Kabar gembira datang dari media sosial. Polisi secara resmi menetapkan Ustadz Zulkifli Muhammad sebagai tersangka dugaan kasus ujaran kebencian berbau SARA. Dalam surat tersebut, Ustadz Zulkifli Muhammad dipanggil dan akan diperiksa di Kantor Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri di Tanah Abang, Jakarta pada Kamis, 18 Januari 2018.
Ustadz Zulkifli Muhammad, Lc lahir di Pariaman, Sumatera Barat pada 15 November 1974. Dia terkenal sangat berani sekali dalam ceramah-ceramahnya menyerang pemerintah dan NU.
Apa yang disampaikan oleh Zulkifli Muhammad Ali ini sungguh keji sebagai seorang ulama. Ia dengan sengaja menyampaikan ceramah yang provokatif dan tidak memiliki dasar yang valid. Tentu saja, tak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Justru apa yang disampaikannya tersebut dapat merusak harmonisasi antar masyarakat di Indonesia dan mempertajam konflik sosial dengan sentimen SARA, khususnya berbasis isu agama. Hal ini sangat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Parahnya, Zulkifli Muhammad Ali ini dalam ceramahnya yang provokatif tersebut selalu mencatut institusi negara. Misalnya, Ia mengaku sebagai ustadz di Mabes Polri, TNI, dan BIN. Hal itu tentu merupakan sebuah kebohongan dan informasi yang tidak tepat.
Untuk itu, kita sebaiknya tak perlu terprovokasi atas ceramah yang mengobarkan kebencian seperti yang dilakukan oleh Zulkifli Muhammad Ali tersebut. Di sisi lain, kita juga perlu mendukung agar aparat keamanan segera menangkap ulama seperti itu. Karena meskipun ia bergelar ulama, bukan berarti akan kebal hukum di hadapan negara hukum seperti Indonesia ini. Semoga kebencian yang disebarkannya tidak cepat merembet dan membakar apa yang sudah kita jaga hingga saat ini, yaitu NKRI.
Selayaknya ulama itu menyebarkan kebaikan dan kebenaran serta membing umat kepada jalan yang benar, tapi akhir-akhir ini kita sering menyaksikan mereka yang bergelar ulama atau ustadz, tetapi kelakuannya tidak mencerminkan pengertian ulama. Mereka bergelar ulama, namun ceramahnya bukan untuk membimbing umat ke jalan yang penuh kedamaian, lurus dan benar.
Justru sebaliknya, mereka menyebarkan kebencian, menyebarkan berita bohong, fitnah kanan-kiri, dan mengajak umat untuk berbuat kebathilan. Padahal mutu seorang ulama dinilai dari apa yang diucapkannya. Dan, seburuk-buruknya ulama adalah mereka yang melontarkan kebencian dari mulutnya.
(Kumparan/Arrahmah-News/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar