, namun masih juga diluar jangkauan umum masih diruang lingkupi oleh kaki tangannya ORBA.
Namun kini setelah era reformasi, korupsi malah menjelma menjadi sebuah profesi yang menggiurkan, atau malah ada sebagian yang bersinyalemen bahwa, korupsi itu sekarang jadi budaya kaum first class negara tercinta ini. Dengan kata lain, kita kerap ber-su’zon kalau ada orang di sekitar kita yang tiba-tiba kaya mendadak, apakah itu lewat jerih payah korupsinya atau…?
Disini kita tidak sedang melawan hukum praduga tidak bersalah, yang kadang menjadi senjata dan koridor pelarian untuk sebagian oknum-oknum yang takut pada status tersangka, namun kita ingin memberikan penekanan lebih kepada para kaum-kaum penegak hukum bangsa ini untuk lebih nyaman dan lega mendapatkan perlakuan kooperatif dari bapak-bapak dan ibu-ibu yang berstatus tersangka yang terhormat.
Unik memang negara kita Indonesia, ketika sebagian anak-anak bangsa bereaksi karena rasa ketidak puasan (baca;marah) terhadap perilaku para pengecut-pengecut itu yang mereka ekspresikan lewat unggahan-unggahan nakal di medsos, para kuasa hukum malah ngotot untuk memburu dan memeja hijaukan mereka itu. …apakah ruang pernafasan demokrasi dan kebebasan bangsa ini sudah mulai menyempit? Apakah kawula muda zaman now tidak lagi dibolehkan untuk menuntut hak-hak mereka untuk mendapatkan pertanggung jawaban dari wakil-wakil mereka lagi? Apakah mereka tidak lagi mendapat tempat untuk menuntut hak-hak dan aspirasi sosial-politik mereka dalam tatanan NKRI yang berdaulat, berdemokrasi dan berperadaban?
Yah…itulah politik.
Beberapa waktu lalu kita dikejutkan oleh tingkah sportif yang ditunjukkan oleh pemimpin salah satu negara di asia timur. Masih segar diingatan kita bagaimana dia terbata-bata meminta maaf atas kesalahan yang telah dia perbuat. Padahal pemimpin itu bukan seorang muslim. Maaf untuk para pembaca yang non-muslim..ini bukan unsur sara, penulis hanya ingin menyentil sebagian politikus muslim, yang pekikannya semasa kampanye sangat-sangat kelihatan suci.
Islam mengajarkan kejujuran, pengabdian, kerendahan hati, keramah-tamahan, toleran, tidak korup dan seabrek nilai-nilai moral lainnya. Lantas kenapa anda tidak mau mengamalkan ajaran suci itu. Kenapa malah presiden non-muslim yang memimpin negara non-muslim yang rajin melakukan amalan tersebut?
Lantas bagaimana kita harus menceritakan hal ini kepada anak cucu kita? Atau haruskah kita biarkan hal ini berlanjut sampai ke-generasi berikutnya?
Tapi…generasi zaman now alias generasi post milenial sepertinya lebih memahami dan lebih mengerti tentang yang satu ini. Dan hal ini adalah sebuah goresan harapan untuk masa depan bangsa. Betapa tidak, kala para sepuh bangsa tidak lagi bisa diandalkan, muncul secuil asa dari balik cakrawala nusa.
Pantas aja…kini “menangani kenakalan orang tua” jadi hot diperbincangkan di mana-mana. Yah…munkin efek dari ‘mama minta pulsa, papa minta saham” .
Nah…ternyata kasus papa minta saham ini juga merembes ke salah satu produsen kendaraan terkenal. Alasanny,…papa complain (secara tidak lansung) kalau mobil produksi perusahaan tersebut kalah ama tiang listrik.
Belakangan papa malah meminta (baca; merengek) secara resmi supaya kasus sang mobil vs tiang listrik-nya itu untuk tidak diperpanjang lagi, alibinya,,,biar enggak bertele-tele…
Penulis secara pribadi merasa sangat tersinggung dengan ulah-ulah orang-orang seperti papa ini. Sebab; beliau itu adalah wakil rakyat yang dipilih oleh para jelata dengan secuil harapan demi perbaikan masa depan yang lebih cerah dimasa depan. Namun yang terjadi, mereka sama sekali tidak pernah punya mental untuk jadi seorang wakil rakyat, apalagi pemimpin-nya rakyat. Lagi-lagi rakyat kembali dipaksa untuk mengeluarkan air mata penderitaan…
Alhasil…kalau setnov atau orang seperti setnov berulah, itu adalah hak, dan secara hukum tidak boleh diganggu gugat. Namun kalau ada satu saja dari kaum jelata minta para kuli-kuli keadilan untuk memproses setnov dan yang serupa setnov,,,burru-buru para pengacara yang telah kekenyangan itu berunjuk kekuatan tebar ancaman….pak ..ini negara bukan punya bapak doank….
(Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar