Buku yang berjudul The Battle for Palestine 1917 secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai “Pertempuran untuk Memperebutkan Palestina 1917”. Buku yang ditulis oleh John D. Grainger ini diterbitkan oleh The Boydell Press, New York, Amerika Serikat pada bulan Oktober 2006.
Buku dengan ketebalan sebanyak 304 halaman ini mempunyai ISBN: 978-1843832638 untuk versi cetak sampul tebal. Isi buku ini disusun menjadi 11 bab yang sebelumnya diawali dengan bagian Pendahuluan. Buku ini juga dilengkapi dengan banyak gambar ilustrasi berupa foto dan peta, Daftar Catatan Kaki, Daftar Pustaka dan Indeks.
Dr John D Grainger, penulis buku ini adalah sejarawan terhormat dengan reputasi khusus dalam bidang militer. John D. Grainger adalah penulis banyak buku tentang sejarah militer, mulai dari periode Romawi hingga abad ke-20. Publikasi terakhirnya antara lain Cromwell Against the Scots dan The Battle of Yorktown.
Buku ini membahas berdasar perspekstif ilmuwan Barat tentang tiga pertempuran untuk menguasai kota benteng kunci Gaza terjadi pada tahun 1917 antara pasukan ‘Inggris’ (dengan unit-unitnya dari seluruh Kekaisaran itu, terutama ANZACs) melawan Turki. Pasukan Sekutu Inggris dalam dua kali pertempuran yang awal mengalami kekalahan. Namun pada usaha ketiga mereka, di bawah Jenderal Allenby yang baru ditunjuk, seorang veteran Front Barat yang menjadi kritikus vokal atas perintah Haig, akhirnya mampu menembus garis batas Turki, merebut wilayah selatan Palestina.
Dengan kemenangan tersebut, seperti yang diinstruksikan oleh Lloyd George, Allenby berhasil membawa Yerusalem pada waktunya sebagai hadiah Natal. Kemenangan ini juga menandai berakhirnya 400 tahun kekuasaan Ottoman.
Pertempuran ketiga ini, yang serupa dalam banyak hal dengan pertempuran di Prancis yang sejaman, adalah inti dari kisah dalam buku ini. Aspek-aspek penting yang dibahas diantaranya adalah pertimbangan intelijen, spionase, perang udara, dan elemen diplomatik dan politik, belum lagi aspek logistik dan medis dari kampanye tersebut, terutama air. Pertahanan Turki yang umumnya terabaikan, dalam menghadapi pasukan yang sangat besar, juga dikaji dalam buku ini.
Jauh dari menggunakan dan melaksanakan rencana yang telah dientukankan sebelumnya, Allenby, yang mungkin masih diingat sebagai perwira komando terbaik anak buah T. E. Lawrence di Arabia, fleksibel dan mudah beradaptasi dalam menanggapi perkembangan yang terjadi.
Ulasan Isi Buku
Penulis buku ini menyatakan pada bagian Pendahuluan bahwa kampanye Inggris untuk menaklukkan Palestina pada tahun 1917 merupakan ajang untuk berdirinya dunia modern. Hal ini membawa kehancuran bagi imperium Ottoman dan penciptaan negara penerusnya di Timur Tengah modern. Karena itu, menjadi penting untuk mengkaji kampanye tersebut.
Penulis menjelaskan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini telah digunakan sudut pandang yang berbeda dalam mengkaji suatu pertempuran atau peperangan. Pendekatan yang pertama berkaitan dengan masalah strategis dan imperial yang lebih besar. Pendekatan yang kedua adalah dari sudut pandang tentara biasa.
Dalam mengkaji kampanye Inggris di Palestina tahun 1917 ini, penulis berharap untuk mencapai keseimbangan antara kedua pendekatan yang sama sahnya tersebut. Bahkan penulis menambahkan beberapa pertimbangan dengan sudut pandang dari pihak Turki, baik dari para tentara maupun para komandannya.
Penulis menyampaikan bahwa beberapa kajian sebelumnya telah menekankan peran dua komandan utama Inggris, Jenderal Murray dan Jenderal Allenby, serta perbedaan di antara keduanya. Penulis bependapat bahwa meski Murray patut mendapat simpati, namun tidak diragukan lagi, yang dominan diantara keduanya adalah Allenby.
Namun, penafsiran yang didasarkan pada tindakan Allenby, terutama pada pertempuran ketiga di Gaza dan sampai pada batas tertentu dalam pertempuran di Bukit Yudea, ada beberapa hal yang tidak dapat diterima oleh penulis. Penulis merasa bahwa tafsiran baru tentang tindakan Allenby dalam pertempuran itu tidak berarti mengurangi statusnya, melainkan akan meningkatkannya.
Penulis menekankan perlunya untuk diingat adanya tekanan dari luar kepada para komandan tersebut. Hal yang menekan Murray adalah keperluan adanya pra-pendudukan dengan kejadian di dalam dan sekitar Mesir. Sementara itu yang menekan Allenby adalah kesulitannya yang konstan dengan Kantor Perang, dan kebutuhannya untuk memperhatikan orang Prancis.
Penulis menjelaskan bahwa salah satu kekuatan pendorong di balik kampanye Inggris di Palestina tahun 1917 adalah kompetisi kekaisaran antara Inggris dan Prancis. Hal ini diartikulasikan dalam berbagai perjanjian pembagian wilayah yang dibuat selama dan setelah perang tersebut.
Dari berbagai proses perjanjian pembagian wilayah tersebut, Inggris dengan keterampilan diplomatik yang cukup besar, memperoleh keuntungan yaitu baik orang Arab maupun Yahudi bersedia untuk menggantikan rancangan mereka sendiri. Dan sebagai hasil dari perebutan tangan diplomatik ini, Kekaisaran Inggris di Timur Tengah meluncur dari satu krisis ke krisis yang lain selama tiga puluh tahun, dan berakhir dengan kekacauan dan kelahiran situasi modern.
Setelah menjelaskan beberapa aspek penting pada bagaian Pendahuluan, penulis membuka buku ini dengan sebuah prolog yang mengisahkan perjalanan pasukan Inggris dari Mesir menuju tapal batas Palestina. Setelah menjelaskan bagian prolog, barulah masuk pada pembahasan utama isi buku ini yang dituangkan dalam 11 bab. Judul-judul dari ke-11 bab tersebut adalah sebagai berikut:
1. The Decision to Invade (Keputusan untuk Menyerbu)
2. Defeat at Gaza (Kalah di Gaza)
3. Defeated Again (Dikalahkan Lagi)
4. The Wider Context (Konteks yang lebih Luas)
5. The Allenby Effect (Pengaruh Jenderal Allenby)
6. The Third Attempt at Gaza (Upaya ketiga di Gaza)
7. The Turkish Lines Broken (Garis Batas Turki Terpecah)
8. The Drive North (Penggerak Utara)
9. The Hills of Judaea (Bukit Judaea)
10. Jerusalem for Chistmas (Yerusalem untuk Natal)
11. Why the British Won (Mengapa Inggris Menang)
(Seraa-Media/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar