Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » , , » Masjid Syiah Fuzhou Mengingatkan Pada Sejarah Kaya Islam di Cina

Masjid Syiah Fuzhou Mengingatkan Pada Sejarah Kaya Islam di Cina

Written By Unknown on Sabtu, 27 Januari 2018 | Januari 27, 2018


Masjid Kota Fuzhou, markas provinsi Fujian, merupakan pengingat baik akan pengaruh masa lalu Islam di kota ini dan kisah-kisah terlupakan muslim Cina.

Menurut laporan IQNA, provinsi Fujian di Timur Cina memiliki budaya asli yang terpengaruh oleh agama Buddha, Taoisme dan agama-agama lokal lainnya. Selain itu, lokasi pesisir provinsi ini telah membuat Islam berakar di provinsi ini sejak awal abad ke-7.

Islam dibawa ke Fujian oleh pelaut pedagang dari Asia Selatan dan Timur Tengah serta memainkan peran penting dalam sejarah Fujian, namun hari ini, umat Islam di provinsi ini jumlah mereka sedikit dan jauh dari satu sama lain.

Menurut statistik resmi, Fujian hari ini adalah tempat tinggal bagi sekitar 110.000 dari 10,5 juta minoritas Hui di Cina; minoritas Hui adalah salah satu minoritas muslim terpenting di Cina.

Masjid Fuzhou yang terletak di Kota Fuzhou, pusat provinsi Fujian, merupakan pengingat baik akan pengaruh masa lalu Islam di kota ini. Masjid ini terletak di seberang kuil Konfusius di sebuah kawasan ramai, beberapa blok di bawah jalan komersial yang terkenal.

Masjid ini dibangun antara tahun 907 - 960 dan pada awalnya merupakan sebuah kuil Buddha. Pada abad berikutnya, bangunan itu tidak terpakai dan akhirnya dirubah menjadi sebuah masjid pada masa Kekaisaran Mongol Yuan, antara abad 13 - 14.


Sejarah Kehadiran Syiah di Masjid Fuzhou

Sejumlah dokumen menunjukkan bahwa orang pertama yang menggunakan masjid tersebut adalah anggota pasukan, sebuah organisasi yang terdiri dari muslim Syiah yang tinggal di Fujian dan sebagai gerilyawan penjaga perdamaian, memberikan keamanan rute perdagangan rombongan Persia ke Fujian.

Masjid Fuzhou rusak pada tahun 1541 setelah kebakaran namun dipugar kembali dan digunakan kembali.

Masjid tersebut masih digunakan sampai Kekaisaran Qing pada abad ke-17 sampai dihancurkan pada tahun 1955, enam tahun setelah Partai Komunis Cina berkuasa. Setelah itu, masjid dipugar kembali, namun dalam skala yang lebih kecil.

Meskipun banyak karya seni kayu, papan batu dan prasasti berharga masjid ini hancur selama revolusi ini, namun sejumlah darinya masih tetap ada.


Masjid Fuzhou

Masjid ini dengan dinding putih dan tembikar hitam di langit-langit memiliki pandangan minimalis yang halus yang menandai monumen bersejarah di Cina selatan.

Ironisnya, hari ini kemegahan masjid ini meredup dalam bayang-bayang menara raksasa Arab yang tidak sesuai dengan tekstur daerah tersebut.

Di halaman masjid, ada banyak prasasti batu Cina yang berasal dari pertengahan abad ke-16. Daftar nama dan tema-tema orang-orang yang berkontribusi ke masjid diukir pada papan yang ada di masjid dan menunjukkan fakta yang menarik: sementara itu sejumlah masjid di bagian lain Cina mayoritas oleh para pedagang kaya dan atau petani religius, renovasi masjid Fuzhou dilakukan oleh perwira angkatan laut Cina.

Sepanjang kerajaan Yuan dan Ming, Fuzhou adalah tempat tinggal para perwira muslim yang bertugas di kedaulatan, karenanya masjid tersebut sangat didukung.

Pada akhir kekaisaran Yuan dan awal Kekaisaran Ming, terjadi konflik sengit kesukuan antara kelompok agama di pelbagai titik Cina, dan orang-orang dari orang suku Han menyerang bangsa Mongol dan muslim. Tapi ini tidak terjadi di Fuzhou. Bahkan saat ini, Fuzhou adalah contoh langka tentang perdamaian dan toleransi, mungkin karena sejarah keragaman agama di daerah tersebut. Ini telah menyelamatkan bangunan keagamaan kota ini.

Ketika dinasti Yuan ambruk, penguasa Mongol di Kota Fuzhou, alih-alih menerima kekalahan, ia melakukan bunuh diri dan keluarganya. Namun, orang-orang Han Fuzhou tidak merayakan kematiannya, namun mengagumi kepatuhannya terhadap keyakinannya dan membangun sebuah kuil untuk menghormati putrinya.


Minimnya Populasi Muslim Fuzhou

Setelah Kekaisaran Ming, pada masa kerajaan Qing, perdagangan dengan luar negeri dilarang, membuat populasi muslim Fuzhou lambat laun menyusut, dan satu-satunya orang yang terus merawat masjid tersebut adalah para perwira muslim yang ditugaskan di Fuzhou.

Pada tahun 1912, tahun awal pemerintahan Partai Rakyat (Komitang) Cina dan jatuhnya Kaisar Dinasti Qing, umat Islam di kota Fuzhou tidaklah banyak, dan hari ini hanya ada sedikit muslim suku Hui tinggal di kota ini.

Menurut buku Muslim di Cina, yang diterbitkan pada tahun 1953 oleh Aliansi Muslim Cina, sekarang ada sepuluh etnis muslim di Cina. Dari sisi ras, mereka dibagi dalam dua kelompok: kelompok pertama terdiri dari sembilan orang non-Cina: Uighur, Tajik, Kazakh, Kyrgyz, Salar, Uzbek, Yao'an, Tatar dan Tung Xiang, yang nenek moyangnya berasal dari Manchur, Mongol, Xinjiang, Iran dan Asia Tengah sebelum kemunculan Islam. Kelompok kedua adalah satu-satunya minoritas Hui yang nenek moyangnya adalah orang Arab, Iran, dan muslim Asia Tengah. Mereka bermigrasi ke Cina selama periode Tang, Song dan Yuan, dan leluhur ibu mereka mayoritas orang Cina.


Islam di Cina

Sejarah masuknya Islam ke Cina kembali pada abad pertama Masehi. Migrasi orang Arab dan Persia dari laut dan Jalur Sutra, pada masa pemerintahan dinasti Tang, telah membawa Islam ke Cina dan telah memainkan peran penting dalam menjalin komunikasi antara negara ini dan negara-negara Islam.


Tang

Sebagian orang percaya bahwa pada masa Utsman, sebuah delegasi untuk mengenalkan agama Islam masuk ke Cina dan bertemu dengan Kaisar Dinasti Tang. Di era Islam, Abi Waqqash dengan sekelompok 40 muslim memasuki selatan Cina di kota Kanton, dan melakukan perjalanan sebanyatiga kali antara Iran dan Cina. Abi Waqqash terbunuh bersama 40 pengikutnya saat salat. Kemudian, dibangunlah masjid Abi Waqqash, yang merupakan salah satu masjid tertua di Cina, terletak di pusat Kanton, dan sekarang ini disebut dengan Raudhah Abi waqqash.

Islam telah dipublikasikan dan disebarkan oleh para pedagang Iran, terutama melalui Jalur Sutra. Pengenalan sebagian besar muslim di Cina dengan kata-kata Arab dan kata-kata Persia dan penggunaan kata-kata ini dalam percakapan sehari-hari bahasa Cina menegaskan klaiman ini.


Yuan

Serangan Mongol ke Iran sebagai faktor percepatan, penyebab dan kemungkinan untuk membuka rute dan migrasi muslim Iran ke Cina, dan hasilnya adalah pengaruh budaya dan peradaban Islam dan Iran, serta publikasi agama Islam di sana, dan khususnya pada masa pemerintahan penguasa negara-negara keturunan Genghis Khan dan pendiri dinasti Yuan Cina adalah hari-hari kebangkitan umat Islam Iran dan dan puncak kebangkitan dan kegemilangan Islam di tanah Cina.


Ming

Setelah kemunduran dinasti Mongol Yuan dan Dinasti Ming, dengan perhatian khusus dari kaisar dinasti ini, memungkinan Islam menyebar ke wilayah-wilayah bagian tengah Cina dan banyak dibangun di Cina. Sejumlah bangunan Islam yang berkaitan dengan periode ini menunjukkan prevalensi Islam di bagian timur dan tengah Cina. Perjalanan ilmiah dan budaya yang luas antara ilmuwan muslim Cina dan kawasan Islam pada periode ini merupakan faktor utama penyebaran Islam di Cina.


Qing

Dalam dinasti Qing, meskipun Islam melihat kemajuan di bagian dalam dan timur laut Cina, namun periode ini dikarenakan penindasan dan diskriminasi penguasa Qing, merupakan hari-hari bangkitnya kebangkitan dan pemberontakan muslim Cina untuk keluar diri dari dominasi Dinasti Qing, pelaksanaan hak-hak agama, dan nasional dan juga pembentukan negara Islam yang merdeka. Penindasan masif gerakan-gerakan muslim pada dinasti Qing adalah salah satu faktor awal kemunduran kemajuan Islam dan aktivitas umat Islam di Cina.

(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: