Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » , » Maksud Rasulullah Saw Antara Cinta dan Benci

Maksud Rasulullah Saw Antara Cinta dan Benci

Written By Unknown on Sabtu, 03 Februari 2018 | Februari 03, 2018


Berikut Maksud Rasulullah Saw Antara Cinta dan Benci

- Kisah Rasulullah SAW yang Dibenci Nenek Yahudi

Aisyah menceritakan, setiap pagi dan sore, Rasulullah saw selalu pergi ke sudut pasar. Di sana, ada seorang nenek yang sudah tua renta beragama Yahudi. Nenek itu sudah buta dan tak punya gigi lagi. Kepada nenek itu, Nabi SAW selalu memberikan makan dan menyuapinya.

Si nenek ini tak mengetahui bahwa yang setiap hari memberinya makan dan menyuapinya itu adalah Rasulullah saw, orang yang paling dibencinya. Kepada orang yang lewat pasar, si nenek ini senantiasa mengajak orang-orang agar mereka menjauhi manusia yang bernama Muhammad. Nenek ini menganggap, Muhammad adalah orang yang paling jahat di dunia. Selain itu, nenek ini juga menganggap Muhammad telah menyebabkan terjadinya peperangan antarsuku dan mengganti keyakinan (agama) nenek moyangnya dengan Islam. Karena itu, ia ingin orang-orang menjauhi Muhammad.

Walaupun dibenci dan dicaci-maki oleh si nenek, Rasul saw tak pernah marah. Dengan telaten, setiap hari Rasul selalu saw menghaluskan makanan sebelum diberikan kepada si nenek. Dengan begitu, nenek itu bisa langsung memakan makanan yang sudah lunak tanpa perlu dikunyah. Selesai makan, si nenek selalu berpesan kepadanya agar berhati-hati bila bertemu dengan Muhammad.

Abu Bakar ingin meniru perilaku Nabi saw ini. Ia lantas mendatangi sudut pasar untuk bertemu dan memberi makan si nenek. Namun, baru satu suapan makanan itu diberikan, si nenek lantas mengeluarkan makanan itu dan marah-marah kepada si penyuapnya, yakni Abu Bakar. Si nenek berkata, “Siapa kamu? Makanan ini sangat kasar. Engkau pasti orang lain dan bukan orang yang biasa memberiku makan?” Abu Bakar kemudian menyebutkan jati dirinya. Si nenek kemudian bercerita, si penyuapnya terdahulu itu selalu menghaluskan makanan sebelum diberikan kepadanya.

Si nenek pun lantas bertanya kepada Abu Bakar. “Kemana gerangan orang itu, sudah sepekan lebih ia tak datang kemari?” Mendengar hal itu, Abu Bakar pun menangis karena tak bisa meniru Rasulullah saw. Abu Bakar lalu bercerita bahwa orang yang biasa menyuapi nenek itu adalah Muhammad dan kini telah wafat. Mendengar nama itu, maka si nenek itu pun kemudian tersadar. Ternyata, orang yang selama ini dibencinya begitu menyayanginya, memberinya makan, dan dengan telaten menyuapinya. Muhammad adalah seorang manusia yang santun dan sopan. Si nenek ini pun lantas bertobat dan memohon ampun.

Dari kisah di atas memberikan pelajaran kepada kita agar senantiasa hidup saling menyayangi, sekalipun kepada orang yang membenci kita dan berbeda agama. Kita lihat teladan yang diberikan Rasulullah, beliau menyayangi orang yang membenci, mencaci, dan memaki beliau dengan senantiasa memberikan yang terbaik kepada orang yang membenci beliau, dan pada akhirnya orang itu bertaubat dan memeluk agama Islam.

Wallahu a’lam.


- Manusia membutuhkan cinta

Abraham Maslow berkata:
“Setelah kebutuhan fisiologi dan keamanan telah terpenuhi, muncullah rasa butuh akan cinta dan kasih sayang. Pada kondisi ini, manusia akan merasakan haus hubungan emosional dengan sesamanya dan lupa bahwa dahulu kala saat ia belum memenuhi kebutuhan fisiologinya, misalnya saat lapar, pernah menertawakan dan meremehkan rasa butuh akan cinta. Namun kini ia tertekan karena merasa kesepian, asing, tidak punya teman. Cinta dan kasih sayang di sini bukan bermakna gairah seksual, meskipun ada pengaruhnya pada kebutuhan seksual. Dari sisi lain, kebutuhan akan cinta juga meliputi “mencintai” dan “dicintai”.[1]

Banyak sekali bukti yang menunjukkan adanya hubungan antara depresi dengan relasi sosial. Karena saat berada di tengah-tengah sesama seorang manusia akan mendapatkan kesempatan untuk memperhatikan masalah-masalah orang lain. Dalam kondisi kebersamaan seorang manusia akan membandingkan dirinya dengan orang lain sehingga ia dapat mengambil kesimpulan seberapa harus merasakan ketakutan.[2]

Dalam ajaran Islam, dikenal bahwa dasar agama adalah kecintaan. Imam Muhammad Baqir as. berkata:
“Apakah agama adalah sesuatu selain cinta?”[3]
“Agama adalah kecintaan, dan kecintaan adalah agama.”[4]

Poin penting yang juga ditekankan dalam ayat-ayat dan riwayat adalah, pentingnya ikatan antara bergabung dan diterima. Cinta tidak bersifat searah, karena orang yang mencintai adalah orang yang melakukan apa yang diinginkan orang yang dicinta; lalu karena itulah orang yang dicintai tersebut mencintainya. Pada dasarnya cinta akan membuat seorang manusia bergerak menuju yang dicintai dan melakukan apapun yang diinginkan kecintaannya. Semakin tinggi cinta seseorang, maka semakin tinggi pula kadar jerih payah dan usaha yang dilakukannya untuk orang yang dicintai; khususnya jika motifasinya adalah kesempurnaan mahbub (yang dicintai).

Imam Baqir as. berkata:
“Manusia (cenderung) bersama orang yang ia cintai.”[5]

Dalam Al Qur’an disebutkan firman Allah kepada orang-orang yang mengaku mencintai Tuhan seperti ini:
“Jika kalian memang mencintai Allah, maka bergegaslah untuk menaati-Nya. Jika demikian maka Tuhan juga akan mencintai kalian.”[6]

Imam Shadiq as. berkata:
“Ujilah hatimu, jika ia mencintaimu, kamu pasti akan mencintainya juga.”[7]

Ayat-ayat seperti “Ia mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya”[8] dan “Allah ridha akan mereka dan mereka juga ridha akan Allah.”[9] membukitkan adanya sifat dua arah dalam cinta kepada Allah swt. Al Qur’an juga memerintahkan orang-orang yang beriman untuk mencintai Ahlul Bait as.:

“Katakanlah bahwa aku tidak meminta upah apapun dari kalian selain kecintaan terhadap keluargaku.”[10]

Sebaik-baiknya contoh tentang tekanan jiwa karena keterasingan dalam Al Qur’an, adalah kisah saudara-saudara nabi Yusuf as. Ketika mereka merasa ayahnya lebih menyukai nabi Yusuf as. dan saudaranya Benyamin,[11] mereka berencana untuk membunuh Yusuf as. saudara mereka sendiri. Dengan demikian mereka menjadi perusak ketentraman keluarga Ya’qub as. Cinta dapat diibaratkan sebagai perekat yang kuat yang membuat umat manusia saling terikat antara satu sama lain. Tanpa adanya cinta masyarakat akan berpecah belah dan hanya mementingkan dirinya masing-masing. Namun dengan cinta semuanya saling berpegangan tangan dan bekerja sama.[12]

Dalam Al Qur’an Allah swt memberikan berita gembira-Nya kepada orang-orang yang beriman seperti ini: “Mereka yang memiliki iman dan melakukan amal saleh, Allah akan menciptakan kecintaan di hati setiap orang kepada mereka.”[13]

Disebutkan juga nabi Ibrahim as. memohon kepada Allah swt. agar setiap orang mencintai anak-anaknya:
“Ya Tuhan, jadikanlah hati-hati setiap orang cinta dan cenderung pada mereka (anak-anakku).”[14]

Ketika nabi Musa as. mendengar putri-putri Syu’aib as. berkata bahwa ayah mereka telah tua dan tidak memiliki siapa-siapa, hatinya luluh dan terarik untuk berbuat baik pada mereka, ia memberi minuma kepada kambing-kambing mereka.[15]

Al Qur’an memberikan contoh yang paling mulia akan cinta: “Saat Ahlul Bait sedang dalam keadaan puasa dan merasakan lapar, mereka memberikan makanan buka puasanya kepada anak yatim, orang miskin dan hamba yang tertawan.”[16]

Meskipun diri mereka juga dalam keadaan butuh, seperti Anshar, mereka mendahulukan Muhajirin atas dirinya.[17]

Sunah para utusan Allah swt. dan wali-wali-Nya adalah saling mencintai dan berbagi hati kepada sesama.

“Dan aku menginginkan kebaikan untuk kalian.”[18]

Alferd Adore menyebut perasaan pada sesama sebagai “cara pandang saudara besar” dan berkata:
“Umat manusia, selain memiliki amarah dan kebencian, mereka juga memiliki perasaan saling berdukacita yang dalam dan berbagi kepada sesamanya. Oleh karena itu mereka memiliki kecenerungan khas terhadap sesama seakan setiap orang dari meraka adalah satu anggota badan bagi satu tubuh yang disebut masyarakat.”[19]

Islam bertujuan untuk memberikan kebaikan dalam kehidupan bermasyarakat manusia dengan prinsip kecintaan dan pemenuhan kebutuhan; yang mana itu sendiri merupakan tanda legalitas hubungan sosial. Prinsip kecintaan dan pemenuhan kebutuhan ini benar-benar bertentangan dengan permusuhan dan iri dengki. Islam menganggap persahabatan dan kebersamaan dengan cara menunjukkan kecintaan sebagai jalan pemenuhan kebutuhan tersebut. Menyatakan kesukaan adalah deklarasi cinta.

Seseorang berkata pada Imam Shadiq as. bahwa ia mencintai sahabatnya. Lalu beliau berkata kepadanya:
“Maka nyatakanlah rasa cintamu itu, karena itu akan membuat cintamu lebih dalam dan tertanam kuat.”[20]

Dalam riwayat lain disebutkan:
“Tidak ada kebaikan pada orang yang tidak mencintai seseorang dan tidak dicintai.”[21]

Imam Ali as. juga berkata:
“Hati setiap lelaki begitu liar, barang siapa dapat menjinakkannya, maka ia akan menjadi sahabatnya.”[22]

Riwayat di atas menunjukkan kepada kita bagaimana cara menarik kecintaan seseorang. Islam mengajarkan kita untuk berlomba-lomba mengucapkan salam dan menunjukkan kecintaan sebagai bukti bahwa Islam sangat mementingkan kecintaan terhadap sesama. Al Qur’an menyebutkan bahwa salah satu sifat Rasulullah saw. yang dikenal adalah pecinta umat dan penyeru kebaikan bagi mereka.[23]

Mengenai beliau Al Qur’an bercerita:
“Kerepotan-kerepotan yang kalian berikan kepadanya begitu berat tapi ia bersikeras untuk memberi petunjuk kepada kalian.”[24]

Dalam ayat lainnya juga disebutkan:
“Seakan-akan engkau (wahai Rasulullah) seperti orang yang dicabut nyawanya saat mereka tidak mau beriman.”[25]

Salah satu perkara yang penting dalam suatu masyarakat adalah keseimbangan emosional. Setiap orang membutuhkan kasih sayang dan perasaan sesamanya. Karena itulah Islam juga sangat menekankan silaturrahmi.

Dalam kumpulan kalimat-kalimat pendeknya Imam Ali as. berkata: “Kehilangan kawan-kawan yang dicintai adalah keterasingan.”[26]

Namun perlu diingatkan juga bahwa motivasi di balik cinta dan persahabatan orang yang beriman adalah keridhaan Ilahi. Mereka membenci dan mencintai karen kecintaan terhadap Tuhan mereka.


Referensi

[1] Anggize va Syakhsiyat (Motifasi dan Kepribadian), Abraham Maslow, halaman 79 – 81.
[2] Anggizesh va Hayajan, Murray, halaman 190 – 196; Ravan Shenashi Anggizesh va Hayajan, Muhyiddin Mahdi Benab, halaman 49 – 53.
[3] Al Kafi, Muhammad Ya’qub Kulaini, jilid 8, halaman 79.
[4] Tafsir Nur At Tsaqalain, Ali ibn Jum’ah Arusi Huwaizi, jilid 5, halaman 83 dan 84.
[5] Safinatul Bihar, Syaikh Abbas Qumi, jilid 1, halaman 201.
[6] Ali Imran, ayat 31.
[7] Bihar Al Anwar, Muhammad Baqir Majlisi, jilid 74, halaman 182 dan jilid 46, halaman 291.
[8] Al Maidah, ayat 54.
[9] Al Mujadalah, ayat 22.
[10] As Syura, ayat 23.
[11] Yusuf, ayat 8
[12] Tafsir Nemune, Nashir Makarim Syirazi, jilid 16, halaman 392.
[13] Maryam as., ayat 96.
[14] Ibrahim, ayat 37.
[15] Al Qashash, ayat 23 dan 24.
[16] Al Insan, ayat 8.
[17] Al Hasyr, ayat 9.
[18] Al A’raf, ayat 62.
[19] Anggize va Syakhsiyat (Motifasi dan Kepribadian), Abraham Maslow, halaman 31.
[20] Bihar Al Anwar, Muhammad Baqir Majlisi, jilid 74, halaman 181..
[21] Ibid, jilid 75, halaman 265, jilid 74, halaman 393, dan jilid 77, halaman 149.
[22] Nahjul Balaghah, hikmah 50.
[23] Al A’raf, ayat 89: “Dan aku menasehati kalian, namun kalian tidak menyukai para pemberi nasehat.”
[24]At Taubah, ayat 128.
[25] As Syu’ara, ayat 3.
[26] Nahjul Balaghah, kalimat-kalimat pendek, nomor 65.


- Ancaman Bagi yang Membenci, Menyakiti & Mendzolimi Ahlulbait As

1. Allah swt marah kepada orang yang membenci ahlu bait (Keturunan Rasulullah).

a. Rasulullah saw bersabda:rose:

… وهم عِتْرَتِي , خُلِقُوا مِنْ طِيْنَتِي , فَوَيْلٌ لِلْمُكَذِّبِيْنَ بِفَضْلِهِمْ , من احبهم احبه الله ومن أبغضهم أبغضه الله

… Mereka adalah keturunanku dan diciptakan dari tanahku. Celakalah dari ummatku yang mendustakan keutamaan mereka. Siapa yang mencintai mereka maka Allah akan mencintainya, siapa yang membenci mereka maka Allah akan membencinya..

a. Rasulullah saw bersabda:rose:

ألا و من ابغض آل محمد جاء يوم القيامة مكتوبا بين عينيه : آئس من رحمة الله

Sungguh siapa yang membenci keluarga Muhammad saw, maka ia akan dibangkitkan di hari kiamat dengan tulisan di antara kedua matanya : ‘orang ini telah terputus dari rahmat Allah swt..


2. Orang yang membenci ahlu bait termasuk golongan munafik…

a. Rasulullah saw bersabda:rose:

من أبغضنا أهل البيت فهو منافق

Siapa orang yang membenci kami ahlu bait adalah termasuk golongan munafik…

b. Rasulullah saw bersabda:rose:

لا يحبنا أهل البيت الا مؤمن تقي , ولا يبغضنا الا منافق شقي

Tidak ada yang mencintai kami ahlu bait kecuali orang yang beriman dan bertaqwa, dan tidak ada yang membenci kami kecuali orang munafik dan durhaka…

c. Rasulullah saw bersabda:rose:

من أبغض عترتي فهو ملعون و منافق خاسر

Siapa yang membenci keturunanku, ia termasuk orang yang dilaknat dan munafik yang merugi…


3. Orang yang membenci ahlu bait termasuk golongan kafir…

Rasulullah saw bersabda:rose:

ألا ومن مات على بغض آل محمد مات كافرا , ألا ومن مات على بغض آل محمد لم يشمّ رائحة الجنّة

Sungguh siapa yang mati dalam keadaan membenci keluarga Muhammad saw, maka ia mati dalam keadaan kafir. Sungguh siapa yang mati dalam keadaan membenci keluarga Muhammad saw, maka ia tidak akan mencium harumnya surga….


4. Orang yang membenci ahlu bait termasuk golongan Yahudi…

Dari Jabir bin Abdillah al-Anshari, Rasulullah saw bersabda:rose:

أيّها الناس , من أبغضنا اهل البيت حشره الله يوم القيامة يهوديا. يارسول الله , وإن صام
وصلّى ؟ قال : وإن صام و صلّى

Wahai manusia, siapa saja yang membenci kami ahlu bait, maka Allah swt akan mengumpulkannya di hari kiamat dalam golongan orang-orang Yahudi. Jabir berkata: Ya Rasulullah, mereka adalah orang-orang yang berpuasa dan mengerjakan shalat. Rasul menjawab : Walaupun mereka berpuasa dan mengerjakan shalat…


5. Orang yang membenci ahlu bait masuk neraka…

a. Rasulullah saw bersabda:rose:

والّذي نفسي بيده , لا يبغضنا اهل البيت احد الا أدخله الله النار

Demi jiwaku yang berada dalam kekuasaan-Nya, Tidaklah seorang yang membenci kami ahlu bait kecuali Allah swt akan masukkan ia ke dalam neraka…

b. Rasulullah saw bersabda:rose:

والّذي نفسي بيده , لا يبغضنا اهل البيت احد الا أكبّه الله النار

Demi jiwaku yang berada dalam kekuasaan-Nya, Tidaklah seorang yang membenci kami ahlu bait kecuali Allah swt akan masukkan ia ke dalam neraka…

a. Rasulullah saw bersabda:rose:

… فَلَوْ اَنَّ رَجُلاً صفَنَ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالمَقَامِ, وَصَلَّى وَصَامَ, ثُمَّ لقي الله , وَهُوَ مُبْغِضٌ
لاِهْلِ بَيْتِ مُحَمَّدٍ دَخَلَ النَّارَ .

“… Maka sekiranya seseorang berdiri di antara salah satu sudut Ka’bah dan maqam Ibrahim, lalu ia shalat dan puasa, kemudian meninggal sedangkan ia adalah pembenci keluarga (ahlu al-bait) Muhammad, pasti ia masuk neraka…

b. Rasulullah saw bersabda:rose:

لا يبغضنا ولا يحسدنا احد الا ذيد يوم القيامة بسياط من النار

Tidak seorang pun yang membenci dan hasud kepada kami (ahlu bait) kecuali allah swt akan mengusirnya di hari kiamat dengan cambuk yang berasal dari api neraka….


6. Allah swt sangat murka kepada umatnya yang menyakiti ahlu bait.

a. Rasulullah saw bersabda:rose:

إشتدّ غضب الله على من آذاني في عترتي

Allah swt sangat murka kepada orang yang menggangguku melalui keturunanku…

b. Rasulullah saw bersabda:rose:

إشتدّ غضب الله وغضبي على من أهرق دمي و آذاني في عترتي

Allah swt dan aku sangat murka kepada orang yang menumpahkan darahku dan menyakitiku melalui keturunanku…

c. Rasulullah saw bersabda:rose:

من سبّ اهل بيتي فأنا بريء منه

Siapa yang mencela ahlu baitku, maka ak
u berlepas diri darinya…

d. Rasulullah saw bersabda:rose:

من آذاني في اهلي فقد آذى الله

Siapa yang menyakitiku dalam urusan keluargaku, maka ia telah menyakiti allah swt

e. Rasulullah saw bersabda:rose:

إنّ الله تعالى يبغض الآكل فوق شبعه , والغافل عن طاعة ربه , والتارك سنّة نبيه , والمخفر ذمّته , والمبغض عترة نبيه , والمؤذي جيرانه .

‘Sesungguhnya Allah swt membenci orang yang makan di atas batas kekenyangannya, orang yang lali dari melaksanakan ketaatan kepada Tuhannya, orang yang mencampakkan sunnah nabinya, orang yang menremehkan tanggungjawabnya, orang yang membenci ithroh (keturunan) nabinya dan mengganggu tetangganya..


7. Allah swt mengharamkan surga kepada orang yang menzhalimi ahlu bait.

a. Rasulullah saw bersabda :rose:

إنّ الله حرّم الجنة على من ظلم اهل بيتي

Sesungguhnya Allah swt mengharamkan surga kepada orang yang menzhalimi ahlu baitku…

b. Rasulullah saw bersabda:rose:

حرّمت الجنة على من ظلم اهل بيتي و آذاني في عترتي

Surga diharamkan bagi siapa saja yang menzhalimi ahlu baitku dan menyakiti aku melalui keturunanku…

c. Rasulullah saw bersabda:rose:

الويل لظالمي اهل بيتي , عذابهم مع المنافقين في الدرك الأسفل من النار

Celakalah siapa saja yang menzhalimi ahlu baitku, mereka akan diadzab bersama orang-orang munafiq di dasar neraka…


Referensi:

[1] Kanz al-Ummal (12/98)
[2] Faraid al-Simthin (2/256)
[3] Al-Dur al-Mansur (7/349), Fadhail al-Sahabah (2/661)
[4] Dzakhair al-Uqba : 218, al-Showaiq al-Muhriqah : 230.
[5] Jami’ al-Akhbar : 214.
[6] Al-Kasyaf (3/403).
[7] Al-Mu’jam al-Ausath (4/212).
[8] Al-Mustadrak ‘Ala Shahihain (3/162), al-Dur al-Mansur (7/349).
[9] Al-Mustadrak ‘Ala Shahihain (4/392), Majma’ al-Zawaid (7/580).
[10] Al-Mu’jam al-Kabir (11/142), al-Mustadrak ‘Ala Shahihain (3/161).
[11] Al-Mu’jam al-Kabir (3/81).
[12] Ihya al-Mait al-Suyuthi : 53.
[13] Dzakhoir al-Uqba : 39.
[14] Yanabi’ al-Mawaddah (2/378).
[15] Kanz al-Ummal (12/103).
[16] Ihya al-Mait : 53.
[17] Dzakhoir al-Uqba : 20
[18] Tafsir al-Qurthubi (16/22).
[19] Yanabi’ al-Mawaddah (2/326).

*****

Amiril Mukminin Ali bin Abi tholib as berpesan,

لَا يَكْمُلُ إِيْمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يُحِبّ مَنْ أَحَبَّهُ اللَّهُ سُبْحَانَه، وَيُبْغِضُ مَنْ أَبْغَضَهُ اللَّهُ سُبْحَانَه

“Tidak sempurna iman seorang hamba hingga ia mencintai yang dicintai Allah dan membenci yang dibenci oleh Allah.” (Ghurarul Hikam).

(Satu-Islam/Hauzah-Maya/Syiah-Menjawab/Khasanah-Ahlul-Bait/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: