Kesedihan luar biasa meliput Madinah. Gang-gang kota itu benar-benar senyap diliputi kesedihan. Putri kesayangan Rasulullah Saw pada hari itu meninggal dunia. Imam Ali as, suami Sayidah Fatimah az-Zahra as, tenggelam dalam kesedihan yang luar biasa. Hanya Allah Swt yang mengetahui apa yang terlintas dalam benak Imam Ali as saat istrinya yang juga putri kesayangan Rasululah Saw meninggal dunia.
Saat Rasulullah Saw meninggal dunia, Sayidah Fatimah as benar-benar kehilangan dan sangat sedih. Kondisi pasca wafat Rasulullah Saw, tidaklah ramah. Fenomena inilah yang membuat kesedihan berlarut-larut Sayidah Fatimah az-Zahra as. Tak lama setelah Rasulullah Saw meninggal dunia, Sayidah Fatimah menyusul ayahnya.
Menjelang wafat Sayidah Fatimah as, anak-anak Imam Ali as menangis memandang ibunda tercinta yang akan menemui ajalnya. Sayidah Fatimah setiap kali membuka matanya, ketenangan hati meliputi anak-anaknya. Kali ini, Sayidah Fatimah az-Zahra as membuka mata dan meminta Asma, salah satu pendamping setianya, untuk mengambil air untuk berwudhu. Sayidah Fatimah az-Zahra as berwudhu bersiap-siap menemui kekasih sejatinya, Allah Swt. Sayidah Fatimah memandang anak-anaknya dengan penuh kegelisahan, dan kemudian menyampaikan pesan-pesannya kepada suaminya, Imam Ali as.
Imam Ali as adalah orang yang paling sedih setelah wafatnya Sayidah Fatimah az-Zahra as. Imam Ali as setiap kali melihat Sayidah Fatimah az-Zahra as, lupa akan seluruh kegelisahan dunia. Sayidah Fatimah az-Zahra as benar-benar menjadi sumber kebahagiaan bagi Imam Ali as. Akan tetapi bagi Imam Ali as, kondisi itu akan berubah drastis tanpa kehadiran Sayidah Fatimah az-Zahra as.
Wasiat Az-Zahra as
Sayidah Fatimah Az-Zahra setelah menyampaikan pesannya kepada Imam Ali as, menutup mata dan menemui kekasih sejatinya, Allah Swt. Imam Ali as saat itu benar-benar kehilangan. Di hadapan jenazah suci Sayidah Fatimah az-Zahra as, Imam Ali as merintih.
Setelah itu, Imam Ali as menatap wasiat Sayidah Fatimah az-Zahra as dan membacanya, "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ini adalah wasiat putri Rasulullah Saw yang menulis dalam kondisi bersyahadat kepada Allah Swt dan bersaksi bahwa Muhammad Saw adalah utusan Allah Swt, surga dan neraka itu benar-benar ada, hari kiamat pasti akan tiba. Wahai Ali, aku adalah putri Rasulullah Saw. Allah Swt memerintahkanku untuk menikahimu sehingga aku akan mendampingimu di dunia dan akherat. Kamu adalah orang yang lebih layak dari orang lain. Wahai Ali, mandikanlah aku pada malam hari dan kuburkanlah aku pada malam hari itu juga. Jangan beritahukan penguburanku kepada siapapun. Aku pasrahkan kamu kepada Allah Swt dan aku sampaikan salam kepada anak-anakku hingga hari akhir."
Keagungan Az-Zahra as
Terkait kebesaran Sayidah Fatimah az-Zahra as, Rasulullah Saw bersabda, "Keimanan kepada Allah Swt melekat dalam hati dan jiwa mendalam az-Zahra as yang mampu menyingkirkan segalanya saat beribadah kepada Allah Swt. Fatimah adalah bagian dari hati dan jiwaku. Barangsiapa yang menyakitinya sama halnya ia menyakitiku dan membuat Allah Swt tidak rela."
Hadis di atas itu diucapkan oleh manusia terbaik di alam semesta dan pilihan Allah Swt, Muhammad Rasulullah Saw. Tak diragukan lagi, keagungan Sayidah Fatimah az-Zahra as menghantarkan ke derajat yang luar biasa di sisi Rasulullah Saw.
Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda, "Putriku yang mulia, Fatimah adalah pemimpin perempuan dunia di seluruh zaman dan generasi. Ia adalah bidadari berwajah manusia. Setiap kali Fatimah beribadah di mihrab di hadapan Tuhannya, cahaya wujudnya menyinari malaikat. Layaknya bintang-gemintang yang bersinar menerangi bumi."
Keutamaan dan keistimewaan yang dimiliki Sayidah Fatimah as bukan hanya disebabkan ia adalah putri Rasulullah. Apa yang membuat pribadinya menjadi begitu luhur dan dihormati, lantaran akhlak dan kepribadiannya yang sangat mulia. Di samping itu, kesempurnaan dan keutamaan yang dimiliki Sayidah Zahra as mengungkapkan sebuah hakikat bahwa masalah gender bukanlah faktor yang bisa menghambat seseorang untuk mencapai puncak kesempurnaan. Setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki potensi yang sama untuk meraih kesempurnaan.
Kepribadian Sayidah Fatimah yang begitu mulia, baik secara personal, maupun di lingkungan keluarga dan sosialnya menjadikan dirinya sebagai manifestasi nyata nilai-nilai Islam. Ia adalah contoh manusia teladan, seorang istri dan ibu yang penuh pengorbanan. Ia adalah contoh manusia sempurna yang seluruh wujudnya penuh dengan cinta, iman, dan makrifah.
Jiwa dan pribadi Fatimah mengenal konsepsi kehidupan yang paling luhur di rumah wahyu, di sisi pribadi agung Rasulullah Saw. Setiap kali Rasulullah memperoleh wahyu, dengan penuh seksama Sayidah Fatimah mendengarkan ajaran hikmah yang disampaikan oleh sang Ayah kepadanya. Sebegitu mendalamnya cinta kepada Allah dalam diri Fatimah, sampai-sampai tak ada apapun yang diinginkannya kecuali keridhoan Allah swt. Ketika Rasulullah Saw berkata kepadanya, "Wahai Fatimah, apapun yang kamu pinta saat ini, katakanlah. Sebab Malaikat pembawa wahyu tengah berada di sisiku". Namun Fatimah menjawab, "Kelezatan yang aku peroleh dari berkhidmat kepada Allah, membuat diriku tak menginginkan apapun kecuali agar aku selalu bisa memandang keindahan Allah swt".
Az-Zahra as dan Al-Quran
Sayidah Fatimah Az-Zahra juga sangat mencintai al-Quran. Beliau berkata, " Ada tiga hal yang aku cintai di dunia ini. Ketiga hal itu adalah membaca al-Quran, memandang wajah Rasulullah Saw dan berinfak di jalan Allah Swt."
Salman al-Farisi, sahabat besar Rasulullah Saw, meriwayatkan bahwa ia pernah mendapat perintah dari Rasulullah Saw untuk mengerjakan sesuatu di rumah Sayidah Fatimah az-Zahra as. Ketika tiba di rumah Sayidah Fatimah, saya meminta izin untuk masuk. Saat itu, saya melihat Sayidah Fatimah tengah menggiling gandum sambil membaca al-Quran.
Pada suatu hari, Imam Ali as masuk ke rumahnya dan mendengar bahwa Sayidah Fatimah az-Zahra tengah melantunkan ayat yang baru turun kepada Rasulullah Saw. Imam Ali dengan takjub bertanya, "Bagaimana kamu bisa mengetahuinya? Sayidah Fatimah az-Zahra as menjawab, "Putra kita, Hasan, hari ini membacakan ayat yang baru turun pada Rasulullah Saw, kepadaku." Sayidah Fatimah az-Zahra as sangat mencintai ayat-ayat al-Quran.
Sayidah Fatimah az-Zahra as dalam khutbah yang disampaikan pasca wafatnya Rasulullah Saw, mengkritisi kondisi yang ada dengan pandangan komprehensif yang bersandarkan pada ayat-ayat al-Quran. Dalam khutbah itu, Sayidah Fatimah memperingatakan kepada masyarakat bahaya penyimpangan. Di pembukaan khutbah, Sayidah Fatimah az-Zahra as menjelaskan al-Quran dan perannya di tengah kehidupan, dan mengatakan, "Allah Swt mempersembahkan kepada kalian sebuah ikatan yang kuat. Itu adalah al-Quran Berbicara. al-Quran adalah kitab kebenaran yang memancarkan cahaya dan kitab argumentasi yang mengungkap batin (internal) dan dzahir (eksternal)."
Sayidah Fatimah az-Zahra as dengan jelas menyatakan bahwa masyarakat, khususnya kalangan cendekia, harus memperhatikan kandungan al-Quran dan sejarah Rasulullah Saw sebagai sumber utama hukum dan syariat. Untuk itu, Sayidah Fatimah menekankan penyimpulan yang benar dari kitab suci dan hadis. Saat itu, Sayidah Fatimah berupaya menghalangi penyalahgunaan sekelompok orang atas nama agama. Sayidah Fatimah az-Zahra as menekankan perhatian pada al-Quran untuk mengantisipasi semua upaya busuk dari sekelompok orang.
Dalam khutbahnya, Sayidah Fatimah az-Zahra as berkata, "Mengapa kalian tersesat? Padahal ada kitab suci di tengah kalian. Di dalam kitab itu sangatlah jelas berbagai masalah dan hukum-hukumnya. Jalan petunjuk sangat jelas dan peringatan-peringatan pun sangat transparan. Apakah kalian menghendaki al-Quran? Mengapa kalian mencari penengah selain al-Quran?
Umur Pendek Az-Zahra as
Di umur pendek, Sayidah Fatimah mengalami berbagai peristiwa. Meski berumur pendek, putri kesayangan Rasulullah Saw mempunyai peran luar biasa. Pesan-pesan yang disampaikan oleh Sayidah Fatimah sarat dengan pesan keluarga, politik dan sosial.
Selain itu, Sayidah Fatimah az-Zahra as juga mencerminkan seorang hamba yang luar biasa di hadapan Allah Swt. Ibadah yang dirasakannya sama sekali tak tergantikan dengan segala kenikmatan dunia. Dalam riwayat disebutkan, Sayidah Fatimah as dan keluarganya berpuasa tiga hari berturut-turut dan cukup berbuka dengan air karena ingin bersedekah kepada orang-orang miskin. Kehidupan Sayidah Fatimah as penuh dengan kedermawanan. Beliau juga beribadah dari malam hingga pagi. Beribadah kepada Allah Swt merupakan kerinduan tersendiri bagi Sayidah Fatimah az-Zahra as.
Kehidupan Sayidah Fatimah az-Zahra dan Imam Ali as sangat sederhana. Meski hidup sederhana, keluarga putri kesayangan Rasulullah Saw diliputi rasa kebahagiaan yang melimpah. Rumah kecilnya penuh dengan aura spiritual yang juga menjadi tempat bertumpunya orang-orang yang tidak mampu.
Di penghujung umurnya, Sayidah Fatimah az-Zahra as hanya menyampaikan wasiatnya kepada suaminya, Imam Ali as. Ini menunjukkan ketulusan dan ketaatan Sayidah Fatimah az-Zahra kepada suaminya, Imam Ali as. Ketulusan dan pengorbanan Sayidah Fatimah az-Zahra atas suaminya telah menciptakan keluarga ideal dan manusia-manusia besar dalam sejarah manusia.
(AB-Perlak/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar